SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH SANGAT PEMAAF
Oleh : Azwir B. Chaniago
Imam Ibnu Qudamah berkata : Makna memaafkan
adalah engkau mempunyai hak untuk membalas terhadap orang lain yang menzhalimi
dirimu tetapi engkau melepaskan (hakmu itu), tidak menuntut qishash atau denda
kepadamya (Minhajul Qashidin, Imam Ibnu Qudamah).
Imam Raghib Ashbahani berkata : Suka memaafkan
adalah bagian dari sikap santun. Orang yang santun adalah ketika dizhalimi dia
bersikap santun dan ketika dia mampu membalasnya dia malah memaafkan.
Orang bijak berkata bahwa implementasi dari
memaafkan itu adalah engkau senantiasa, terus menerus mengosongkan hatimu
dari semua kesalahan orang lain kepadamu.
Ini sebenarnya mudah dilakukan jika engkau menyadari dan juga sangat mengharapkan maaf dari orang yang pernah engkau zhalimi.
Ketahuilah bahwa diantara keutamaan orang yang suka memaafkan adalah akan
memperoleh kebaikan yang banyak. Allah Ta’ala berfirman :
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ
مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا
يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan
yang setimpal tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang
berbuat buruk) maka pahalanya dari Allah. Sungguh dia tidak menyukai orang
orang yang zhalim. (Q.S asy Syura 40)
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata
: Hendaklah setiap orang memiliki sikap pemaaf. Karena Allah Ta’ala sangat
menyukai orang yang memiliki sifat mulia tersebut yaitu mudah memaafkan orang
lain. Lantaran itu ia diberi ganjaran. Jika dibalas dengan saling mempermalukan
dan menjatuhkan pastilah perseteruan tak kunjung usai. Permusuhan akan tetap
terus ada. Jika dibalas dengan diam, maka rampunglah perseteruan yang
sedang berkecamuk. (Syarh Riyadush Shalihin)
Ketahuilah bahwa
puncak keutamaan dari sikap suka memaafkan manusia adalah memperoleh ampunan
Allah Ta’ala. Allah
Ta’ala berfirman :
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا
تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah
Maha Pengampun dan Maha Penyayang (Q.S an Nuur 22
Dalam perkara
memaafkan, ada baiknya kita belajar dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa ada
suatu kali seorang preman dari group al Bakr, dengan alasan yang tidak
diketahui memukul Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Berita ini diketahui oleh
polisi setempat lalu polisi mencari preman tadi. Si preman ini bersembunyi
dengan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Setelah terdesak, lalu preman ini datang ke rumah Ibnu Taimiyah
dan minta perlindungan kepada beliau. Tolong ya Syaikh maafkan saya dan
mintakan maaf saya kepada polisi. Saya memang bersalah tapi sungguh saya takut jika dipenjarakan.
Imam Ibnu Taimiyah dengan hati lapang membawa
orang ini ke kantor polisi dan meminta polisi agar memaafkan orang yang telah
memukul beliau ini. (Diceritakan dalam satu kajian di Radio Roja’ 8 Juli 2012)
Itulah salah satu keutamaan Imam Ibnu Taimiyah
yakni memaafkan dan berbuat baik kepada orang lain yang telah menzhalimi
beliau. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.660).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar