Sabtu, 30 November 2024

RUGI BESAR JIKA TIDAK MEMPERBANYAK BACAAN AL QUR AN DI BULAN RAMADHAN

 

RUGI BESAR JIKA TIDAK MEMPERBANYAK BACAAN AL QUR AN DI BULAN RAMADHAN

Disusun oleh : Azwir B.Chaniago

Sungguh, Ramadhan adalah bulan al Qur an yaitu diturunkannya al Qur an. Allah Ta'ala berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Q.S al Baqarah 185).

Dan juga dijelaskan dalam firman-Nya :

Oleh karena itu orang orang beriman haruslah meningkatkan semangatnya untuk membaca dan mempelajari al Qur an melebihi dari bulan selain Ramadhan.

Ketahuilah  bahwa pada setiap malam Ramadhan, Rasulullah dan Malaikat Jibril ber-mudarasah al Qur an. Rasulullah membaca al Qur an dan disimak oleh Jiibril kemudian bergantian Jibril membaca dan Rasulullah yang menyimak. Rasulullah  Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan hal ini dalam sabda beliau : 

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Dari Ibnu Abbas, dia  berkata, Rasulullah  adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril  menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam adalah orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus. (H.R Imam Bukhari).

Sungguh Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya telah menjanjikan pahala yang besar bagi orang orang yang membaca al Qur an. Terlebih lagi di bulan Ramadhan dimana pahala suatu amal akan dilipatgandakan. Rasulullah salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf. (H.R Imam at Tirmidzi).

Satu perkara yang menggembirakan adalah bahwa di bulan Ramadhan sangatlah banyak saudara saudara kita yang TIDAK MAU MERUGI yaitu berusaha mengkhatamkan al Qur an bahkan ada yang lebih satu kali. Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah menjelaskan tentang orang yang mengkhatamkan al Qur an dan mengkhatamkan maka MEREKA DICINTAI OLEH ALLAH TA'ALA :  

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ : الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ - قَالَ : وَمَا الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ؟ قَالَ الَّذِي يَضْرِبُ مِنْ أَوَّلِ الْقُرْآنِ إِلَى آخِرِهِ كُلَّمَا حَلَّ ارْتَحَلَ

Dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam : Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah ?. Beliau menjawab :  Al hal wal murtahal.

Orang ini bertanya lagi : Apa itu al hal wal murtahal, wahai Rasulullah ?. Beliau menjawab : Yaitu yang membaca al Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal. (H.R at  Tirmidzi).

Wallahu A'lam. (3.429)

Jumat, 29 November 2024

HAMBA ALLAH MESTI BERUSAHA AGAR MEMILIKI HATI YANG SELAMAT

 

HAMBA ALLAH MESTI  BERUSAHA AGAR MEMILIKI HATI YANG SELAMAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan bahwa  hati seseorag menjadi tolak ukur tentang kebaikan dirinya. Dari an Nu'man bin Basyir, Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam  bersabda :

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.  

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati. (H.R Imam Muslim).

Tentang hati, Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah membagi  hati manusia menjadi tiga keadaan satu diantaranya adalah hati yang sehat disebut juga dengan hati yang selamat (qalbun salim). Dia selamat karena dia sehat. Orang yang hatinya sehat akan selalu beramal shalih serta menjaga ketaatannya kepada Allah. Beramal dengan ikhlas karena Allah dan dengan cara ber-ittiba’ kepada Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasalam. (Lihat Ad Daa' wad Dawaa').

Ketahuilah bahwa qalbun salim adalah salah satu tanda hati yang akan MENYELAMATKAN ORANG ORANG BERIMAN di akhirat kelak ketika menghadap kepada Rabbnya. Allah Ta'ala berfirman :

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ  إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Pada hari itu -hari kiamat- tidak bermanfaat lagi harta dan keturunan, melainkan bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (Qs. as-Syu’ara: 88-89)

Abu Utsman an Naisaburi rahimahullah mengatakan tentang hakikat hati yang selamat : Yaitu hati yang terbebas dari bid’ah dan tenteram dengan Sunnah. (Tafsir Ibnu Katsir).

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Pengertian paling lengkap tentang makna hati yang selamat itu adalah hati yang terselamatkan dari segala syahwat yang menyelisihi perintah Allah dan larangan-Nya. Hati yang bersih dari segala macam syubhat yang bertentangan dengan berita dari-Nya. Oleh sebab itu, hati semacam ini akan terbebas dari penghambaan kepada selain-Nya. Dan ia akan terbebas dari tekanan untuk berhukum kepada selain Rasul-Nya…

Ibnul Qayyim rahimahullah juga menjelaskan karakter si pemilik hati yang selamat itu, “… apabila dia mencintai maka cintanya karena Allah. Apabila dia membenci maka bencinya karena Allah. Apabila dia memberi maka juga karena Allah. Apabila dia mencegah, tidak memberi maka itupun karena Allah…” (Ighatsat al-Lahfan)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan : Hati yang selamat artinya yang bersih dari: kesyirikan, keragu-raguan, bersih dari mencintai keburukan, dan terus menerus dalam bid’ah dan dosa-dosa.  (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Ketahuilah bahwa diantara tanda hati yang selamat disebutkan oleh Syaikh Sa'ad bin Nasir asy Syasri, beliau berkata :

Pertama : Takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala  dan siksa-Nya.

Ciri-ciri seseorang memiliki qolbun salim atau hati yang selamat adalah dirinya selalu memiliki rasa takut kepada Allah Ta'ala dan juga terhadap siksaan-Nya. Dengan demikian, ia akan terhindar dari prasangka buruk serta perbuatan tercela yang akan menjerumuskannya kedalam neraka.

Kedua : Niat Ikhlas karena Allah Ta'ala dalam  ucapan dan perbuatannya.

Ciri-ciri qalbun salim yang kedua adalah niat yang ikhlas karena Allah SWT. Dirinya tidak melangkahkan kaki-kakinya dalam ibadah melainkan dengan niat taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Orang dengan qalbun salim juga  berusaha keras meninggalkan maksiat, karena ingin  mencari ridha Allah Ta'ala.

Ketiga :  Cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ciri-ciri qalbun salim yang selanjutnya adalah memiliki rasa cinta yang amat mendalam kepada Allah Ta'ala. Sehingga dirinya akan selalu berbuat kebaikan, mencintai ketaatan, serta melakukan semua perintah dan larangan-Nya. (Dari Kitab Ruqyah Syar'iyyah).

Wallahu A'lam. (3.428)

 

 

 

 

 

 

Rabu, 27 November 2024

TULISAN INI ADALAH SEDIKIT NASEHAT BAGI PENCINTA DUNIA

 

TULISAN INI ADALAH  SEDIKIT NASEHAT BAGI PENCINTA DUNIA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Saudaraku, sungguh kehidupan dunia ini SANGAT SEMENTARA. Dunia dengan segala isinya PASTI AKAN. Oleh karena itu tetap dan sungguh sungguhlah mengejar akhirat yang jauh lebih baik daripada dunia. Perhatikanlah firman Allah diantaranya adalah :

(1) Dalam surat an Nahal 30, Allah Ta'ala berfirman :

وَلَدَارُ ٱلْءَاخِرَةِ خَيْرٌ ۚ وَلَنِعْمَ دَارُ ٱلْمُتَّقِينَ

Dan sesungguhnya negeri akhirat itu PASTI LEBIH BAIK. Dan itulah sebaik baik tempat bagi orang yang bertakwa.

(2) Dalam surat al Isra' 21, Allah Ta'ala berfitman :

وَلَلْءَاخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَٰتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا

Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.

Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan tentang orang orang yang TUJUAN HIDUPNYA DUNIA. Beliau  bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari Za'id bin Tsabit : 

مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai beraikan urusannya. Menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya dan dia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya.

Dan barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah negeri akhirat, Allah Ta’ala akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits ash Shahihah).

Berikut ini adalah beberapa nasehat yang insya Allah bermanfaat bagi saudara saudara kita sesama muslim, terutama yang saat ini masih terus berjuang  untuk mengejar dunia.

Pertama : Jika seseorang terus menerus mencintai   kehidupan dunia dipastikan dia akan lalai terhadap urusan akhirat dan bisa membuat agamanya rusak.

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِ

Tidaklah dua serigala lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tak lebih merusak dibandingkan dengan sifat rakus manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya. (H.R Imam at Tirmidzi, Imam Ahmad dan Ibnu Hibban)      

Kedua : Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala Mahaadil. Jika seseorang berusaha untuk mendapatkan dunia maka Allah akan memberikan hasilnya berupa kenikmatan dunia. Dan apa yang mereka dapat berupa kehidupan dunia dengan segala  perhiasannya tidaklah bermanfaat  untuk akhiratnya. Allah Ta'ala berfirman :

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas apa yang mereka lakukan di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.

Mereka itulah orang orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka dan sia sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S Hud 15-16).

Kiranya  ayat ini sudah cukup memberi pelajaran yang berharga bagi kita bahwa jika kita mengejar dunia pasti akan diberi tetapi apa yang kita lakukan itu akan sia sia dan tidak bermanfaat sedikitpun untuk akhirat.

Ketiga : Semua orang percaya bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Keindahannya, kesenangan dan kenikmatannya adalah semua pasti akan punah. Semua orang meyakini ini. Tapi sangat banyak orang yang seolah olah tidak tahu, melupakan atau pura pura lupa karena dunia memang sepintas  kelihatan menggiurkan. Ketahuilah bahwa  yang harus kita kejar adalah akhirat bukan dunia. Jangan salah pilih.

Allah telah memperingatkan  hamba hambanya untuk bersegera mencari akhirat dan ampunan Allah untuk mendapatkan surga. Allah Ta'ala berfirman :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).

Kenapa kita  disuruh bersegera ?. Ketahuilah bahwa kematian akan datang tiba tiba. Jadi bersegeralah.  Orang bijak berkata : Sehat tidaklah menjauhkan seseorang dari kematian dan sakit tidaklah mendekatkan seseorang kepada kematian. Masih muda tidaklah menjauhkan seseorang dari kematian dan sudah tua tidaklah mendekatkan seseorang dari kematian. Semua adalah atas kehendak Allah Ta’ala semata.

Keempat : Orang yang melupakan akhirat pastilah akan menyesal setelah meninggalkan dunia. Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَوْ تَرٰىٓ اِذِ الْمُجْرِمُوْنَ نَاكِسُوْا رُءُوْسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۗ رَبَّنَآ اَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا اِنَّا مُوْقِنُوْنَ 

Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat orang orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya dihadapan Rabbnya. (Mereka berkata) Yaa Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (kedunia) niscaya kami akan mengerjakan amal shalih. Sungguh kami adalah orang orang yang yakin.  (Q.S as Sajdah 12).

Kelima : Para pencinta dunia yang selalu mengejar mengumpulkan harta, terkadang berfikir bahwa kalau dia memiliki harta yang banyak maka semua kebutuhan dan kenikmatan hidup bisa dibeli. Ketahuilah saudaraku bahwa tidak semua bisa dibeli dengan uang.

Perhatikanlah beberapa ungkapan orang bijak berikut ini : (1) Uang memang bisa membeli makanan yang paling enak dan paling mahal, tapi uang tidak mampu membeli selera makan padahal untuk makan, manusia butuh selera makan. (2) Uang memang bisa membeli tempat tidur yang empuk dan paling mahal, tapi uang tidak mampu membeli tidur padahal manusia butuh tidur.

(3) Uang memang bisa membeli peralatan komputer yang paling canggih, tapi uang  tidak mampu membeli otak padahal manusia butuh otak. (4) Uang  memang bisa membeli rumah yang paling mewah dan paling mahal tapi uang tidak mampu membeli home sweet home, sungguh tidak ada mata uang yang paling kuatpun di dunia ini,  mampu membeli baiti jannati, rumahku surgaku.

Wallahu A'lam. (3.427).

 

 

 

 

Selasa, 26 November 2024

RUGI BESAR JIKA LAKI LAKI TIDAK SHALAT FARDHU KE MASJID

 

RUGI BESAR JIKA LAKI LAKI TIDAK SHALAT FARDHU KE MASJID

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, shalat fardhu adalah rukun Islam kedua setelah syahadat. Oleh karena itu shalat fardhu menjadi ibadah paling utama dalam  dan menjadi kewajiban semua orang orang beriman untuk mendirikannya. Selain itu, ketahuilah bahwa shalat adalah ibadah paling utama YANG PERTAMA KALI AKAN DIHISAB di akhirat kelak. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

 إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ،

Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.  (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i,  dishahihlan oleh al Hafizh Abu Thahir).

Ketahuilah bahwa dalam syariat Islam setiap laki laki mempunyai kewajiban untuk shalat fardhu di masjid. Sungguh, Rasulullah, para sahabat dan orang orang shalih senantiasa dan terus menerus shalat berjamaah di masjid.

Ketahuilah, sungguh jika laki laki shalat di rumah maka dia akan didatangi banyak kerugian karena :

Pertama : Tidak patuh kepada perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya.

Padahal Allah Ta'ala dan Rasul-Nya telah memerintahkan untuk shalat berjamaah sebagaimana firman-Nya : 

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang yang rukuk. (Q.S al Baqarah 43).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini bahwa : Hendaklah kalian bersama orang orang beriman dalam berbagai perbuatan mereka yang terbaik. Dan yang paling utama dan sempurna dari semua itu adalah shalat. Dan banyak ulama yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bagi diwajibkannya shalat berjamaah. (Tafsir Ibnu Katsir).

Syaikh Abdurrahman  bin Nashir as Sa’di  menjelaskan : “Dan rukuklah bersama orang  yang rukuk” maksudnya shalatlah bersama orang orang yang shalat. Dalam hal ini ada suatu perintah untuk shalat berjamaah dan kewajibannya. Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Dan juga sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي   

Dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. (H.R Imam Bukhari).

Perintah shalat sebagaimana beliau shalat berkaitan dengan seluruh aspek shalat. Diantaranya adalah bacaan shalat, gerakannya yang sempurna, waktunya yang harus dijaga, TEMPATNYA (beliau shalat fardhu bersama sahabat di masjid, bukan di rumah) dan yang lainnya.

Kedua : Hilang kesempatan mendapat pahala shalat lipat ganda.

Ketahuilah bahwa sangatlah banyak keutamaan yang akan diperoleh seorang hamba jika shalat berjamaah di masjid, satu diantaranya adalah bernilai lebih utama 25 atau 27 derajat dari shalat sendiri. Dari Anas,  bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

Shalat jamaah lebih baik 27 derajat dibanding shalat sendirian. (H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudri  radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَعْدِلُ خَمْسًا وَعِشْرِينَ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ

Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 25 derajat. (H.R Imam Muslim).

Oleh karena itu katika seseorang shalat di rumah maka hilanglah kesempatan mendapat pahala lipat ganda. Dalam hal ini, sebagaimana dijelaskan dalam hadits diatas bahwa LIPAT GANDANYA BUKAN dua, tiga atau empat tetapi 25 sampai 27 kali. Sungguh ini kaerugian besar bagi yang shalat di shalat di rumah.

Ketiga : Tidak dapat ampunan dan tidak diangkat derajat karena berjalan kaki ke masjid. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat. (H.R Imam Muslim)

Itulah sebagian kerugian nyata yang akan mendatangi orang orang yang tidak mau shalat fardhu berjamaah di majid.

Wallahu A'lam. (3.426).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 24 November 2024

MEMBERI SEDEKAH SEMBUNYI SEMBUNYI LEBIH BAIK

 

MEMBERI SEDEKAH SEMBUNYI SEMBUNYI LEBIH BAIK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Allah Ta'ala menyukai hamba-Nya yang suka menyembunyikan ibadah yang bisa disembunyikan termasuk dalam perkara menyedekahkan hartanya, yaitu tanpa diketahui orang lain. Allah Ta'ala  berfirman :

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Jika kamu menampakkan sedekah sedekahmu  maka ITU BAIK. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang orang fakir,   maka ITU LEBIH BAIK BAGIMU. Dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan kesalahanmu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Baqarah 271).

Syaikh as Sa'di berkata : Allah Ta'ala mengabarkan  bahwa sedekah yang ditampakkan oleh orang yang bersedekah itu adalah baik, dan bila dia menyembunyikannya dan menyerahkannya kepada orang yang fakir adalah lebih utama karena menyembunyikan sedekah kepada orang fakir adalah lebih utama. Menyembunyikan sedekah  adalah kebaikan lain dan juga hal itu menunjukkan kuatnya keikhlasan.

(Disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim) Salah satu dari tujuh kelompok yang akan dinaungi oleh naungan Allah di Hari Kiamat nanti adalah orang yang bersedekah dengan sebuah pemberian , lalu dia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh, bersedekah secara sembunyi sembunyi itu lebih baik, diantaranya karena punya potensi kuat untuk MENJAGA KEIKHLASAN DAN LEBIH UTAMA. Ketahuilah bahwa jika infak atau sedekah dilakukan dengan ikhlas maka akan mendatangkan pahala yang lebih besar sesuai dengan tingkat keikhlasannya.

Dalam satu riwayat disebutkan  bagaimana Ibnu Mubarak menyembunyikan sedekahnya untuk membantu seorang pemuda. Dituturkan oleh Ibnu Mundzir bahwa Ibnul Mubarak adalah orang yang sering bepergian ke Tharasus dan singgah di desa Khan. Disitu ada seorang pemuda yang sering menemui Ibnul Mubarak untuk belajar hadits dan terkadang memenuhi kebutuhannya.

Suatu ketika, Abdullah bin Mubarak datang untuk menemui pemuda tersebut tapi tidak ditemukan. Beliau berusaha mencari tahu keadaan pemuda tersebut. Lalu ada yang mengabarkan bahwa pemuda itu telah ditangkap dan ditahan dengan tebusan senilai 10.000 dirham. Ibnul Mubarak juga mendapat penjelasan bahwa pemuda itu ditahan karena hutang yang tak mampu dibayarnya. 

Lalu Ibnul Mubarak menemui orang memberi hutang kepada pemuda tersebut dan menyerahkan 10.000 dirham. Ibnul Mubarak merasa senang bisa membebaskan pemuda itu. Selanjutnya meminta orang yang memberi hutang itu untuk tidak memberi tahu siapapun selagi dia masih hidup.

Setelah pemuda itu bebas, Ibnul Mubarak bertemu pemuda itu lalu bertanya kepadanya. Wahai pemuda : Kemana engkau sebelum ini ?. Aku tak melihatmu. Pemuda itu menjawab : Wahai Abu Abdirrahman, aku ditahan gara gara hutang. Lalu bagaimana engkau bisa bebas ?, tanya Ibnul Mubarak kepadanya. Pemuda itu menjawab : Ada seseorang yang datang melunasi semua hutangku, tetapi aku tidak tahu siapa orang itu.

Pujilah Allah. Dia tidak akan diketahui kecuali setelah kematian hamba Allah itu, kata Ibnul Mubarak. (Siyar A’lam an Nubala’).

Wallahu A'lam. (3.425)

 

KETIKA SAUDARA SESAMA MUSLIM MENDAPAT KESUSAHAN

 

KETIKA SAUDARA SESAMA MUSLIM MENDAPAT KESUSAHAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, orang beriman itu bersaudara yaitu sebagaimana ditegaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

Sesungguhnya orang beriman itu bersaudara. (Q.S al Hujurat 10).

Syaikh as Sa’di berkata : “Sesungguhnya orang beriman itu bersaudara”. Ini adalah perjanjian yang ditunaikan Allah Ta’ala di antara sesama orang beriman. Siapapun orangnya yang berada di belahan timur  bumi ataupun barat yang beriman kepada Allah Ta’ala, Malaikat, kitab kitab, rasul rasul-Nya serta beriman kepada Hari Akhir maka dia adalah saudara orang yang beriman lainnya.

Persaudaraan yang mengharuskan orang orang (beriman) mencintai saudaranya sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri serta tidak menyukai apapun yang mengenainya sebagaimana diri mereka sendiri tidak suka terkena hal itu. (Ini sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim). Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman.

Sebagai konsekwensi dari persaudaraan adalah mencintai saudaranya.  Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ketika bergaul dengan saudara sesama muslim, terkadang kita mendapat kabar atau diberi tahu bahwa saudara kita si Fulan mendapat kesusahan. Misalnya bisnisnya rugi besar atau berhenti dari pekerjaan yang menjadi sumber penghasilannya. Bisa jadi juga mendapat sakit dan yang lainnya.

Nah, ketika keadaan berupa kesulitan atau kesusahan maka spontan saudara saudara sesama orang beriman berempati. Terkadang memberi berkomentar : Kasihan ya, si Fulan si Fulan dapat kesusahan.

Rasa empati kepada saudara yang mengalami kesulitan tentulah sangat baik. Akan tetapi ketahuilah ada perkara lain yang bisa dilakukan sebagai saudara sesama beriman, diantaranya :

Pertama : Membantu meringankan kesusahan atau kesulitannya. Sungguh Allah Ta'ala memerintahkan untuk saling tolong menolong terhadap sesama, sebagaimana firman-Nya : 

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah 2).

Imam al Qurthubi  menjelaskan tentang  TA’AWUN yaitu tolong menolong yang dimaksud dalam surat al Maidah ayat 2 menyebutkan beberapa aplikasinya : (1) Seorang berilmu menolong manusia dengan ilmunya. (2) Seorang yang berharta menolong manusia dengan hartanya. (3) Seorang pemberani menolong manusia dengan keberaniannya berjuang di jalan Allah dan yang lainnya. Masing masing orang membantu orang lain sesuai kapasitas dan kemampuannya. (Tafsir al Qurthubi).

Kedua : Mendoakan kebaikan baginya. Ketika seseorang saudara mengalami kesulitan maka sangatlah dianjurkan untuk mendoakan kebaikan baginya. Ketahuilah bahwa jika seorang mendoakan saudaranya maka paling tidak ada dua kebaikan yang akan mendatangi orang yang mendoakan saudaranya :

(1) Mendapat doa dari malaikat.

Mendoakan saudara sesama muslim adalah sangat dianjurkan dan ini sebagai bukti persaudaraan yang kuat. Nah, ketika seorang muslim mendoakan saudaranya yang tidak sedang bersamanya maka doanya diijabah dan bagi yang mendoakan mendapat doa dari malaikat. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

 إن دعوة المرء المسلم مستجابة لأخيه بظهر الغيب، عند رأسه ملك موكل، كلما دعا لأخيه بخير، قال: آمين، ولك بمثل”. قال: فلقيت أبا الدرداء في السوق، فقال مثل ذلك.

Doa seorang Muslim untuk saudaranya dalam keadaan zhahril gaib (tidak bersama saudara yang didoakan) mustajab, (dan) di atas kepalanya (orang yang mendoakan) ada Malaikat yang diutus, setiap kali orang itu berdoa untuk kebaikan saudaranya, maka Malaikat itu akan berkata aamiin, dan bagimu seperti itu juga. (H.R Imam Muslim).

(2) Berdoa adalah ibadah.

Sunggug, ketika seseorang mendoakan saudaranya sesama musllim maka berarti dia sedang melakukan ibadah yaitu mendekatkan diri kepada Allah dan berharap ridha-Nya. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ

Doa adalah ibadah(HR. Tirmidzi no. 2969. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani) 

Selain itu, ketahuilah bahwa membantu saudara sesama muslim  dan mendoakan mereka adalah PERBUATAN BAIK yang sangat dianjurkan. Ketahuilah bahwa   setiap perbuatan baik akan  dibalas dengan kebaikan pula. Allah Ta’ala berfirman :

   هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). Q.S ar Rahman 60.

Wallahu A'lam. (3.424)

 

 

 

 

 

ADAKAH TANDA SEORANG HAMBA DICINTAI ALLAH

 

ADAKAH TANDA SEORANG HAMBA DICINTAI ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap hamba wajib mencintai Allah Ta’ala, karena Allah  telah  berbuat baik dan memberi nikmat yang sangat banyak kepadanya. Allah Ta'ala berfirman :   

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu maka dari Allah-lah (datangnya)… (Q.S an Nahal 53).

Ketahuilah bahwa sungguh sangatlah banyak tanda bahwa seorang hamba mencintai Allah Ta’ala. Satu diantaranya yang paling utama adalah bahwa seseorang disebut mencintai Allah Ta’ala jika dia MENGIKUTI APA YANG DIBAWA DAN DIAJARKAN NABI DALAM SUNNAH BELIAU. Allah Ta'ala berfirman :  

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah (Muhammad) :  Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku. Niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha penyayang. (Q.S Ali Imran 31).

Syaikh as Sa’di berkata : Ayat ini merupakan patokan dimana dengannya kita dapat membedakan orang yang mencintai Allah dengan sebenar benarnya dan orang yang hanya sekedar mengaku ngaku semata.

Tanda tanda kecintaan kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah dimana Allah menjadikan tindakan mencontoh Rasulullah dan mengikuti apa yang diserukannya sebagai jalan kepada kecintaan kepada Allah dan keridhaan-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Bahwa satu hal penting bahkan paling penting BAGI SEORANG HAMBA ADALAH BUKAN HANYA MENCINTAI ALLAH TA'ALA TETAPI JUGA MENDAPAT KECINTAAN ALLAH atau dengan kata lain seseorang itu dicintai Allah Ta’ala.

Sungguh, kecintaan Allah Ta'ala kepada hamba hamba-Nya hakikatnya dapat dirasakan pada diri kita masing masing yang bersangkutan.

Cuma saja sebagian orang di zaman ini  mungkin merasa bahwa ketika dirinya diberi nikmat dunia yang banyak seperti rizki yang luas, pangkat dan jabatan yang tinggi, dimuliakan banyak orang maka MEREKA ANGGAP SEBAGAI TANDA BAHWA ALLAH TA'ALA MENCINTAINYA. Bukan, bukan begitu.

Ketahuilah bahwa SALAH SATU tanda yang bisa dirasakan oleh seorang hamba tentang CINTA ALLAH pada dirinya  adalah dengan melihat apakah seseorang itu memiliki LEBIH BANYAK ILMU SYARIAT ATAU ILMU DUNIA. Sungguh Allah Ta'ala mengingatkan tentang sebagian orang yang memiliki banyak ilmu dunia tetapi sangat sedikit ilmunya tentang kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman  :

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ        

Mereka mengetahui yang zhahir (tampak) dari kehidupan dunia sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai. (Q.S ar Ruum 7).

Ketahuilah bahwa jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah  memberikan agama (ilmu agama dan mengamalkannya) kepadanya. Dengan demikian, dia pun akan mudah melakukan perbuatan baik dan jauh dari perbuatan dosa. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan kepada yang tidak dicintai, namun tidak memberikan (ilmu) agama KECUALI KEPADA ORANG YANG DICINTAI-NYA. Maka, barangsiapa yang Allah berikan agama, berarti Allah mencintainya. (H.R  Imam Ahmad).

Wallahu A'lam. (3.423).