SIKAP YANG HARUS
DIKEDEPANKAN KETIKA DATANG UJIAN BERUPA MUSIBAH
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh, pada saat Allah berkehendak maka hamba hamba
Allah akan didatangi ujian berupa musibah. Bisa jadi ujian itu pada dirinya,
keluarganya, hartanya dan yang lainnya. Allah Ta'ala berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا
آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah
manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, KAMI TELAH
BERIMAN DAN MEREKA TIDAK DIUJI ?. Dan sungguh Kami telah menguji orang orang
sebelum mereka maka Allah pasti mengetahui orang orang yang benar dan pasti
mengetahui orang orang yang berdusta. (Q.S al Ankabut 2-3).
Dan
juga Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan dalam sabda
beliau :
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ الزَّرْعِ لَا تَزَالُ الرِّيحُ تُفِيئُهُ، وَلَا يَزَالُ
الْمُؤْمِنُ يُصِيبُهُ الْبَلَاء
Perumpamaan
seorang mukmin tak ubahnya seperti tanaman, angin akan selalu meniupnya, ia
akan selalu mendapat cobaan (H.R Imam Muslim dan at Tirmidzi).
Oleh
karena itu ketika didatangi ujian berupa musibah maka hamba hamba Allah
hendaklah mengedepankan beberapa sikap yang mendatangkan ridha Allah,
diantaranya adalah :
Pertama
: Berbaik sangka kepada Allah Ta'ala.
Dalam
satu riwayat dari Abu Hurairah disebutkan bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda berupa hadits qudsi
:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ بِيْ
خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ.
Aku
berdasarkan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berbaik sangka, maka ia
akan mendapatkan kebaikan. Jika berprasangka buruk, maka ia mendapatkan
keburukan. (H.R Imam Ahmad).
Syaikh Muhammab bin Shalih al Utsaimin mengatakan : Bahwa Allah akan
berbuat mengikuti prasangkaan para hamba-Nya terhadap
diri-Nya, apabila ia berprasangka baik, maka Dia akan melakukannya
(sesuai prasangkaan baik itu), dan jika ia berprasangka buruk maka Dia juga
akan melakukannya (sesuai prasangkaan buruk itu). (Syarh Riyadhus Shalihin).
Ketahuilah
bahwa ketika seseorang didatangi sesuatu ujian tang tidak menyenangkan bisa
jadi ada hikmah berupa kebaikan disitu. Allah Ta’ala berfirman :
وَعَسَىٰ
أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا
وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).
Kedua : Menjaga sikap sabar. Allah Ta’ala
berfirman :
وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى
يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ
Dan
ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi
keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Q.S Yunus 109)
Ketahuilah
bahwa sabar dalam ayat diatas disebutkan dengan fi’il amr
(kata kerja perintah). Dan kaidah ushul fiqih menyabutkan : Hukum asalnya kata
perintah menghasilkan hukum wajib.
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan : Maka wajib bagi
setiap orang untuk bersabar terhadap musibah dan tidak mengucapkan
perkataan yang haram serta tidak melakukan perbuatan yang haram (ketika
menghadapi musibah). (Syarah Hadits Jibril).
Ketahuilah
bahwa Allah Ta'ala menyediakan PAHALA TANPA BATAS bagi orang orang yang
bersabar. Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ
حِسَابٍ
Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahala mereka
tanpa batas (Q.S az Zumar 10)
Syaikh Muhammad
bin Shalih al Utsaimin berkata : Bahkan juga, pahala sabar
termasuk pahala yang maklum diisi Allah tanpa bisa dibatasi. Tidak pula dapat
disamakan dengan mengatakan satu kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali sampai
tujuh ratus kali lipat. Kesabaran itu pahalanya tanpa batas. (Syarah
Riyadush Shalihin).
Ketiga
: Bersegera introspeksi diri dan memohon
ampun.
Ketika didatangi ujian
berupa musibah maka sangat dianjurkan untuk melakukan introspeksi diri atau
muhasabah. Bisa jadi musibah itu datang tersebab maksiat dan dosa yang
dilakukan. Sebab maksiat dan dosa terkait dengan musibah. Oleh karena itu maka
perbanyak memohon ampun.
Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu berkata : Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena
dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan
taubat. (Al Jawabul Kaafi)
Dan juga Allah Ta'ala
telah mengingatkan dalam fiman-Nya :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan
musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri. Dan
Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu). Q.S asy Syura 30
Wallahu
A'lam. (3.411).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar