KEBERANIAN ABU DZARR MENERIAKKAN KEBENARAN ISLAM
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Abu Dzarr nama aslinya adalah
Jundub bin Junadah. Beliau
berasal dari kabilah Ghifar yang dikenal pemberani. Dia
termasuk salah seorang sahabat yang memeluk Islam pada awal awal dakwah Nabi di
Makkah yaitu pada saat dakwah masih dilakukan secara sembunyi sembunyi.
Setelah masuk Islam ternyata sifat pemberani
kabilahnya masih tetap ada pada dirinya. Cuma kali ini keberaniannya digunakan untuk membela Islam, menampakkan
kebenaran dan aqidah yang lurus.
Kisah masuk Islam Abu Dzarr diriwayatkan
dari Ibnu Abbas, dia berkata : “Maukah
kalian aku tunjukkan tentang kisah Islamnya Abu Dzarr ?. Mereka berkata :
Ya.
Dia (Ibnu Abbas) menceritakan bahwa
Abu Dzarr berkata : Aku berasal dari daerah Ghifar. Sampai kepada kami bahwa
ada seorang laki laki di Makkah yang mengaku sebagai seorang nabi. Aku berkata
kepada saudaraku : Pergilah engkau kepada orang tersebut dan berbicaralah
dengannya, lalu bawakan aku berita tentangnya. Maka ia pun pergi dan bertemu
dengannya, kemudian kembali. Aku bertanya : Apa yang kau dapatkan ?. Dia
berkata : Demi Allah, aku telah melihat seorang yang mengajak kepada kebaikan
dan mencegah dari kemungkaran.
Aku berkata kepadanya : Aku belum
puas dengan berita yang kau bawa. Kemudian aku mengambil sebuah kantong untuk
perbekalan dan sebuah tongkat lalu aku pergi ke Makkah. Aku tidak mengenalnya
dan aku enggan untuk bertanya tentangnya. Aku hanya minum air zam zam dan
tinggal Masjidilharam.
Suatu hari aku bertemu dengan Ali
dan dia berkata : Sepertinya anda orang asing di sini ?. Aku jawab : Ya. Silahkan
ke rumah. Lalu aku pergi bersamanya dan dia tidak bertanya apa pun kepadaku dan
aku tidak berbicara dengannya. Ketika pagi hari, aku pergi ke masjid untuk
bertanya tentangnya, tak seorang pun menjawab nya.
Kemudian aku bertemu kembali dengan
Ali, dia berkata : Apakah orang ini belum tahu rumahnya ?. Aku jawab : Tidak. Ikutlah bersamaku. Apa gerangan yang membuatmu
datang ke negeri ini ?. Aku berkata : Jika engkau tidak menceritakannya, aku
akan memberitahukanmu. Dia berkata : Ya aku berjanji. Aku berkata : Telah
sampai kepada kami bahwa di sini ada seorang laki laki yang mengaku sebagai
seorang nabi. Maka aku utus saudaraku untuk berbicara dengannya. Lalu ia
kembali. Tapi aku belum puas dengan berita yang dia bawa.
Aku ingin berjumpa dengannya. Dia
berkata : Sekarang engkau telah menemukannya dan kita menuju ke sana. Ikutlah
denganku. Ikuti aku ke mana aku masuk. Jika aku melihat sesuatu yang
mencurigakan aku akan berhenti seolah olah memperbaiki sepatuku dan engkau
terus berjalan. Dia terus berjalan dan aku mengikutinya hingga ia masuk ke
sebuah rumah dan aku pun ikut masuk menemui Nabi Salallahu Alahi wa Sallam.
Aku berkata kepada beliau :
Tunjukkan kepadaku tentang Islam. Beliau menerangkannya dan aku langsung masuk
Islam saat itu juga. Beliau berkata kepadaku : Wahai Abu Dzar !. Simpanlah dulu hal ini dan kembalilah ke negerimu.
Jika engkau mendengar kita telh terang terangan, datanglah kembali. Aku
berkata : Demi Dzat yang telah mengutusmu akan aku teriakkan ini dihadapan mereka.
Dia pergi ke masjid sedangkan orang orang Quraisy ada disitu. Dia berkata : Wahai kaum Quraisy !. Aku bersaksi bahwa tiada yang berhak di
ibadahi kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya.
Mereka (orang orang Quraisy) berteriak : Mari kita
hajar pembangkang ini. Lalu mereka memukulku dan hampir membunuhku. Setelah
itu, al Abbas datang dan melindungiku seraya berkata kepada mereka : Celaka
kalian !. Apakah kalian ingin membunuh orang Ghifar, sementara dagangan kalian
melalui Ghifar. Oleh karena itu mereka menjauh.
Pagi keesokan harinya aku kembali
dan berkata seperti yang kukatakan kemaren. Mereka berkata : Mari kita hajar
pembangkang ini. Mereka memukuliku seperti kemaren hingga datang al Abbas dan
berkata seperti apa yang dikatakannya kemaren. Ibnu Abbas berkata : Begitulah
awal mula Islamnya Abu Dzarr. Semoga Allah merahmatinya. (Diriwayatkan oleh
Imam al Bukhari no. 3522).
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata :
Perkataannya : Aku akan teriakkan ini, yaitu kalimat tauhid, maksudnya akan
mengatakannya dengan suara keras dihadapan orang orang musyrikin. Sepertinya
Abu Dzarr memahami perintah Nabi Salallahu ‘alaihi wa Sallam untuk
menyembunyikannya bukanlah sesuatu yang wajib, hanya untuk menjaganya. Dan dia
merasa mampu sehingga Nabi membiarkannya.
Berdasarkan hal tersebut juga bisa diambil dalil tentang bolehnya
mengatakan kebenaran ketika seseorang khawatir akan mendapatkan siksaan bila ia
mengatakannya, walaupun pada dasarnya menyembunyikannya juga boleh. Yang paling
tepat itu tergantung pada keadaan dan tujuan serta dengan melihat ada tidaknya
pahalanya.
Perkataannya : Kemudian mereka
berdiri atau dalam riwayat Abu Qutaibah : Mari kita hajar pembangkang ini
karena mereka menamakan orang yang masuk
Islam pada saat itu sebagai pembangkang.
Demikian semangat Abu Dzarr pemberani dari Ghifar dengan lantang
meneriakkan kalimat tauhid dihadapan orang ramai, padahal waktu itu dakwah Islam baru pada tahap sembunyi sembunyi. Abu Dzarr meneriakkan kebenaran meskipun
dia mendapat perlakuan buruk dari kafir Quraisy saat itu. Lalu bagaimana dengan keberanian kaum muslimin
saat ini dalam menunjukkan syiar syiar
dan kebenaran Islam. Wallahu A’lam. (818)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar