BERUSAHALAH MENJAGA HAFALAN AL QUR AN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Menghafal al Qur-an adalah suatu
yang sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Sungguh dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa penghafal al Qur-an mendapat predikat yang istimewa yaitu shaahibul Qur-an.
Dalam sebuah hadits disebutkan tentang shaahibul Qur-an. Dari Abdullah bin
‘Amr bin bahwa Rasulullah Salallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Yuqaalu li
shahibil qur-an iqra’ war taqi warattil kamaa kunta turattilu fid dun-yaa fa
inna manzilaka ‘inda akhiri aayatin taqra-uuhaa”. Dikatakan kepada orang
yang membaca (menghafalkan) al Qur an nanti : Bacalah dan naiklah serta
tartillah sebagaimana engkau mentatilnya !. Karena kedudukanmu adalah pada
akhir ayat yang engkau baca (hafal). H.R Abu
Dawud, dan at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani.
Imam al Khathabi
menjelaskan : Ada dalam atsar bahwa jumlah ayat al Qur an menentukan
ukuran tangga surganya. Disampaikan kepada para penghafal al Qur an : Naiklah
ke tangga sesuai yang kamu baca dari al Qur an. Barangsiapa yang menyempurnakan
bacaan seluruh al Qur an maka ia mendapat tangga surga tertinggi dan siapa yang
membaca satu juz darinya maka akan naik ke tangga sesuai ukuran tersebut.
Sehingga ujungnya pahala berada pada ujungnya bacaan. (Mu’aalim as Sunan).
Syaikh al Albani
memberi penjelasan tentang apa yang disampaikan oleh Imam Khathabi tersebut,
yakni : Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan dengan Shaahibul Qur an (orang yang
membaca al Qur an) disini (dalam hadits ini) adalah orang orang yang menghafalkannya
dari hati sanubari.
Sebagaimana hal ini ditafsirkan berdasarkan hadits yang lain : Suatu kaum akan
diimami oleh orang yang paling menghafal Kitabullah (al Qur an).
Kedudukan yang
bertingkat tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang
di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini. Sebagaimana hal
ini banyak disalah pahami oleh banyak orang.
Inilah keutamaan yang nampak bagi seseorang yang menghafalkan
al Qur an namun dengan syarat hal ini dilakukan
untuk mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Bukan untuk
mengharapkan dunia, dirham dan dinar. (Lihat Silsilah Hadits Shahih).
Namun demikian ada sebagian saudara kita yang kurang semangat
menghafal al Qur-an. Mereka hanya berusaha menghafal sedikit dari ayat ayat al
Qur-an. Mereka menyebutkan beberapa
alasan. Satu diantaranya adalah karena takut lupa jika terlalu banyak memiliki
hafalan. Mereka berkata : Bukankah seseorang yang lupa terhadap hafalan al Qur-an
nya adalah sesuatu yang tercela ?.
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin pernah ditanya tentang
orang orang yang lupa terhadap hafalan al Qur-an nya. Beliau menjawab : Lupa
terhadap hafalan al Qur an terdapat dua sebab : (1) (Lupa) adalah perkara yang
sudah menjadi tabiat manusia. (2) (Lupa) karena berpaling dari al Qur-an dan
tidak mempedulikannya.
Yang pertama
: Seseorang tidak berdosa disebabkannya dan tidak diadzab. Telah terjadi pada
diri Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam ketika shalat bersama manusia beliau
lupa satu ayat. Ketika beliau telah selesai shalat maka Ubay bin Ka’ab
menuturkan ayat tersebut kepada beliau kemudian Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam
berkata kepadanya : ‘Kenapa engkau tidak
mengatakan padaku” ?. (H.R Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam telah mendengarkan
bacaan seorang qari kemudian beliau bersabda : “Yarhamullahu fulaanan, faqad dzakaranii aayatan qad kuntu unsiituhaa”.
Semoga Allah merahmati si Fulan, dia telah mengingatkanku satu ayat yang mana
telah terlupakan olehku. (Mutafaq ‘alaihi).
Ini menunjukkan bahwa lupa yang sudah menjadi konsekuensi
tabiat manusia. Dan ini tidak menjadi celaan bagi seseorang.
Yang kedua
: Adapun sebabnya jika berpaling dan tidak memperdulikannya maka hal ini
mungkin dia berdosa karenanya. Sebagian manusia diperdaya dan dibisiki oleh
syaithan agar tidak menghafal al Qur-an. Supaya tidak melupakannya kemudian
terjatuh kepada dosa maka Allah berfirman :
“Fa qaatiluu aulaiyaa-asy syaithaani inna kaidasy syaithaani kaana dha-iifaa”.
…Sebab itu perangilah kawan kawan syaithan itu , karena sesungguhnya tipu daya
syaitha itu lemah. (Q.S an Nisaa’ 76).
Maka hendaklah seseorang menghafal al Qur-an, karena itu
lebih baik dan berharap untuk tidak melupakannya. (Al Fatawa al Muhimmah).
Tentu sangatlah baik bagi orang orang yang memiliki hafalan
al Qur an sedikit atau banyak untuk terus menghafal al Qur-an semampunya.
Kemudian berusaha menjaganya dengan banyak muraja-ah atau mengulang ulang baik
dalam shalat maupun di luar shalat. Juga tidak lupa berdoa kepada Allah Ta’ala
agar hafalannya selalu bertambah dan tetap terpelihara.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(841)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar