PERSAUDARAAN SEMAKIN ERAT DENGAN
SIKAP SUKA MEMAAFKAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Islam adalah agama yang sangat
menekankan umatnya untuk selalu menjaga dan mempererat persaudaraan diantara
mereka. Dan memang sesungguhnya orang beriman adalah bersaudara, sebagaimana
firman-Nya :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Sesungguhnya orang beriman itu bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (Q.S al Hujurat 10).
Syaikh as Sa’di berkata : Persaudaraan yang
mengharuskan orang orang mencintai saudaranya sebagaimana mereka mencintai diri
mereka sendiri serta tidak menyukai apapun yang mengenainya sebagaimana diri
mereka sendiri tidak suka terkena hal itu. (Ini sebagaimana disebutkan dalam
Shahih Muslim no. 1728). Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman.
Sungguh Allah Ta’ala melarang dengan tegas
agar orang orang muslim jangan berpecah belah ataupun bercerai berai,
sebagaimana firman-Nya :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا
Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali
(agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai. (Q.S Ali Imran 103).
Rasulullah, juga dengan sangat jelas menyebutkan
bagaimana seharusnya keadaan persaudaraan sesama orang beriman. Dari Abu Musa,
dari Nabi Salallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda :
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ
كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
Orang mukmin yang satu dengan mukmin
yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.’
Kemudian beliau menganyam jari-jemarinya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Dari ayat ayat al Qur an dan as Sunnah diatas
dapatlah kita mengetahui bahwa orang beriman itu bersaudara dan menjadi
kewajiban bagi orang beriman untuk bersungguh sungguh menjaga persaudaraan itu.
Amat disayangkan, sebagian orang beriman ada
yang saling berpecah belah baik antara satu pribadi dengan pribadi yang lain, antara satu keluarga
dengan keluarga yang lain. Juga terjadi antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya. Akibatnya adalah menimbulkan
konflik bahkan permusuhan yang sama sama tidak kita inginkan.
Sungguh ini semua akan berakibat melemahnya
persatuan dan kekuatan kaum muslimin. Pada gilirannya musuh musuh Islam akan mudah untuk menguasai
kaum muslimin dalam berbagai aspek kehidupan.
Ketahuilah bahwa diantara penyebab perpecahan
di kalangan kaum muslimin adalah : (1) Salah paham dengan ucapan seseorang atau
kelompok. (2) Tidak menjaga lisan sehingga membuat muslim yang lain
tersinggung. Jika telah tersinggung lalu menganggap muslim yang menyinggungnya sebagai musuh. (3) Sengaja atau tidak, berlaku
zhalim kepada saudara sesama muslim dan sebab sebab lainnya.
Dalam perkara ini, untuk menjaga keutuhan
persaudaraan sesama muslim, maka diantara kuncinya adalah MEMELIHARA SIKAP SUKA
SALING MEMAAFKAN. Ketahuilah bahwa sikap
suka memaafkan sangatlah terpuji dalam syariat Islam. Bahkan suka memaafkan merupakan salah satu sikap
orang bertakwa. Allah berfirman :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Dan orang yang bertakwa yaitu) orang-orang
yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S Ali Imran 134)
Sungguh seseorang yang suka memaafkan
saudaranya akan memperoleh kebaikan yang banyak. Pahalanya dijamin oleh Allah
Ta’ala, sebagaimana firman-Nya :
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ
مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا
يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan
yang setimpal tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang
berbuat buruk) maka pahalanya dari Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang
orang yang zhalim. (Q.S asy Syura 40).
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata
: Hendaklah setiap orang memiliki sifat mudah memaafkan yang lain. Tidak
semua isu yang sampai ke telinganya ia terima mentah mentah. Lantas dia
membenci orang yang menyuarakan isu yang tidak menyenangkan itu.
Hendaklah setiap orang memiliki sifat pemaaf. Karena
Allah Ta’ala sangat menyukai orang yang memiliki sikap mulia tersebut, yang
mudah memaafkan orang lain. Lantaran itu, ia akan diberi ganjaran. Karena jika
dibalas dengan saling mempermalukan dan menjatuhkan pasti konflik yang terjadi
tak kunjung
usai. Permusuhan akan tetap ada. Jika dibalas dengan diam,
rampunglah perselisihan yang sedang berkecamuk. (Syarh Riyadhus Shalihin)
Ketahuilah bahwa puncak keutamaan dari sikap
suka memaafkan manusia adalah memperoleh ampunan Allah Ta’ala. Allah berfirman :
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا
تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang
dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Maha Pengasih
dan Maha Penyayang. (Q.S an Nur 22)
Dalam kitab Tafsir al Muyassar, tahqiq Syaikh
Bakar Abu Zaid antara dijelaskan bahwa : Ayat ini turun berkenaan dengan sumpah
Abu Bakar ash Shiddiq bahwa dia
tidak akan memberi apa apa lagi (tidak membantu
lagi, pen.) kepada kerabatnya (diantaranya adalah Misthah bin Utsasah) ataupun
orang lain (karena kesalahan mereka, pen.) yang terlibat dalam menyiarkan dan
menyebarkan berita bohong tentang fitnah yang keji yang ditujukan kepada Aisyah
putri beliau. Maka turunlah ayat ini (an Nur 22, pen.),
melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu, menyuruh berlapang dada terhadap
mereka.
Oleh karena itu kaum muslimin hendaklah selalu
berlapang dada dan saling memaafkan diantara mereka. Jika seorang muslim mau
saling memaafkan maka agar terhindarlah sebab sebab yang membuat perpecahan
diantara mereka dan persaudaraan akan semakin erat.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.273)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar