ADAKAH MANFAAT MEMBANGGAKAN NASAB
Oleh : Azwir B. Chaniago
Ada diantara manusia yang membanggakan nasab atau keturunan.
Mungkin karena merasa keturunan
bangsawan, darah biru ?, keturunan kaum terpandang, keturunan orang orang
berilmu atau yang lainnya.
Bahkan ada yang merasa
bahwa membanggakan nasab adalah sesuatu yang terpuji. Diantaranya mereka
berdalil dengan firman Allah : “Wa rafa’a ba’dhakum fauqa ba’dhin
darajaatin” Dan Dia telah mengangkat
sebagian kamu di atas sebagian yang lain beberapa derajat. (Q.S al An’am 165).
Dan juga sabda Rasulullah : “Sesungguhnya Allah, telah memilih Ismail dari anak Nabi Ibrahim,
memilih Bani Kinanah dari anak Ismail, memilih Quraisy dari Bani Kinanah,
memilih Bani Hasyim dari Quraisyi dan memilihku dari Bani (anak cucu) Hasyim” (H.R Imam at Tirmidzi dan Imam Ahmad)
Tentang hal ini, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin
memberikan fatwa :
Pertama : Itu tidak benar sepenuhnya, sebab berbangga bangga hanya dengan
sekedar keturunan itu tidak boleh. Rasulullah telah bersabda : “La
yanthiyanna aqwamamun yaftakhiruuna bi aabaa-ihimul ladzina maatuu, au
layakuunanna ahwana ‘alallahi minal
ju’alil ladzii yudahdihul khiraa-a bi anfihi” Hendaklah semua kaum berhenti
membangga banggakan moyang mereka yang telah mati, atau jika tidak, niscaya
mereka akan menjadi lebih hina bagi Allah daripada kumbang kotor yang mengorek
kotoran dengan hidungnya. (H.R Imam at Tirmidzi).
Kedua : Jadi, berbangga bangga dengan keturunan itu termasuk perilaku
jahiliyah. Dan Rasulullah telah bersabda : “Innallaha qad adzhaba ‘ankum ‘uiyibbatal
jaahiliyati wa fakhrahaa bil aabaa-i, innamaa huwa mu’minun taqiyya wa faajirun
syaqiyya, annaasu kulluhum banuu aadamu khuliqa min turaabin” Sesungguhnya
Allah telah menghilangkan dari kalian belenggu jahiliyah dan kebanggaannya
dengan moyang mereka. Sesungguhnya (yang
ada adalah) seorang mukmin yang bertakwa atau seorang durhaka yang sengsara.
Manusia semua adalah anak cucu Adam, sedangkan Adam diciptakan dari tanah (H.R
Imam at Tirmidzi dan Abu Dawud).
Beliau juga bersabda : “Arba’un fii ummatii min amril
jahiliyyati laa yatrukuna hunna, al fakhru fiil ahsaabi waththa’nu fil ansaabi
wa istisqaa-u bin nujuumi wan niyahah”. Ada empat perkara yang masih ada
pada umatku yang termasuk perilaku jahiliyah yang tidak akan mereka tinggalkan,
yaitu membanggakan nenek moyang, mencela kerabat, meminta hujan dengan bintang
dan meratapi kematian (H.R Imam Muslim).
Ketiga : Ini adalah cercaan (dari Rasulullah) terhadap membangga banggakan
keturunan (nasab). Yang demikian itu karena sesungguhnya manusia menjadi mulia
hanya karena amal perbuatannya. Tidak akan berguna baginya kemuliaan bapak
bapak mereka terdahulu.
Rasulullah bersabda : “Man batha-a bihi ‘amaluhu lam
yusri’ bihi nasabuhu”. Barangsiapa yang amalnya kurang, maka nasabnya tidak
akan mempercepat dirinya (untuk mencapai derajat yang tinggi). (H.R Imam
Muslim).
Seseorang penyair berkata :
“Jika anda berbangga bangga dengan suatu kaum yang mempunyai
kemuliaan.
Maka kami katakan : Anda benar, akan tetapi sungguh amat
buruk sekali anak cucu mereka”.
Keempat : Sedangkan maksud derajat yang disebut di dalam ayat suci diatas (Q.S
al An’am 165) adalah keutamaan keutamaan
yang tampak, seperti ilmu, zuhud, ibadah, kedermawanan, keberanian dan lain
lain yang serupa dengannya.
Sebab Allah akan mengangkat
derajat orang orang yang memiliki keutamaan keutamaan tersebut di dunia dan di
ahirat, sebagaimana firman-Nya : “Yarfa’illahul ladziina aamanuu minkum
walladzina uutul ‘ilma darajaatin” Allah akan meninggikan orang orang yang
beriman diantara kamu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. (Q.S al Mujaadilah 11).
Kelima : Sedangkan yang dimaksud oleh hadits di atas adalah bahwasanya Nabi
Muhammad dipilih oleh Allah Ta’ala dari keturunan orang orang Arab yang paling
mulia dan paling terkenal. Sehingga spiritualnya menjadi lebih mantap dan mudah
untuk dibenarkan dan diikuti ajarannya karena ia dikenal berasal dari suatu
kabilah yang mempunyai nama dan kedudukan yang tinggi. Semua itu akan lebih
mudah untuk menjadi manusia yang dipercaya.
Namun demikian, kemuliaan tersebut tidak ada gunanya bagi
anggota kabilah beliau lainnya seperti paman paman yang tidak mengikuti ajaran
beliau. Diantaranya adalah Abu Lahab
yang disebut oleh Allah dalam firman-Nya : “Tabbat yadaa abii lahabin
watabb” Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan dia pun celaka. (Q.S al
Masad 1).
Seorang penyair berkata :
Sungguh manusia itu
tidak berarti kecuali karena agamanya. Maka jangan engkau abaikan takwa karena
bersandar pada nasab.
Sesungguhnya Islam telah mengangkat martabat Salman al
Farisi. Dan kesyirikan benar benar telah membuat hina Ab Lahab.
Wallahu A’lam. Semoga Salawat dan Salam, Allah curahkan
kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. (312)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar