Rabu, 15 Januari 2020

PERINTAH BERINFAK YANG MENGGUGAH ABU THALHAH


PERINTAH BERINFAK YANG MENGGUGAH ABU THALHAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
 
 Kita mengetahui bahwa ayat al Qur an diturunkan tidak sekali gus tetapi dalam waktu sekitar 23 tahun secara berangsur angsur.  Ini dijelaskan dalam firman-Nya :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلًا

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al Qur an kepadamu (Muhammad) secara berangsur angsur. (Q.S al Insan 23)

Setiap ayat yang turun langsung disampaikan Rasulullah kepada para sahabat. Lalu para sahabat mempelajarinya, menghafalkan dan berusaha memahami maknanya serta mengajarkan pula kepada sahabat lainnya. Jika ada yang mereka kurang paham maknanya maka mereka segera meminta penjelasan kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam.

Selanjutnya, jika ayat itu berupa perintah maka tanpa menunggu sesuatu pun mereka langsung mengamalkannya dengan sebaik mungkin. Jika ayat tersebut merupakan larangan maka para sahabat segera saat itu juga berhenti pada batas larangan tersebut.  Kesimpulannya adalah bahwa  setiap ada  ayat yang turun, maka para sahabat selalu pada posisi sami’naa wa atha’naa, kami dengar dan kami taati.

Diantara semangat para sahabat dalam mengamalkan ayat ayat al Qur an  adalah terlihat dengan jelas pada saat turun Firman Allah : 

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Benar benar kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh Allah Mahamengetahui. (Q.S Ali Imran 92).

Syaikh as Sa’idi berkata : Maksudnya kamu sekali kali tidak sampai dan tidak akan mendapatkan kebajikan artinya sebuah kata yang menyeluruh tentang kebajikan yaitu jalan yang menyampaikan ke surga “sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”  dari harta kalian yang terbaik dan paling istimewa.

Karena berinfak dengan hal yang baik lagi disayangi oleh jiwa merupakan tanda paling besar dari kelapangan jiwa dan sifatnya yang mulia, kasih sayangnya dan kelembutannya. Dan juga merupakan tanda paling jelas tentang kecintaannya kepada Allah dan sikap mendahulukan Allah atas kecintaan terhadap harta yang sangat dicintai oleh jiwa. (Kitab Tafsir Karimir Rahman)   

Imam Ibnu Katsir berkata :  Imam Ahmad meriwayatkan (juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim) dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, ia pernah mendengar Anas bin Malik berkata : Abu Thalhah adalah orang yang paling kaya diantara orang orang Anshar di Madinah. Harta yang paling dia senangi adalah Bairuha’ (yaitu suatu kebun) yang berhadapan dengan masjid (Nabawi). Dan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  (pernah) memasukinya dan meminum air yang segar darinya.

Anas menyebutkan bahwa ketika ayat ini turun Abu Thalhah berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman : Kamu sekali kali tidak tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.  

Sesungguhnya harta kekayaan yang paling aku sukai adalah Bairuha’ dan aku bermaksud untuk menyedekahkannya yang dengannya aku berharap mendapat kebaikan dan simpanan di sisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun itu ya Rasulullah seperti apa yang ditunjukkan Allah Ta’ala kepada engkau.

Maka Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : Bagus, bagus, yang demikian itu adalah harta yang menguntungkan, harta yang menguntungkan. Dan aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku berpendapat hendaklah kebun itu engkau berikan kepada kaum kerabatmu. Abu Thalhahpun berkata : Aku akan laksanakan ya Rasulullah. Kemudian Abu Thalhah membagi bagikannya kepada sanak kerabatnya dan anak anak pamannya.

Begitulah diantara keutamaan sahabat yang  bersegera mengamalkan ayat ayat  al Qur an yang diturunkan Allah Ta’ala meskipun  mengorbankan harta  kecintaannya.

Lalu bagaimana pula dengan semangat berinfak orang  orang yang beriman  di zaman ini ?.  Wallahu A’lam. (1.861).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar