MEMUJI DIRI SENDIRI
Oleh : Azwir B. Chaniago.
Sebagian manusia ada yang suka memuji dirinya dihadapan orang
lain bahkan dihadapan orang banyak. Diantaranya ada yang memuji diri karena jabatannya, hartanya, ilmunya, ibadahnya, nasab atau
keturunannya dan yang lainnya. Meskipun memuji diri sendiri tidaklah selamanya
tercela tetapi sering mendatangkan mudharat, jadi berhati hatilah.
Imam al Gazali dalam Kitab Ihya, memasukkan pujian
sebagai salah satu bahaya lisan. Bahaya pujian,
kata beliau, berada pada dua pihak yaitu pada pihak yang memberikan pujian
dan pada pihak yang menerima pujian. Yang dimaksud sebagai salah
satu bahaya lisan oleh Imam al Gazali dalam hal ini adalah memuji
orang lain. Nah, kalau memuji orang lain saja bisa mendatangkan bahaya apalagi
memuji diri sendiri.
Bahaya atau penyakit yang paling dekat dengan memuji diri
sendiri adalah ujub, lalu riya’ dan
berikutnya adalah sombong. Ketiganya adalah termasuk dalam kelompok penyakit
hati yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia di dunia apalagi di
akhiratnya karena bisa menghapuskan pahala dan jauh dari rahmat Allah.
Bagaimana mungkin seseorang memuji dirinya sendiri, karena
dia harus menyadari betul bahwa sebenarnya dia adalah makhluk yang fakir, tidak
memiliki apa apa dan pasti dirinya sangat tergantung kepada apa Allah Ta’ala. Selain itu juga :
Pertama : Sekiranya dia memiliki banyak kelebihan dan kebaikan
pastilah semua ada dengan taufik dan hidayah yang dianugerahkan Allah Ta’ala
kepadanya. Dan yang diwajibkan kepadanya adalah memuji Allah yang telah
memberinya berbagai kenikmatan.
Kedua : Allah Mahamengetahui semua kondisi serta kelemahan yang ada pada diri
manusia sehingga tidaklah pantas seseorang
memuji dirinya. Allah berfirman : “Huwa a’lamu bikum idz ansya-akum minal
ardhi wa idz antum ajinnatun fii
buthuuni ummahaatikum, falaa tuzakku anfusakum, huwa a’lamu bi manit
taqaa” Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu masih janin
dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui
tentang orang orang yang bertakwa. (Q.S
an Najm 32).
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, pernah ditanya
tentang hukum memuji diri sendiri, beliau menjawab :
Pertama : Jika seseorang memuji dirinya sendiri dengan tujuan menceritakan
nikmat yang Allah Ta’ala anugerahkan kepadanya agar ditiru oleh teman temannya
atau orang yang semisal dengannya maka itu tidak apa apa.
Kedua : Namun jika dia memuji dirinya dengan tujuan mentazkiyah diri
(membanggakan diri) atau menunjukkan amalan yang dia lakukan, maka ini termasuk
kedalam minnah (mengungkit ungkit kebaikan), sehingga tidak boleh dilakukan.
Allah berfirman dalam
surat al Hujurat 17, yang terjemahannya : “Mereka merasa telah memberi
nikmat kepadamu (Muhammad) dengan keislaman mereka. Katakanlah : Janganlah kamu
merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu. Sebenarnya Allah, Dialah
yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika
kamu adalah orang orang yang benar”
Ketiga : Namun jika pujiannya terhadap dirinya hanya sekedar memberitahukan
saja maka itu boleh, tapi sebaiknya tidak dilakukan.
Kesimpulannya, kata beliau : Orang yang memuji dirinya itu berada
pada empat keadaan :
Pertama : Dia memuji dirinya dengan tujuan menceritakan nikmat Allah yang
dikaruniakan kepadanya berupa keimanan dan ketegaran.
Kedua : Tujuannya untuk mendorong teman temannya atau orang lain agar seperti
dia.
Kedua hal ini baik dan terpuji karena niatnya terpuji.
Ketiga : Dia memuji dirinya dengan tujuan berbangga diri atau pamer atau dengan
tujuan menunjukkan, kepada Allah Ta’ala apa yang ada pada dirinya berupa
keimanan dan ketegaran. Ini tidak boleh dilakukan berdasarkan ayat yang telah
disebutkan diatas. (yakni Q.S al Hujurat 17).
Keempat : Dia memuji dirinya dengan tujuan hanya sekedar memberikan informasi
tentang apa yang ada pada dirinya berupa keimanan dan ketegaran di atas al haq.
Ini boleh tetapi sebaiknya tidak dilakukan.
(Dari Majmu’ Fataawa wa Rasa’il, Syaikh Utsaimin).
Insya Allah bermanfaat.
Wallahu A’lam. (316)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar