NABI MENGAJARKAN UNTUK MEMPERHATIKAN
PERASAAN ORANG LAIN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Semua manusia mengklaim dirinya
punya perasaan, punya hati nurani. Cuma sayangnya, sebagian manusia beranggapan
bahwa dirinya saja yang punya perasaan. Orang lain nir perasaan.
Oleh karena itu banyak diantara
manusia yang berbicara sesukanya tidak berfikir akibatnya terhadap perasaan
orang lain. Asal bicara. Apalagi kalau dia punya kekuasaan, punya target atau tujuan tertentu.
Sungguh Allah Ta’ala telah mengingat dalam firman-Nya : “Maa yalfizhu min qaulin illaa ladaihi
raqiibun ‘atiid”. Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkannya
melainkan ada padanya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Q.S. Qaaf 18).
Ayat ini antara lain menjelaskan
bahwa setiap kata yang kita ucapkan akan dicatat dengan sangat lengkap oleh
malaikat yang selalu berada dikiri kanan kita. Imam Hasan al Bashri dan Qatadah
berpendapat bahwa jika melihat kepada zhahir ayat jelaslah bahwa Malaikat akan
mencatat setiap ucapan.
Ali bin Abi Talhah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas bahwa ia (Malaikat) akan menulis setiap kebaikan dan keburukan
yang diucapkan. Bahkan ia akan mencatat ucapan aku makan, minum, datang ,
pergi, melihat dan sebagainya (Tafsir Ibnu Katsir).
Apalagi jika seseorang berbicara tanpa memperhatikan perasaan
orang lain tentulah tak akan lolos dari catatan malaikat dan kelak harus
dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Ta’ala.
Ketahuilah bahwa Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam, sebagai uswah hasanah bagi kita pernah berbicara
kepada seorang pemuda yang intinya memberi pengajaran agar memperhatikan
perasaan orang lain.
Haditsnya dari Abi Umamah, dia berkata: Sesungguhnya seorang pemuda datang
kepada Nabi seraya berkata: “Ya
Rasulullah, izin aku berzina”.
Maka para sahabat
berpaling kepada pemuda ini sambil menahannya, dan berkata: “Jangan, jangan (janganlah kamu berkata seperti itu). Maka beliau bersabda
: “Bawa pemuda itu mendekat denganku”. Maka pemuda itupun mendekat kepada Rasulullah. (Abu Umamah)
berkata: maka (pemuda itu) lalu duduk dekat
Rasulullah.
Beliau bersabda:
“Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi pada ibumu ?” Lantas pemuda itu
menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi
tebusannya.
Rasulullah
bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi)
kepada ibu-ibu mereka”.
Rasulullah bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada anak perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab:
“Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga
halnya) orang lain juga tidak suka hal
itu (terjadi) kepada anak-anak perempuan mereka”.
Rasulullah bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada saudara perempuanmu ?” Lantas pemuda itu
menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda:
“(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada
saudara-saudara perempuan mereka”.
Rasulullah bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada bibimu
(dari pihak ayahmu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah,
tidak. Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu
(terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ayah) mereka”.
Rasulullah bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada bibimu
(dari pihak ibumu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak.
Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah
bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi)
kepada bibi bibi (dari pihak ibu) mereka”.
Abu Umamah
berkata: Maka Rasulullah meletakkan
tangannya di atas tubuh pemuda itu, lalu berdoa: “Allahhummaghfir zanbahu, wa thaahir qalbahu wa hassin farjahu”.
Ya Allah ampunkanlah dosanya, sucikanlah hatinya (dari memikirkan sesuatu
maksiat), dan jagalah kemaluannya (dari melakukan zina)
Semenjak itu, dengan doa Rasulullah, pemuda tersebut
tidak lagi condong untuk melakukan maksiat. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Kitab Silsilah Hadits Shahih).
Insya Allah ada
manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (834)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar