BERSIKAP BIJAK JIKA MENDAPAT PUJIAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Dalam menjalani hidup ini semua
manusia tentu pernah mendapat pujian dari orang lain. Pujian itu berbagai bentuk :
(1) Bisa jadi bersifat basa basi dalam pergaulan. (2) Bisa jadi pula karena
yang memuji menginginkan sesuatu dari yang dipuji. (3) Tapi bisa jadi berupa
pujian yang tulus dan sungguh sungguh karena melihat keutamaan orang yang
dipuji.
Ketahuilah bahwa pujian tidak
selalu bermanfaat karena tidaklah pujian manusia mendatangkan kemuliaan bagi
seseorang. Kalaupun ada, itu sifatnya sangatlah sementara bahkan semu.
Nasehat Ulama tentang pujian.
Para ulama yang mumpuni ilmunya
telah mengingatkan kita tentang adanya bahaya dalam puji memuji, diantaranya :
Pertama : Sufyan bin Uyainah berkata :
Pujian tidak akan berbahaya bagi orang yang sadar siapa dirinya. Seorang shalih
jika dipuji, maka ia berkata : “Ya Allah, mereka tidak mengenal diriku,
sedangkan Engkau Maha Mengetahui tentang diriku”.
Kedua : Imam Ibnul Qayyim mengingatkan
bahwa pujian adalah salah satu musuh
ikhlas dalam beramal. Sifat suka
dipuji kata beliau, jika bercampur
dengan ikhlas maka yang satu akan membunuh yang lain.
Ketiga : Imam al Ghazali, dalam Kitab Ihya,
menganggap pujian sebagai salah satu bahaya lisan. Bahayanya, kata beliau, ada pada yang memberi pujian dan yang diberi
pujian, diantaranya :
(1) Seseorang yang memberi pujian cenderung berlebihan dalam
memuji. Dia sebenarnya tidak tahu semua
keadaan orang yang dipuji. Bahkan ada
kemungkinan pula bahwa yang memuji tidak menyenangi orang yang dipuji,
tapi memberi pujian karena mengharapkan sesuatu atau karena memiliki
kepentingan.
(2) Seseorang yang menerima pujian
kadang kadang lupa diri, sehingga bisa jatuh pada ujub dan sombong dan ini adalah
dua jenis penyakit yang berbahaya. Bisa juga terjadi bahwa yang dipuji berbesar
hati dan merasa sudah lebih baik dari orang lain, sehingga melemahkan
semangatnya untuk memperbaiki diri.
Bijak dalam menerima pujian.
Sungguh pujian dari manusia tidak selalu
bermanfaat. Oleh karena itu seseorang yang didatangi pujian hendaklah berlaku
bijak, diantaranya :
Pertama : Abaikan setiap pujian karena pujian manusia tidak akan membuat
seseorang mulia. Kalaupun akan
mendatangkan kemuliaan, itu adalah semu dan sangat sementara. Kemuliaan seorang
hamba tidak datang bersama pujian tapi kemuliaan itu datang dengan
ketakwaan. Allah berfirman : “Inna akramakum ‘indallahi atqaakum” Sesungguhnya
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
(Q.S al Hujurat 13).
Kedua : Seseorang yang dipuji haruslah sungguh sungguh menyadari bahwa orang
yang memuji tidak mengetahui semua
keadaan dirinya. Apalagi yang ada didalam hatinya. Orang yang memuji biasanya
hanya ibarat melihat photo atau gambaran sesaat
tidak melihat video sebagai gambaran keseluruhan. Jika orang yang memuji
mengetahui seluruh keadaan orang yang dipuji tentulah dia tidak akan mau
memberi pujian.
Ketiga : Seseorang jika menerima pujian
maka haruslah berlaku bijak sehingga selamat dari perasaan ujub ataupun
perasaan sombong. Selain itu seorang yang dipuji bisa jadi merasa sudah hebat,
sudah merasa lebih baik dari orang lain. Ini bisa jadi akan melemahkan
semangatnya untuk mencapai prestasi berikutnya
baik dalam ilmu, amal dan yang lainnya.
Keempat : Bila mau berfikir jernih, maka
jujur saja, sungguh kita ini tidak ada apa-apanya. Kita hanya seorang manusia
yang berlumur dosa yang sementara ini ditutupi aib-aibnya oleh Allah Ta’ala.
Kita hanya manusia lemah dan bodoh
sedikit sekali ilmu. Kita tidak tahu
kebodohan kita. Kita tidak mempunyai apa-apa kecuali yang sekadar dititipkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk waktu yang sangat terbatas dan segera berakhir. Kalau Allah
Ta’ala mau mengambilnya, kapan saja, maka kita tidak kemampuan secuil pun untuk
menahannya. Lalu dengan keadaan yang demikian pantaskah kita dipuji ataupun
mengharapkan pujian ?.
Kelima : Apa pun yang kita lakukan dalam
beramal, berbuat baik atau katakanlah bisa mencapai prestasi yang mungkin
mengagumkan orang banyak, ketahuilah bahwa itu semua adalah karena karunia dan
pertolongan Allah Ta’ala semata. Oleh karena itu maka Dzat yang pantas bahkan
wajib dipuji hanya Allah Ta’ala saja, bukan yang selain-Nya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(819)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar