PENJELASAN AHLI TAFSIR TENTANG SURAT AL MAA-IDAH 51
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Dalam al Qur an banyak sekali ayat
yang melarang orang Islam memilih orang kafir. Ketahuilah bahwa ayat ayat itu
diturunkan Allah Ta’ala untuk melindungi orang orang Islam dari keburukan yang
dilakukan orang kafir terhadap diri dan agamanya.
Salah satu larangan Allah Ta’ala untuk memilih orang kafir sebagai pemimpin adalah
firman-Nya dalam surat al Maa-idah ayat 51. “Ya aiyuhal ladziina aamanuu !. Laa tattakhidzul yahuuda wan nashaaraa
auliyaa-a, ba’dhuhum auliyaa-u ba’din, wa man yatawallahum minkum fa innahuu
minhum, innallaha laa yahdil qaumazh zhalimiin”.
WAHAI ORANG ORANG YANG BERIMAN !.
JANGANLAH KAMU MENGAMBIL ORANG ORANG YAHUDI DAN NASRANI MENJADI PEMIMPIN
PEMIMPIN (MU), SEBAGIAN MEREKA ADALAH PEMIMPIN DARI SEBAGIAN YANG LAIN
(DIANTARA MEREKA). BARANGSIAPA DIANTARA KAMU MENGAMBIL MEREKA MENJADI PEMIMPIN
MAKA SESUNGGUHNYA ORANG ITU TERMASUK GOLONGAN MEREKA. SESUNGGUHNYA ALLAH TIDAK
MEMBERI PETUNJUK KEPADA ORANG ORANG YANG ZHALIM.
Lalu bagaimana penjelasan ulama
ahli tafsir tentang ayat ini, diantaranya adalah :
PERTAMA : Imam Ibnu Katsir
berkata : Allah Tabaraka wa Ta’ala MELARANG HAMBA HAMBANYA YANG BERIMAN
mengangkat orang orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin mereka. Karena
mereka itu (Yahudi dan Nasrani) adalah MUSUH MUSUH ISLAM dan JUGA MUSUH BAGI
PARA PEMELUK ISLAM, semoga Allah membinasakan mereka.
Selanjutnya Allah Ta’ala memberitahukan
bahwa sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lainnya. Dan setelah
itu Allah MENGANCAM DAN MENJANJIKAN SIKSAAN BAGI ORANG ORANG YANG MEMILIH
PEMIMPIN KAFIR.
Allah berfirman : “Barang siapa di antara kamu mengambil
mereka sebagai pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka” Ibnu
Abi Hatim mengatakan dari Iyadh : Bahwa (Khalifah) Umar bin Khaththab pernah
menyuruh Abu Musa Asy’ari (salah satu Gubernur dizaman Umar) untuk melaporkan
kepadanya tentang pemasukan dan pengeluaran (yang dicatat) pada selembar kulit.
Pada waktu itu Abu Musa al Asy’ari mempunyai seorang sekretaris beragama
Nasrani. Kemudian sekretarisnya itu menghadap Umar untuk memberikan laporan.
Maka Umar kagum dengan laporannya seraya berkata : Ia orang yang teliti. Apakah engkau bisa
membacakan untuk kami di masjid satu surat yang baru kami terima dari Syam.
Abu Musa mengatakan : Tidak bisa.
Maka Umar bertanya : Apakah ia junub ?. Abu Musa menjawab : Tidak, tetapi ia
seorang Nasrani. Maka Umar pun menghardikku dan memukul pahaku. Lalu ia berkata
: KELUARKAN ORANG (NASRANI) ITU. Selanjutnya Umar membacakan surat al Maa-idah
51 tersebut.
KEDUA : Syaikh Abdurrahman
bin Nashir as Sa’di berkata : Allah Ta’ala membimbing hamba hamba-Nya yang
beriman manakala Dia menjelaskan keadaan orang orang Yahudi dan Nasrani dan
SIFAT SIFAT BURUK MEREKA agar kaum muslimin TIDAK MENGANGKAT MEREKA SEBAGAI
PEMPIMPIN PEMIMPIN. Mereka saling tolong menolong dan bahu membahu diatara
mereka menghadapi (orang Islam).
Maka janganlah kamu mengangkat
mereka sebagai penolong penolong karena MEREKA ADALAH MUSUH YANG SEBENARNYA.
Mereka tidak memperdulikan penderitaanmua bahwa mereka akan berhemat
mengeluarkan seluruh kemampuan mereka
(termasuk harta benda, pen.) demi menyesatkan kamu. MAKA TIDAK ADA YANG
MENGANGKAT MEREKA MENJADI PEMIMPIN KECUALI ORANG YANG SAMA DENGAN MEREKA.
(Tafsir Taisir Karimir Rahman).
KETIGA : Prof. DR Haji Abdulmalik Karim Amrullah
(Buya Hamka) berkata : Ayat ini amat penting diperhatikan. Yaitu
barangsiapa yang mengambil Yahudi atau Nasrani menjadi pemimpinnya, TANDANYA
DIA TELAH TERMASUK GOLONGAN MEREKA, artinya telah bersimpati kepada mereka. Tidak
mungkin seseorang yang memilih seseorang jadi pemimpinnya kalau dia tidak
menyukai orang itu.
Meskipun kesukaannya kepada orang
yang berlainan agama itu, dia belum resmi pindah ke dalam agama orang yang
disukainya itu. Menurut riwayat dari Abd Humaid, bahwa sahabat Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam yang terkenal yaitu Hudzaifah bin Yaman pernah
berkata : HATI HATI, TIAP TIAP SEORANG DARIPADA KAMU, BAHWA DIA TELAH MENJADI
YAHUDI DAN NASRANI, SEDANG DIA TIDAK MERASA. Lalu Hudzaifah bin Yaman
membacakan surat al Maa-idah 51 ini, yaitu kalau seseorang telah menjadikannya
pemimpin maka dia telah termasuk golongan orang yang diangkatnya jadi pemimpin
itu.
Selanjutnya Buya Hamka menambahkan
: Barangiapa yang mengangkat pemeluk agama lain jadi pemimpin tidaklah berarti
bahwa mereka (telah) mengalih agama
mereka. Agama Islam terkadang masih
mereka kerjakan, tetapi hakikat Islam telah hilang dari jiwa mereka. Saking
tertariknya dan tergadainya jiwa mereka kepada yang memimpinnya, tidaklah
mereka keberatan lagi menjual agama dengan harga murah. (Kitab Tafsir al Azhar).
Demikianlah penjelasan para ulama
tentang larangan memilih orang kafir
sebagai pemimpin yang diantaranya telah difirmankan Allah Ta’ala, dengan sangat
jelas dan tegas dalam surat al Maa-idah 51).
Kalau begitu masih adakah orang
yang beriman nekad mau memilih orang kafir ?. Tidakkah mereka takut dengan
ancaman dan murka Allah ?. A’udzubillah
min dzaalik.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (825)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar