MUHASABAH LANGKAH PENTING MENUJU PERBAIKAN
DIRI
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh Allah Ta’ala Mahaadil dan
Mahabijaksana terhadap makhluk-Nya. Setiap orang, berpangkat atau bukan, kaya
atau tidak, lagi sakit atau sehat bahkan raja ataupun penguasa, diberi waktu 24
jam sehari semalam. Cuma setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam memanfaatkannya.
Perhatikanlah bagaimana sebagian orang
memanfaatkan waktu yang dilaluinya untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Ada pula tak memanfaatkan untuk berubah kepada yang lebih baik. Sayangnya, ada
pula memanfaatkan waktunya untuk berubah kepada yang lebih buruk.
Hakikatnya setiap orang selalu ingin
memperbaiki keadaan dirinya menjadi lebih baik. Cuma saja ada yang tertipu oleh
hawa nafsu dan angan angan kosongnya. Dan bisa pula digelincirkan syaithan
kepada keburukan.
Ketahuilah salah satu jalan ATAU LANGKAH
PENTING untuk menjadi lebih baik bahkan lebih baik lagi maka DIPERLUKAN
KEINGINAN YANG KUAT DAN USAHA YANG SUNGGUH. Langkah awal atau prosesnya
haruslah dimulai dengan introspeksi diri atau dalam bahasa syariat disebut
dengan MELAKUKAN MUHASABAH.
Setiap orang yang menginginkan perbaikan bagi
dirinya terutama dalam menjalani kehidupan beragama menjadi lebih baik tak
mungkin dicapai jika tidak mau melakukan muhasabah secara periodik dan juga berkelanjutan.
Jangan merasa berat melihat kesalahan dan kekurangan diri untuk merencanakan
dan menuju kepada yang lebih baik.
Imam Fudhail bin Iyadh memberi nasehat : Orang yang beriman itu rajin mengintrospeksi diri. Dia
selalu sadar bahwa kelak dirinya pasti akan menghadap Allah Ta’ala. Sedangkan
orang munafik munafik malas mengoreksi dirinya.
Sungguh Allah Ta’ala akan merahmati hamba yang
terus menerus mengoreksi diri sebelum datang Malaikat Maut menjemput ajalnya.
(Dari Tarikh al Baghdadi).
Ketahuilah bahwa Alah Ta’ala telah
mengingatkan agar orang orang beriman melakukan muhasabah terhadap dirinya
sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ
ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah
kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Hasyr 18).
Dalam satu atsar yang diriwayatkan oleh Imam
at Tirmidzi dari Umar bin Khaththab, dia
berkata : Hisablah (amal perbuatan) diri kalian sebelum kalian dihisab !.
Timbanglah (amal pebuatan) diri kalian sebelum kalian ditimbang !. Perhitungan
kalian kelak (di akhirat) akan lebih ringan di karenakan telah kalian
perhitungkan diri kalian pada hari ini (di dunia).
Berhiaslah (persiapkanlah) diri kalian demi
menghadapi hari ditampakkannya perbuatan. Pada hari itu kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian). Tiada
sesuatupun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah). Demikian nasehat Umar bin Khaththab.
Ketahuilah bahwa introspeksi diri atau
muhasabah haruslah dilakukan dalam semua aspek kehidupan di dunia dan terutama
sekali PERSIAPAN MENGHADAPI HARI AKHIR, diantaranya adalah :
Pertama : Muhasabah dalam bidang AQIDAH
Kita hidup dilingkungan manusia yang dengan
berbagai corak keyakinan, kepercayaan. Bahkan banyak pula yang sangat kekeh
dalam budaya atau kebiasaan nenek moyang meskipun terkadang berseberangan
dengan syari’at.
Ketahuilah bahwa akibat pergaulan dengan
lingkungan yang buruk, bisa jadi kita dicemari oleh berbagai oleh berbagai
mitos atau keyakinan yang keliru seperti angka angka sial, bulan sial ataupun
hari sial dan lain. Termasuk pula melakukan sedekah bumi, sedekah laut.
Termasuk pula meminta minta di kuburan orang yang dianggap wali. Sangat terang dan
jelas bahwa semuanya merusak aqidah.
Oleh karena lakukan muhasabah. Periksa diri
sendiri. Jangan jangan kita terbawa arus pergaulan dan lingkungan yang bisa mencemarkan dan
merusak aqidah. Na’udzubillah min dzaalik.
Kedua : Muhasabah dalam bidang IBADAH
Sungguh manusia diciptakan untuk menyembah,
mengabdi dan beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzaariyat 56)
Ketahuilah bahwa KITA WAJIB beribadah kepada
Allah dengan cara yang diinginkan-Nya, bukan dengan cara yang dibuat buat atau
diada adakan oleh sebagaian manusia lalu sebagiannya kita ikuti pula.
Para ulama tak berbeda pendapat bahwa syarat
diterimanya ibadah ada dua :
(1) Ibadah yang dilakukan ikhlas karena Allah
Ta’ala.
(2)
Ittiba’ yaitu beribadah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
juga berfirman :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ
أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun (Q.S. Al Mulk 2).
Imam
Fudhail bin Iyadh mengatakan bahwa yang lebih baik amalnya maksudnya adalah yang paling ikhlas
dan yang paling benar amalnya. Selanjutnya beliau berkata, yang paling ikhlas dan
paling benar yakni : Sesungguhnya amalan
apabila ikhlas tapi tidak benar maka tidak diterima, demikian juga apabila
benar tetapi tidak ikhlas maka tidak pula. Orang yang ikhlas ibadahnya adalah
yang beramal semata-mata karena Allah sedangkan yang benar adalah orang yang
mencontoh Rasulullah dalam beramal. (Kitab Madaarijus Salikin)
Oleh karena itu periksa kembali, lakukan muhasabah terhadap
ibadah ibadah yang kita lakukan selama ini. Apakah sudah memenuhi dua syarat
yaitu ikhlas dan ittiba’. Sungguh ini adalah salah satu cara untuk menuju
perbaikan diri dalam beribadah.
Ketiga : Muhasabah dalam bidang ADAB DAN
AKHLAK
Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengajak dan memberi contoh kepada umatnya untuk selalu mengedepankan akhlak
yang mulia dalam setiap keadaan. Allah Ta’ala
memuji kebaikan akhlak beliau. Allah berfirman :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
luhur. (Q.S al Qalam 4).
Lalu apa makna akhlak yang baik terhadap orang
lain. Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Madaarijus Saalikin, menjelaskan kepada
kita yaitu mencakup tiga hal : (1) Berbuat baik kepada orang lain. (2)
Menghindari sesuatu yang menyakiti atau yang tidak disukai orang lain. (3)
Menahan diri jika disakiti atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain.
Sungguh muhasabah dalam adab dan akhlak adalah
satu jalan untuk memperbaiki akhlak seorang hamba. Setelah melakukan muhasabah
maka seorang hamba akan mengetahui kekurangan atau keburukan akhlaknya. Lalu
dia bertekad memperbaikinya dan juga berdoa kepada Allah Ta’ala yaitu dengan
doa yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :
اَللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي
فَأَحْسِنْ خُلُقِي
Ya Allah, Engkau telah memperbagus
penciptaanku, maka baguskanlah akhlakku. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh
Syaikh al Albani).
Keempat : Muhasabah dalam bidang MUAMALAH
Manusia yang diciptakan Allah Ta’ala sebagai
makhluk sosial yang hakikatnya tidak dapat hidup sendiri dengan nyaman. Dia
membutuhkan hubungan dan bantuan serta kerjasama dengan manusia lainnya. Inilah
yang disebut dengan muamalah yaitu sebuah hubungan
manusia dalam interaksi sosial sesuai ketetapan syariat.
Oleh karena itu bermuamalah dengan sesama adalah
kebutuhan yang harus dijaga diantaranya dalam urusan jual beli atau hubungan
ekonomi secara luas, hubungan sosial kemasyarakatan bahkan dalam politik dan
yang lainnya.
Oleh karena itu, ketika seseorang ingin
memperbaiki diri maka jangan mengabaikan muamalah. Dalam bahasa agama disebut
hablum minannas. Seseorang tak akan pernah merasa nyaman jika mengabaikan muamalah
yang terutama sekali dengan memperhatikan hak hak orang lain. Segera lakukan
muhasabah dalam hal ini.
Sungguh
orang orang beriman akan senantiasa melakukan muhasabah terhadap dirinya agar menjadi lebih baik. Insya
Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.858)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar