NIAT BAIK HARUS DIIKUTI DENGAN ITTIBA’
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Tidak ada khilaf, semua ulama
sepakat bahwa syarat sah atau diterimanya suatu amal adalah : (1) Ikhlas karena
Allah Ta’ala , dan : (2) Mengikuti petunjuk atau sesuai dengan diajarkan Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam.
Allah berfirman : “Alladzii khalaqal mauta wal hayaata li
yabluwakum aiyukum, ahsanu ‘amala, wa huwal ‘aziizul ghafuur”.Yang
menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang paling baik amalnya.
Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. (Q.S al Mulk 2).
Al
Imam Fudhail bin Iyadh menjelaskan bahwa :
Ahsanu amala, paling baik amalnya dalam ayat ini maksudnya adalah paling
ikhlas dan paling sesuai dengan syariat. Kemudian
ada yang bertanya : Apakah maksud yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan
syariat ? Lalu beliau menjawab : Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi
tidak sesuai dengan syariat maka tidak diterima. Demikian pula apabila sesuai
dengan syariat tetapi tidak ikhlas maka amalan itu tidak diterima, hingga
amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syariat. (Hilyah al Auliya’).
Jadi jika seorang hamba telah
melakukan amal shalih ikhlas karena Allah maka dia juga berkewajiban untuk
mengikuti dalil yaitu petunjuk atau contoh dari Rasulullah dalam beramal.
Sebenarnya dalam urusan dunia pun hakikatnya kita juga harus mengikuti
dua hal ini yaitu niat baik dan cara yang benar.
Mari kita lihat satu ilustrasi
berikut ini. Seorang murid Sekolah Dasar disuruh gurunya menjawab sebuah
pertanyaan : Berapa luas persegi
panjang yang mempunyai panjang 4 cm dan lebar 2 cm. Anak ini berusaha menjawab
dengan niat baik yaitu memenuhi tugas atau pertanyaan gurunya.
Lalu dia menambahkan panjang dan
lebar, 4 + 2 = 6 M2. Dalam hal ini
meskipun niatnya baik tapi caranya salah, sehingga hasilnya juga salah karena tidak mengikuti dalil. Seharusnya 4 dikalikan
dengan 2 sehingga hasil 8 M2.
Ketahuilah contoh yang semisal ini sangatlah banyak dan sangat
mudah kita temukan dalam berbagai urusan dunia. Apalagi untuk urusan ibadah
tentu lebih penting lagi untuk mengikuti dalil.
Rasulullah mengingatkan kita dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim : “Man
‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi amruna fahuwa raddun” Barang siapa melakukan
suatu amalan yang tidak ada petunjuk kami maka amalan itu tertolak.
Perhatikanlah bagaimana ulama
terdahulu menjaga ititba’ kepada Rasulullah dalam beribadah, diantaranya :
Pertama : Sa’id bin Musayyab, seorang ulama senior dikalangan
Tabi’in. Beliau adalah murid Ibnu Abbas dan juga banyak belajar ilmu dari
Aisyah. Pada waktu shalat shubuh, suatu kali beliau melihat seseorang shalat
sunnah Fajar lebih dari dua rakaat. Lalu Sa’id menegurnya : Kenapa engkau
shalat sunnah Fajar lebih dari dua rakaat ?.
Orang itu menjawab : Ya Abu Ali apakah Allah akan mengadzabku
karena shalat ?. Sa’id bin Musayab menjawab : Tidak. Allah tidak akan
mengadzabmu karena shalat tapi kamu akan diadzab karena menyelisihi Rasulullah
Salallahu ‘alaii wasallam.
Kedua : Diriwatkan
oleh Khatib al Baghdadi bahwa pada satu kali Imam Malik dimintai pendapatnya oleh seseorang yang akan
melakukan ibadah umrah dari Madinah. Orang ini berkata : Wahai Syaikh, aku mau
Umrah dan aku akan mengambil miqad (tempat start dan berniat untuk umrah, pen.)
dari Masjid Nabawi. Imam Malik berkata :
Jangan lakukan itu. Itu menyelisihi
Rasulullah. Ambillah miqad dari
Dzul Hulaifah yaitu sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Tapi orang ini menjawab : Aku ingin miqad dari Masjid Nabawi,
yaitu Masjid Nabi, jadi lebih utama. Imam
Malik berkata : Kalau engkau lakukan, kata Imam Malik, maka aku khawatir engkau
akan tertimpa fitnah (ujian atau cobaan).
Fitnah apa wahai
Syaikh, saya cuma menambah jarak dan mengambil miqad dari tempat yang mulia
yaitu Masjid Nabawi, agar lebih afdhal.
Imam Malik menjawab :
Engkau akan tertimpa fitnah dan adzab karena engkau menganggap dirimu lebih
baik dan lebih tahu dari Rasulullah. Lalu Imam Malik membacakan firman Allah
dalam surat an Nur 63 : “Falyahdzarilladziina yukhaalifuuna ‘an amrihii an tushiibahum
fitnatun au yushiibahum ‘adzaabun aliim”
Maka hendaklah orang orang yang menyelisihi perintah Rasul, takut
akan ditimpa fitnah atau azab yang pedih.
Oleh karena itu adalah merupakan kewajiban kita untuk selalu
beribadah dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala dan mengikuti cara yang
diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam.Kita bermohon kiranya Allah
Ta’ala menerima semua ibadah kita. Aamiin.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(827)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar