KENAPA SEBAGIAN MANUSIA GHULUW DALAM BERIBADAH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Ghuluw dalam pengertian syari’at adalah melakukan sesuatu dengan melampaui batas,
baik dalam keyakinan maupun amalan yang justru membuatnya menyimpang dari apa
yang telah ditetapkan oleh syari’at.
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ghuluw dalam
agama berarti melampaui batas dengan menambah-nambah dalam memuji sesuatu atau
mencela sesuatu sehingga menyimpang jauh dari apa yang menjadi haknya.
Imam Ibnu Hajar mengatakan : Ghuluw adalah berlebihan
terhadap sesuatu dan menekan hingga melampaui batas (Fathul Bari).
Ketahuilah bahwa sikap ghuluw adalah sesuatu
yang tercela dan dilarang dalam syariat Islam. Sikap ghuluw atau berlebih
lebihan tidak akan mendatangkan kebaikan dan tidak akan memberikan sesuatu yang
bermanfaat dalam segala urusan termasuk urusan dunia. Apalagi dalam menjalankan agama yang lurus.
Oleh karena itu Allah Ta’ala dan Rasul-Nya
telah melarang untuk berbuat ghuluw dan diantara dalilnya adalah :
Pertama
: Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا
تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ
ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Katakanlah : Wahai ahli Kitab. Janganlah kamu
berlebih lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang orang yang telah sesat dahulu
(sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan
(manusia). Dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (Q.S al Maa-idah
77).
Kedua
: Allah Ta’ala berfirman :
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
الْمُعْتَدِينَ
Perangilah di jalan Allah orang yang memerangi
kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang orang yang melampaui batas. (Q.S al Baqarah 190)
Ketiga
: Dari Ibnu Abbâs Radhiyalllahu anhuma ia berkata, “Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
…وَإِيَّاكُمْ
وَالْغُلُوَّ فِيْ الدِّيْنِ، فَإِنَّمَـا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
بِالْغُلُوِّ فِيْ الدِّيْنِ
‘… Dan jauhilah oleh kalian sikap
ghuluw (berlebihan) dalam agama, karena
sesungguhnya orang-orang sebelum kalian
telah binasa karena sikap ghuluw (berlebihan) dalam agama. (H.R Imam Ahmad, an Nasa’i dan Ibnu
Majah).
Keempat
: Dalam sebuah hadits dari Mihzan bin al Adra, Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Kalian tidak akan dapat melaksanakan
agama ini dengan memaksakan diri. Sebaik baik urusan agamamu adalah yang
mudah”. (H.R Imam Ahmad)
Selanjutnya datang pertanyaan : Kenapa sikap
ghuluw mendatangi manusia dalam beribadah ?. Diantara jawaban dan penjelasannya
adalah sebagai berikut :
Pertama : Tidak
memiliki ilmu cara beribadah yang benar. Lalu beribadah dengan cara ikut ikutan
saja. Sementara itu tidak mau pula
belajar ilmu yang shahih tentang agama ini. Jika seseorang ikut ikutan saja
dalam beragama bahkan sampai taqlid buta maka ini berpotensi mendatangkan
ghuluw.
Kenapa bisa begitu. Iya karena seseorang yang
taqlid dia hanya mengikuti seseorang yang dipercayainya dalam beragama mungkin
guru atau kiyai-nya. Kalau yang dikutinya adalah orang yang biasa
ghuluw dan mengada ada dalam agama maka diapun mengikutinya meskipun tak ada
petunjuknya.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah
mengingatkan kita semua tentang hal ini dalam sabda beliau :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه
ِأَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa
beramal yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalannya tertolak.
(H.R Imam Muslim)
Kedua :
Mengikuti akal dan perasaan dalam beribadah. Kalau satu ibadah dirasa baik menurut
akal dan perasaannya maka langsung diamalkan. Diantara contohnya adalah tentang
banyak bershalawat. Banyak bershalawat memang sesuatu yang sangat
baik dan disyariatkan.
Cuma kapan waktu bershalawat dan dengan lafazh
seperti apa ini sudah ada tuntunannya. Jadi harus mengikuti cara yang diajarkan
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Misalnya sebelum adzan mengumandangkan
adzan mu’adzin harus bershalawat dulu. Ini tentu tak harus diketahui dulu
dalilnya.
Tetapi diantara manusia dalam hal beribadah
terkadang ada yang hanya mengikuti perasaan dan akalnya maka tidak diragukan akan jatuh kepada sikap
ghuluw.
Ketiga :
Bersandar kepada hadits hadits yang lemah bahkan palsu. Hadits hadits lemah dan
palsu itu sebagiannya diciptakan dan dibuat jadi masyhur oleh sebagian
orang untuk menambah nambah bentuk dan cara beribadah dengan sesuatu yang tidak
ada tuntunannya.
Ada pula orang orang yang berhujjah dengan banyaknya
manusia mengamalkan suatu ibadah. Ketahuilah perbuatan orang banyak belum tentu
bisa hujjah. Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata : Orang
berakal jangan tertipu dengan kebanyakan manusia. Kebenaran tidak ditentukan
oleh banyak orang melakukannya. Akan tetapi kebenaran adalah syari’at
Allah’Azza wa Jalla yang diturunkan kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam.
Allah Ta’ala berfirman :
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي
الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ
وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di
muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan (kebenaran) Allah.
Mereka hanyalah mengikuti sangkaan
belaka. Dan mereka hanyalah berkata bohong” (Q.S al An’am 116).
Lalu kalau kita tilik lebih lanjut ternyata
ada pula sebagian manusia yang tidak tepat dalam memaknai ghuluw. Akibatnya salah dalam
menilai orang orang yang mengamalkan sunnah.
Diantaranya adalah menganggap orang yang
sungguh menjaga waktu shalat dan setiap waktu shalat ke masjid dianggap ghuluw.
Orang yang banyak berpuasa sunnah dianggap ghuluw. Banyak menghadiri majlis
taklim dianggap ghuluw. Seorang muslimah pakai jilbab lebar yang syar’i
dikatakan ghuluw. Lalu mereka memberi komentar : Beragama ini jangan
berlebihan, BIASA BIASA SAJALAH.
Ketika ditanya apa makna biasa biasa saja
dalam beragama, mereka juga sulit memberi jawaban. Ketahuilah
bahwa hakikat biasa biasa saja dalam beragama khususnya ibadah adalah SESUATU
YANG BIASA DIAMALKAN OLEH RASULULLAH DAN PARA SAHABAT SERTA ORANG ORANG SESUDAHNYA YANG MENGIKUTI
PETUNJUK BELIAU SALALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM.
Oleh karena itu setiap hamba hendaklah
memeriksa dan meneliti amal amal yang
dia lakukan. Dalam hal ini bersungguh sungguhlah untuk mengikuti apa yang
diajarkan dan dicontohkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Dan juga
bersegeralah meninggalkan apa yang tidak diajarkan beliau sehingga bisa selamat
dari ghuluw yaitu berlebih lebihan serta tak jatuh kepada bid’ah yaitu mengada
ada dalam beribadah.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.653)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar