SANGAT DIANJURKAN
MENDOAKAN GURU GURU KITA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Semua orang sependapat kalau dikatakan bahwa orang
yang sangat banyak berjasa bagi diri kita adalah guru guru kita. Guru telah
mengajarkan banyak ilmu bagi kemashlahatan dalam menjalani hidup ini. Kita
telah diajarkan berbagai ilmu TENTANG SYARIAT DAN JUGA ILMU ILMU YANG LAIN DAN
BERMANFAAT BAGI KAUM MUSLIMIN.
Sungguh, guru pertama adalah IBU KITA yang pertama
mengajar dan mendidik kita semenjak dilahirkannya. Kemudian baru guru guru lain
yang mengajar secara formal ataupun tidak formal. Mengajarkan ilmu dibangku
sekolah atau mengajarkan ilmu di luar bangku sekolah, di majlis ilmu dan yang
lainnya.
Ketahuilah bahwa makna guru adalah sangat luas bahkan
termasuk orang orang yang kita belajar dari akhlak seseorang, kebiasaan baiknya
meskipun terkadang kita mengambil pelajaran itu tanpa diketahui oleh orang itu
(baca : guru itu). Bahkan bisa jadi kita mengambil ilmu dari orang yang tidak
kita kenal dan tak mengenal kita.
Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA, dalam suatu ceramah
beliau dan di share di media sosial, antara lain menceritakan kisah yang pernah
dialami oleh Syaikh Prof. Dr.
Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al Badr. Diceritakan bahwa beberapa tahun yang
lalu Syaikh Abdurrazaq pada bulan Ramadhan beliau shalat malam atau taraweh di
Masjid Nabawi di ronde kedua yaitu antara jam 01.00 sampai kira kira jam 03.00.
Saat itu di depan saya, kata Syaikh, ada seorang Indonesia datang untuk shalat
memakai tongkat. Dia berdiri shalat persis didepan shaf saya. Waktu shalat akan
dimulai orang ini meletakkan tongkatnya dan berdiri shalat dengan satu kaki dan
shalat itu berlangsung sekitar dua jam, tanpa tongkat.
Kata Syaikh saya mengambil ibrah atau pelajaran dari
orang Indonesia ini bahwa kekuatan seorang hamba (hakikatnya) tidak terletak
pada kekuatan fisik tetapi pada iman yang ada di hatinya. Ustadz Firanda
memberi komentar bahwa banyak orang yang kuat fisiknya, tegap badannya tetapi
sulit membuka mata untuk bangun apalagi
mengangkat kepala untuk bangun shalat shubuh.
Kemudian Syaikh menganggap orang itu gurunya dalam
perkara ini meskipun saya tidak mengenalnya dan dan orang itu juga tidak
mengenal saya. Kata Syaikh : Saya SERING MENDOAKAN KEBAIKAN untuk orang ini
karena saya telah mengambil pelajaran berharga darinya. (Afwan, penyusun
tulisan ini menyebutkan kisah ini dalam redaksi bahasa secara bebas dan singkat tanpa
mengurangi makna).
Kesimpulannya adalah bahwa Syaikh Abdurrazaq dalam
peristiwa ini telah memperluas makna guru yaitu meskipun tidak berbicara dengan
orang itu dan tidak saling kenal tetapi telah mengambil pelajaran dari orang
Indonesia itu dan diangap sebagai salah
satu guru beliau dan SERING DIDOAKAN.
Oleh karena itu hamba hamba Allah, ketika kita berdoa
ambillah kesempatan mendoakan kebaikan bagi semua guru guru yang kita baik yang
masih hidup ataupun yang telah wafat. Ketahuilah, ketika kita mendoakan
kebaikan bagi orang lain, apalagi untuk guru kita. Diantara keutamaannya adalah
:
Pertama : Telah berusaha membalas kebaikan orang yang
telah berbuat baik. Dari
Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من استعاذ بالله فأعيذُوهُ ومن سأل بالله فأعطوه، ومن
أتى إليكم معروفاً فكافئوه، فإن لم تجدوا، فادعوا له، حتى يعلم أن قد كافأتموه
Siapa yang memohon perlindungan dengan mengatasnamakan Allah , maka lindungilah dia. Dan siapa yang meminta dengan mengatasnamakan Allah, maka berilah ia. Dan siapa yang berbuat baik kepadamu, balaslah kebaikannya. Jika kamu tidak mampu, maka doakanlah dia sampai dia tahu bahwa kalian telah memberinya yang setimpal. (H.R Abu Dawud).
Kedua : Yang mendoakan mendapat doa dari malaikat. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ
إِلا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Tidaklah seorang muslim mendoakan saudaranya
tanpa sepengetahuan saudaranya itu kecuali malaikat berkata : Dan untuk kamu
juga seperti itu. (H.R Imam Muslim).
Pada riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah
Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
دَعْوَةُ الْمَرْء الْمُسْلِم لأخيه بظهر الغيب مُسْتَجَابَةٌ،
عندَ رأْسه مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلِّمَا دَعَا الأَخِيهِ بِخَيْرِ قَالَ الْمَلَكُ
الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ، وَلَكَ بمثل رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Doa seorang muslim untuk saudaranya dengan tanpa
sepengetahuan saudaranya itu mustajab. Di kepala seorang muslim itu ada
malaikat yang diberi tugas. Bila ia mendoakan kebaikan bagi saudaranya, maka
malaikat yang diberi tugas itu mengucapkan : Aamiin, dan untukmu juga seperti
yang engkau doakan. (H.R Imam Muslim).
Ketahuilah, para ulama mejelaskan bahwa doa malaikat
itu mustajab, antara lain Al Imam Abul Hasan al Mufarakfuri rahimahullah berkata : Doa para malaikat itu
mustajab. (Mura’atul Mafatih),
Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata : Mendoakan saudaranya
tanpa sepengetahuannya menunjukkan jujurnya keimanan seseorang. Hal ini karena
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda : Tidaklah
sempurna keimanan kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri. (Syarah Riyadush Shalihin).
Wallahu A'lam. (3.413).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar