JA’FAR BIN ABI THALIB DIBERI SAYAP
SEPERTI MALAIKAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Rasulullah
salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
رأيت جعفر بن أبي طالب ملكاً في الجنّة؛ مضرّجةٌ قوادمه
بالدّماء؛ يطيرُ بالـجنّـة
Aku lihat Ja’far bin Abi Thalib di dalam
surga seperti malaikat, dengan sayap
lebar yang berlumuran darah, terbang di
dalamnya. (H.R al Hakim, al-Hafizh berkata dalam Fathul Bari : Sanadnya jayyid, baik.)
Dari hadits ini dapatlah kita mengetahui bahwa Ja’far
mendapat karunia Allah dan keistimewaan yang sangat hebat di surga. Allah
Ta’ala memberinya dua sayap di surga. Dengan sangat mudah dia bebas terbang di
surga kemanapun dia suka.
Dengan dua sayap yang dianugerahkan Allah kepadanya maka
Ja’far dijuluki ath Thayar (orang yang bisa terbang) dan juga dapat julukan
Dzul Janahain (orang yang memiliki dua sayap).
Kenapa beliau mendapat karunia yang demikian hebat ?. Kisahnya bermula dari
perang Mu’tah yang terjadi pada masa Rasulullah yaitu bulan Jumadil Ula tahun
ke 8 Hijriah.
Pada tahun itu Rasulullah mengutus pasukan dalam jumlah besar
ke Mu’tah, Yordania Timur, untuk berperang menghadapi pasukan Romawi dan juga
orang orang Arab yang berada dibawah kekuasaan Romawi.
Sungguh Rasulullah memiliki alasan yang sangat kuat untuk
mengirimkan pasukan ke Mu’tah untuk berperang. Sebagaimana dikisahkan tentang
latar belakang perang Mu’tah yaitu
ketika Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam mengutus seorang sahabat al Harits
bin Umair untuk mengantarkan surat kepada pemimpin kaum Bushra. Namun,
diperjalanan dia dihadang oleh Syurahbil bin Amr al Ghassani, pemimpin al
Balqa’ yang termasuk wilayah Syam atau Syiria dan berada dibawah kekuasaan
Kaisar Romawi.
Syurahbil mengikat al Harits dan membawanya ke hadapan
Kaisar, lalu membunuhnya. Padahal membunuh seorang utusan merupakan kejahatan
yang amat keji. Itu sama saja dengan mengumumkan perang bahkan lebih buruk dari
itu. Oleh sebab itu Rasulullah sangat marah. Dan wajarlah bila kemudian
beliau menghimpun pasukan yang jumlahnya mencapai 3.000 prajurit. Ini merupakan pasukan
Islam terbesar pada saat itu karena sebelumnya tidak pernah ada berhimpun
pasukan sebanyak itu kecuali pada perang Ahzab.
Untuk memimpin pasukan yang besar ini Nabi menunjuk Zaid bin
Haritsah sebagai panglima. Beliau bersabda :
“Apabila Zaid gugur, penggantinya adalah Ja’far bin Abi Thalib.
Apabila Ja’far gugur, penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah” (H.R Imam
Bukhari).
Sebagaimana sudah disebutkan diatas bahwa dalam perang itu,
pasukan kaum muslimin berjumlah 3.000 orang. Mereka harus menghadapi 100 ribu
pasukan Romawi dan ditambah lagi 100 ribu lagi dari pasukan orang orang Arab
yang negeri mereka dibawah kekusaan Romawi.
Perang Mu’tah merupakan bentuk perang atau pertempuran paling
langka. Tak ada sebelum atau sesuadahnya. Wallahu A’lam. Bagaimana bisa jumlah
3.000 pasukan harus berhadapan dengan 200 ribu orang musuh. Bayangkan, kitapun
pernah terkagum kagum dengan perang Badar yang dimenangkan kaum muslimin dengan
jumlah pasukan 313 orang melawan kafir Quraisy dengan jumlah pasukan 1. 000
orang. Pastilah semuanya dengan pertolongan Allah Ta’ala.
Setelah kedua pasukan saling berhadapan di Mu’tah,
pertempuran sengit terjadi. Panglima perang kaum muslimin Zaid bin Haritsah
gugur terkena tombak musuh. Ja’far mengambil bendera perang dan menggantikan posisi
Zaid sebagai panglima.
Ternyata tak berapa lama, tangan kanan Ja’far putus kena
sabetan pedang musuh. Lalu dia memegang bendera
perang dengan tangan kiri. Tangan kirinya akhirnya juga putus kena
sabetan pedang, maka dia kemudian mendekap bendera perang dengan sisa kedua
pangkal lengannya. Tetapi akhirnya Ja’far gugur dalam perang tersebut. Lalu
panglima perang digantikan oleh Abdullah bin Rawahah sesuai pesan Rasulullah
sebelum berangkat perang. Abdullah pun gugur pula.
Perang terus berlanjut dan terakhir, Panglima dipegang oleh Khalid bin Walid.
Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah perang dimenangkan oleh pasukan Islam
dengan korban sangat sedikit yaitu 12 orang sahabat gugur dalam perang ini.
(Lihat Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyurrahman al Mubarakfuri).
Satu hal yang sangat menarik untuk diperhatikan dalam perang
ini adalah Ja’far bin Abi Thalib yang terus memegang bendera perang meskipun mendekapnya dengan pangkal lengannya yang
masih tersisa dan dia gugur, insya Allah sebagai syuhada. Allah Ta’ala memberi
ganti tangannya yang terpotong itu dengan dua sayap di surga.
Allah Ta’ala berfirman :
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ
أُجُورَهُمْ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ
Adapun orang orang yang beriman dan melakukan amal shalih,
Allah akan MENYEMPURNAKAN PAHALA BAGINYA DAN MENAMBAH SEBAGIAN DARI KARUNIANYA.
(Q.S an Nisa’ 173).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.259)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar