MENYESAL SETELAH
MENINGGAL
Oleh Azwir B. Chaniago
Sungguh sangatlah banyak ayat al Qur an yang menjelaskan
tentang orang orang yang menyesal setelah meninggal. Mereka yang menyesal itu
minta dikembalikan ke dunia. Kenapa ? yaitu karena setelah meninggal baru
mereka yakin bahwa apa yang mereka lalaikan dahulu di dunia sangatlah buruk
akibatnya. Untuk apa minta dikebalikan ke dunia ? Yaitu untuk menebus kelalaian
mereka dahulu dalam beramal.
Allah berfirman : “Walau
taraa idzil mujrimuuna naakisuu ru-uusihim ‘indarabbihim, rabbanaa absharnaa wa
sami’naa farji’naa na’mal shaalihan inna muuqinuun” Dan (alangkah ngerinya)
jika sekiranya kamu melihat orang orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya
dihadapan Rabbnya. (Mereka berkata) Yaa Rabb kami, kami telah melihat dan
mendengar, maka kembalikanlah kami (kedunia) niscaya kami akan mengerjakan amal
shalih. Sungguh kami adalah orang orang yang yakin. (Q.S as Sajdah 12)
Diantara keinginan
orang orang yang telah meninggal dan menyesal tersebut, dijelaskan Allah dan
Rasul-Nya sebagai berikut :
Pertama : Agar bisa
bersedekah.
Orang orang yang telah meninggal berharap kematiannya
ditangguhkan walau sesaat, karena ingin membelanjakan harta yang dia tinggalkan di dunia untuk
disedekahkan. Padahal waktu masih berada di dunia dia tidaklah termasuk orang
yang suka bersedekah.
Allah menjelaskan
tentang angan angan mereka itu
sebagaimana firman-Nya : “Fa yaquula
rabbi laulaa akhkhartanii ilaa ajalin qariib, fa ashshaddaqa wa akun minash shaalihiin”. Maka dia berkata (menyesali) Ya Rabbku
sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi maka aku
dapat bersedekah dan aku termasuk orang orang yang shalih. (Q.S al Munaafiquun 10).
Setelah meninggal, mereka baru yakin bahwa sedekah akan
memadamkan murka Allah. Rasulullah
bersabda : “Shadaqatus sirri tuthfii-u ghadhabar rabbi” Sedekah secara
diam diam akan memadamkan murka Allah (H.R ath Thabrani, dishahihkan oleh
Syaikh al Albani)
Dan mereka baru yakin dan paham makna firman Allah dalam surat al Baqarah ayat 261 :
“Matsalul ladziina yunfiquuna amwaalahum fii sabiilillahi, kama tsali
habbatin anbatat sab’a sanaa bila fii kulli sunbulatin mi-atu habbah, wallahu
yudhaa-‘ifu liman yasya-u wallahu waasi-‘un ‘aliim” Perumpamaan orang orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah,
seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setip tangkai ada
seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah
Mahaluas, Maha mengetahui.
Mereka juga baru yakin bahwa tentang harta yang
dikumpulkannya selama ini ternyata semua ditinggalkan di dunia dan tak
bermanfaat baginya. Pada hal dia akan ditanya darimana dia dapatkan dan kemana
dia belanjakan. Dia yang ditanya dan
harus mempertanggung jawabkan dihadapan Allah, sedangkan dia tidak sempat menikmati harta tersebut.
Jadi ada tiga kerugian
(1) Mencari harta tapi tak lagi
menikmati (2) Yang menikmati adalah ahli waris mungkin juga orang lain dan (3)
Harus mempertanggung jawabkannya disisi Allah.
Lalu mereka berangan
angan agar kematiannya ditangguhkan barang sesaat.Tapi angan angan mereka
kosong karena mereka tidak lagi berada di dunia dan tidaklah akan pernah mereka
dikembalikan lagi ke dunia.
Kedua : Agar bisa melakukan amal shalih.
Mereka berangan angan dan bermohon kepada Allah agar
dikembalikan lagi kedunia barang sebentar agar bisa mengerjakan amal shalih.
Mereka berjanji akan taat dan melakukan amal shalih yang dulu ditinggalkannya.
Tetapi itu suatu yang sudah pasti tidak akan terjadi kecuali sekedar ucapan
saja.
Allah berfirman : “Hatta idzaa jaa-a ahada humul mautu
qaala rabbi arji’uun. La’alli a’malu shaalihan fiimaa taraktu, kallaa, innaha
kalimatun huwa qaa-iluhaa, wa min wa raa-ihim barzzakhun ilaa yaumi yub’atsuun”
Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata : Ya
Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku dapat berbuat kebajikan yang
telah aku tinggalkan. Sekali kali tidak. Sungguh itu adalah dalih yang
diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (pembatas) sampai pada hari
mereka dibangkitkan. (Q.S al Mu’minuun 99-100)
Ketiga : Agar bisa
shalat dua rakaat.
Orang orang yang melalaikan shalat dan membawa dosa kealam
kuburnya maka dia berangan angan agar bisa kembali kedunia untuk melaksanakan shalat meskipun hanya dua rakaat.
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah pernah melalui sebuah
kuburan dan bertanya : Kuburan siapa ini ? Kata para sahabat : Ini kuburan si
Fulan, maka beliau bersabda : “Rak’ataani ahabbu ilaa hadza min baqiyati
dun-yaakum” Shalat dua rakaat lebih ia sukai dari apa yang tersisa dari
dunia kalian. (H.R ath Thabrani dalam Mu’jam ausath).
Dalam riwayat lain disebutkan : “Rak’ataani khafiifataani
mimma tahqiruuna wa tanfiluun, yaziduhuma hadzaa fii ‘amalihi, ahabbu ilaihi
min baqiyati dun-yaakum” Dua rakaat ringan yang kalian remehkan dan kalian
anggap sunnah, yang dapat menambah amal orang ini, lebih dia cintai dari apa
yang tersisa dari dunia kalian. (H.R Ibnul Mubarak, dishahihkan Syaikh al Albani)
Sungguh penghuni kubur itu telah menyaksikan dalam kuburnya
betapa besar pahala yang Allah sediakan bagi mereka yang melakukan shalat.
Rasulullah bersabda : “Ashshalaatu khairu maudhuu’in,
famanis tathaa’a an yastakatsira falyuktsir” Shalat adalah ibadah terbaik yang
diperintahkan. Maka barangsiapa mampu memperbanyak shalat hendaklah ia
memperbanyaknya. (H.R ath Thabrani,
dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Jadi intinya adalah bahwa puncak angan angan orang orang yang
berdosa adalah berharap umurnya diperpanjang agar ia bisa menambah amal baiknya
dan mengejar apa yang telah dia lalaikan dahulu waktu masih berada di dunia.
Inilah sebagian penyesalan manusia di alam kubur. Lalu bagaimana dengan kita yang
belum sampai kealam kubur dan masih berada di dunia. Tentu sangatlah baik jika
kita tidak lalai terhadap amal amal yang telah disyariat agar tidak rugi dan menyesal nanti.
Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (320).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar