NISYFU
SYA’BAN TIDAK ISTIMEWA ?
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh
Allah telah mendatangkan kepada makhluk-Nya
malam lailathul qadr yaitu malam kemuliaan. Allah berfirman : “Innaa
anzalnaahu fii lailatil qadr. Wa maa adraaka maa lailatul qadr. Lailatul qadri
khairum min alfi syahr”. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Qur an) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu malam kemuliaan itu ?. Malam kemuliaan itu
lebih baik dari seribu bulan. (Q.S al Qadr 1-3).
Syaikh
Utsaimin berkata : Jika anda gabungkan antara
antara ayat : “Bulan ramadhan bulan yang didalamnya diturunkan al Qur
an” (Q.S al Baqarah 185) dengan ayat
: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Qur an) pada malam kemuliaan (Q.S
al Qadr 1) maka jelaslah bahwa malam lailatul qadr itu turun pada malam bulan
Ramadhan.
Dengan ini pula diketahui bahwa apa yang
tersebar di kalangan sebagian manusia yang menganggap malam lailatul qadr itu terdapat
pada malam pertengahan bulan Sya’ban, tidak ada dalilnya sama sekali. Malam
pertengahan bulan Sya’ban sama seperti malam pertengahan bulan Rajab, Shafar,
Muharram dan yang lainnya sehingga tidak boleh di khususkan untuk suatu ibadah.
Bahkan hadits hadits yang menerangkan
tentang keistimewaan beribadah pada bulan tersebut semuanya lemah sehingga
tidak boleh dijadikan dalil.
Begitu juga, kata Syaikh Utsaimin : Bahwa
hadits yang menerangkan tentang keistimewaan berpuasa di siang hari pertengahan
bulan Sya’ban merupakan hadits dha’if yang tidak boleh berhujjah dengannya.
Akan tetapi sebagian para ulama (terlalu) menganggap remeh tentang penyebutan
hadits dha’if yang berkaitan dengan fadhilah fadhilah, seperti fadhilah fadhilah amal, bulan bulan atau
tempat tempat. Ini adalah suatu hal yang tidak pantas untuk dilakukan. Karena jika anda membacakan hadits dha’if
yang berkaitan dengan suatu fadhilah, pendengar akan mengira bahwa hadits itu
shahih, kemudian akan menyandarkannya kepada Rasulullah.
Ini
adalah perkara yang besar. Yang penting, bahwa tidak ada pengkhususan ibadah
pada siang atau malam pertengahan bulan Sya’ban. Tidak ada keistimewaan
khusus untuk melaksanakan shalat pada malam pertengahan bulan Sya’ban. Malam
tersebut bukanlah malam turunnya lailatul qadr.
Begitu juga tidak ada keistimewaan melaksanakan puasa pada siang hari tersebut. Ya, memang ada hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah memperbanyak shaum pada bulan Sya’ban tersebut hingga beliau tidak berbuka kecuali hanya beberapa hari saja (sebagaimana disebut dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Selain
dari pada itu, semua yang berkaitan dengan shaum tidak terdapat hadits yang
shahih dari Rasulullah kecuali terdapat pada semua bulan seperti keistimewaan
shaum tiga hari dalam setiap bulan (sebagaimana dimaksud dalam hadits yang
diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim). Yaitu tanggal 13, 14 dan 15. Inilah
yang disebut hari al bidh atau hari putih. (Lihat Kitab Tafsir Juz ‘Amma Syaikh
Muhammad bin Shalih al Utsaimin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar