Senin, 13 Januari 2020

MUHASABAH LANGKAH PENTING MENUJU PERBAIKAN DIRI


MUHASABAH LANGKAH PENTING MENUJU PERBAIKAN DIRI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala Mahaadil dan Mahabijaksana terhadap makhluk-Nya. Setiap orang, berpangkat atau bukan, kaya atau tidak, lagi sakit atau sehat bahkan raja ataupun penguasa, diberi waktu 24 jam sehari semalam. Cuma setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam  memanfaatkannya.

Perhatikanlah bagaimana sebagian orang memanfaatkan waktu yang dilaluinya untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Ada pula tak memanfaatkan untuk berubah kepada yang lebih baik. Sayangnya, ada pula memanfaatkan waktunya untuk berubah kepada yang lebih buruk. 

Hakikatnya setiap orang selalu ingin memperbaiki keadaan dirinya menjadi lebih baik. Cuma saja ada yang tertipu oleh hawa nafsu dan angan angan kosongnya. Dan bisa pula digelincirkan syaithan kepada keburukan.

Ketahuilah salah satu jalan ATAU LANGKAH PENTING untuk menjadi lebih baik bahkan lebih baik lagi maka DIPERLUKAN KEINGINAN YANG KUAT DAN USAHA YANG SUNGGUH. Langkah awal atau prosesnya haruslah dimulai dengan introspeksi diri atau dalam bahasa syariat disebut dengan MELAKUKAN MUHASABAH. 

Setiap orang yang menginginkan perbaikan bagi dirinya terutama dalam menjalani kehidupan beragama menjadi lebih baik tak mungkin dicapai jika tidak mau melakukan muhasabah secara periodik dan juga berkelanjutan. Jangan merasa berat melihat kesalahan dan kekurangan diri untuk merencanakan dan menuju kepada yang lebih baik.

Imam Fudhail bin Iyadh memberi  nasehat : Orang yang beriman itu rajin mengintrospeksi diri. Dia selalu sadar bahwa kelak dirinya pasti akan menghadap Allah Ta’ala. Sedangkan orang munafik munafik malas mengoreksi dirinya.

Sungguh Allah Ta’ala akan merahmati hamba yang terus menerus mengoreksi diri sebelum datang Malaikat Maut menjemput ajalnya. (Dari Tarikh al Baghdadi).

Ketahuilah bahwa Alah Ta’ala telah mengingatkan agar orang orang beriman melakukan muhasabah terhadap dirinya sebagaimana firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S  al Hasyr 18).

Dalam satu atsar yang diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi  dari Umar bin Khaththab, dia berkata : Hisablah (amal perbuatan) diri kalian sebelum kalian dihisab !. Timbanglah (amal pebuatan) diri kalian sebelum kalian ditimbang !. Perhitungan kalian kelak (di akhirat) akan lebih ringan di karenakan telah kalian perhitungkan diri kalian pada hari ini (di dunia).

Berhiaslah (persiapkanlah) diri kalian demi menghadapi hari ditampakkannya perbuatan. Pada hari itu  kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian). Tiada sesuatupun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah).  Demikian nasehat Umar bin Khaththab.

Ketahuilah bahwa introspeksi diri atau muhasabah haruslah dilakukan dalam semua aspek kehidupan di dunia dan terutama sekali PERSIAPAN MENGHADAPI HARI AKHIR, diantaranya adalah :

Pertama : Muhasabah dalam bidang AQIDAH

Kita hidup dilingkungan manusia yang dengan berbagai corak keyakinan, kepercayaan. Bahkan banyak pula yang sangat kekeh dalam budaya atau kebiasaan nenek moyang meskipun terkadang berseberangan dengan syari’at. 

Ketahuilah bahwa akibat pergaulan dengan lingkungan yang buruk, bisa jadi kita dicemari oleh berbagai oleh berbagai mitos atau keyakinan yang keliru seperti angka angka sial, bulan sial ataupun hari sial dan lain. Termasuk pula melakukan sedekah bumi, sedekah laut. Termasuk pula meminta minta di kuburan  orang yang dianggap wali. Sangat terang dan jelas bahwa semuanya merusak aqidah. 

Oleh karena lakukan muhasabah. Periksa diri sendiri. Jangan jangan kita terbawa arus pergaulan dan lingkungan yang bisa mencemarkan dan merusak aqidah. Na’udzubillah min dzaalik. 

Kedua : Muhasabah dalam bidang IBADAH

Sungguh manusia diciptakan untuk menyembah, mengabdi dan beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzaariyat 56)

Ketahuilah bahwa KITA WAJIB beribadah kepada Allah dengan cara yang diinginkan-Nya, bukan dengan cara yang dibuat buat atau diada adakan oleh sebagaian manusia lalu sebagiannya kita ikuti pula. 

Para ulama tak berbeda pendapat bahwa syarat diterimanya ibadah ada dua : 

(1) Ibadah yang dilakukan ikhlas karena Allah Ta’ala.

(2) Ittiba’ yaitu beribadah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam.


Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun (Q.S. Al Mulk 2).

Imam Fudhail bin Iyadh mengatakan bahwa yang lebih baik amalnya  maksudnya adalah yang paling ikhlas dan yang paling benar amalnya. Selanjutnya  beliau berkata, yang paling ikhlas dan paling  benar yakni : Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tapi tidak benar maka tidak diterima, demikian juga apabila benar tetapi tidak ikhlas maka tidak pula. Orang yang ikhlas ibadahnya adalah yang beramal semata-mata karena Allah sedangkan yang benar adalah orang yang mencontoh Rasulullah dalam beramal. (Kitab Madaarijus Salikin)

Oleh karena itu  periksa kembali, lakukan muhasabah terhadap ibadah ibadah yang kita lakukan selama ini. Apakah sudah memenuhi dua syarat yaitu ikhlas dan ittiba’. Sungguh ini adalah salah satu cara untuk menuju perbaikan diri dalam beribadah.

Ketiga : Muhasabah dalam bidang ADAB DAN AKHLAK

Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajak dan memberi contoh kepada umatnya untuk selalu mengedepankan akhlak yang mulia dalam setiap keadaan. Allah Ta’ala  memuji kebaikan akhlak beliau. Allah berfirman : 

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Sesungguhnya engkau  (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S al Qalam 4).

Lalu apa makna akhlak yang baik terhadap orang lain. Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Madaarijus Saalikin, menjelaskan kepada kita yaitu mencakup tiga hal : (1) Berbuat baik kepada orang lain. (2) Menghindari sesuatu yang menyakiti atau yang tidak disukai orang lain. (3) Menahan diri jika disakiti atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain. 

Sungguh muhasabah dalam adab dan akhlak adalah satu jalan untuk memperbaiki akhlak seorang hamba. Setelah melakukan muhasabah maka seorang hamba akan mengetahui kekurangan atau keburukan akhlaknya. Lalu dia bertekad memperbaikinya dan juga berdoa kepada Allah Ta’ala yaitu dengan doa yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

اَللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي

Ya Allah, Engkau telah memperbagus penciptaanku, maka baguskanlah akhlakku. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Keempat : Muhasabah dalam bidang MUAMALAH

Manusia yang diciptakan Allah Ta’ala sebagai makhluk sosial yang hakikatnya tidak dapat hidup sendiri dengan nyaman. Dia membutuhkan hubungan dan bantuan serta kerjasama dengan manusia lainnya. Inilah yang disebut dengan muamalah yaitu sebuah hubungan manusia dalam interaksi sosial sesuai ketetapan syariat. 

Oleh karena itu bermuamalah dengan sesama adalah kebutuhan yang harus dijaga diantaranya dalam urusan jual beli atau hubungan ekonomi secara luas, hubungan sosial kemasyarakatan bahkan dalam politik dan yang lainnya.

Oleh karena itu, ketika seseorang ingin memperbaiki diri maka jangan mengabaikan muamalah. Dalam bahasa agama disebut hablum minannas. Seseorang tak akan pernah merasa nyaman jika mengabaikan muamalah yang terutama sekali dengan memperhatikan hak hak orang lain. Segera lakukan muhasabah dalam hal ini. 

Sungguh orang orang beriman akan senantiasa melakukan muhasabah terhadap dirinya agar   menjadi lebih baik. Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.858) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar