Selasa, 12 November 2024

SIKAP YANG HARUS DIKEDEPANKAN KETIKA DATANG UJIAN BERUPA MUSIBAH

 

SIKAP YANG HARUS DIKEDEPANKAN KETIKA  DATANG UJIAN BERUPA  MUSIBAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, pada saat Allah berkehendak maka hamba hamba Allah akan didatangi ujian berupa musibah. Bisa jadi ujian itu pada dirinya, keluarganya, hartanya dan yang lainnya. Allah Ta'ala berfirman :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, KAMI TELAH BERIMAN DAN MEREKA TIDAK DIUJI ?. Dan sungguh Kami telah menguji orang orang sebelum mereka maka Allah pasti mengetahui orang orang yang benar dan pasti mengetahui orang orang yang berdusta. (Q.S al Ankabut 2-3).

Dan juga Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan dalam sabda beliau :  

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ الزَّرْعِ لَا تَزَالُ الرِّيحُ تُفِيئُهُ، وَلَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ يُصِيبُهُ الْبَلَاء

Perumpamaan seorang mukmin tak ubahnya seperti tanaman, angin akan selalu meniupnya, ia akan selalu mendapat cobaan (H.R Imam Muslim dan at Tirmidzi).

Oleh karena itu ketika didatangi ujian berupa musibah maka hamba hamba Allah hendaklah mengedepankan beberapa sikap yang mendatangkan ridha Allah, diantaranya adalah :

Pertama : Berbaik sangka kepada Allah Ta'ala.

Dalam satu riwayat dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda berupa hadits qudsi :

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ بِيْ خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ.

Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berbaik sangka, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Jika berprasangka buruk, maka ia mendapatkan keburukan. (H.R Imam Ahmad).

Syaikh Muhammab bin Shalih al Utsaimin mengatakan : Bahwa Allah akan berbuat mengikuti prasangkaan para hamba-Nya terhadap diri-Nya,  apabila ia berprasangka baik, maka Dia akan melakukannya (sesuai prasangkaan baik itu), dan jika ia berprasangka buruk maka Dia juga akan melakukannya (sesuai prasangkaan buruk itu). (Syarh Riyadhus Shalihin).

Ketahuilah bahwa ketika seseorang didatangi sesuatu ujian tang tidak menyenangkan bisa jadi ada hikmah berupa kebaikan disitu. Allah Ta’ala berfirman :

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).

 Kedua : Menjaga sikap sabar. Allah Ta’ala  berfirman :

وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ

Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Q.S Yunus 109)

Ketahuilah bahwa  sabar dalam ayat diatas  disebutkan dengan fi’il amr (kata kerja perintah). Dan kaidah ushul fiqih menyabutkan : Hukum asalnya kata perintah menghasilkan hukum wajib.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan : Maka wajib bagi setiap  orang untuk bersabar terhadap musibah dan tidak mengucapkan perkataan yang haram serta tidak melakukan perbuatan yang haram (ketika menghadapi musibah). (Syarah Hadits Jibril).

Ketahuilah bahwa Allah Ta'ala menyediakan PAHALA TANPA BATAS bagi orang orang yang bersabar. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah  yang disempurnakan pahala mereka tanpa batas (Q.S az  Zumar 10)

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Bahkan juga, pahala sabar termasuk pahala yang maklum diisi Allah tanpa bisa dibatasi. Tidak pula dapat disamakan dengan mengatakan satu kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Kesabaran itu pahalanya tanpa batas. (Syarah Riyadush Shalihin).

Ketiga : Bersegera introspeksi diri dan  memohon ampun.

Ketika didatangi ujian berupa musibah maka sangat dianjurkan untuk melakukan introspeksi diri atau muhasabah. Bisa jadi musibah itu datang tersebab maksiat dan dosa yang dilakukan. Sebab maksiat dan dosa terkait dengan musibah. Oleh karena itu maka perbanyak memohon ampun.   

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata : Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat. (Al Jawabul Kaafi)

Dan juga Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam fiman-Nya :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu). Q.S asy Syura 30

Wallahu A'lam. (3.411).

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar