ORANG BERIMAN DIANJURKAN MENYEMBUNYIKAN
AMAL
Oleh : Azwir B. Chaniago
Satu dari dua syarat DITERIMANYA AMAL SHALIH
seorang hamba adalah BERIBADAH DENGAN IKHLAS untuk mencari ridha dan
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala semata. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟
ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ
وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
Pada hal mereka hanya diperintah menyembah
Allah DENGAN IKHLAS mentaati-Nya semata mata karena (menjalankan) agama dan
juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah
agama yang lurus. (Q.S al Baiyinah 5).
Ketahuilah bahwa diantara jalan terbaik untuk
menjaga keikhlasan dalam beribadah adalah dengan menyembunyikan amal itu dari
orang lain yaitu dengan cara tidak memperlihatkan dan tidak pula
memperdengarkannya.
Kita mengetahui bahwa memang tidaklah semua
amal bisa disembunyikan dari orang banyak. Bahkan ada amal amal yang sebaiknya
atau sangat dianjurkan untuk dilakukan bersama orang banyak. Diantaranya shalat
wajib berjamaah di masjid bagi laki laki. Dan juga shalat taraweh yang
dianjurkan untuk dilakukan bersama imam serta shalat dua hari raya dan yang
lainnya.
Menyembunyikan amal yang bisa disembunyikan sangatlah
dianjurkan terutama sekali sebagai penghambat perasaan ujub dan riya. Sungguh
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan bahwa orang yang
menyembunyikan amalnya MENDAPAT KECINTAAN ALLAH TA’ALA, sebagaimana sabda
beliau :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ
التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, berkecukupan dan suka sembunyi sembunyi dalam beramal. (H.R Imam Muslim).
Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, berkecukupan dan suka sembunyi sembunyi dalam beramal. (H.R Imam Muslim).
Sungguh orang yang menyembunyikan amalnya
adalah salah satu golongan yang akan mendapat naungan di hari Kiamat kelak,
sebagaimana disabdakan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ.…
….. seseorang yang bershadaqah dengan satu
shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang
diinfaqkan tangan kanannya …. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abu
Hurairah)
Oleh sebab itu, Syaikh Hasyim Muhammad berkata
: Setelah mereka mengetahui syarat ini (syarat diterimanya suatu ibadah, pen.)
mereka pun berusaha amal shalih yang mereka kerjakan seraya berharap amal
mereka diterima dan menghindari riya. Diantara mereka dengan Allah ada rahasia
rahasia amal shalih yang tidak diketahui seorang pun.
Seorang ulama berkata : Antara Allah dan hamba
harus ada rahasia berupa amal shalih. Jika rahasia ini kuat
terjaga maka akan ditambah lagi dengan rahasia yang lain. Jika tambahan ini
juga kuat terjaga maka ditambah lagi dengan rahasia yang lain. Sehingga antara
dirinya dengan Allah terdapat banyak rahasia. Jika dia terhimpit kesulitan, dia
akan memohon kepada Allah Ta’ala dengan rahasia rahasia itu. (Dinukil dari
Kitab al Akhfiyaa).
Sungguh, orang shalih terdahulu selalu
berusaha menyembunyikan amalnya. Ketahuilah, dalam satu riwayat, yang amat
mengagumkan tentang seseorang
menyembunyikan amalnya,
disebutkan bahwa ketika Maslamah Ibnu Abdul Malik bersama pasukannya
mengepung sebuah benteng Romawi, hanya ada satu jalan masuk ke dalamnya.
Setelah pengepungan berlangsung beberapa lama,
Maslamah berseru kepada pasukannya :
Barangsiapa berani menerobos pintu, kalau dia mati saat menerobosnya
maka dia akan mendapatkan surga, insya Allah. Kalau dia selamat maka tanah yang
ada dibalik pintu (benteng) pantas untuknya. Lalu dia harus membuka pintu itu
agar pasukan Islam dapat masuk ke dalam benteng sebagai pemenang.
Seorang prajurit, yang mukanya ditutup kain
berdiri seraya berkata : Aku akan melakukannya wahai panglima.
Selama tiga hari Maslamah Ibnu Abdul Malik
bertanya tanya : Siapakah orang yang mengenakan tutup muka itu ?. Siapakah dia
yang telah membuka pintu benteng musuh ?. Tapi tak seorang pun yang mengaku.
Pada hari ketiga Maslamah sebagai panglima
perang berkata : Aku bersumpah, agar orang yang mengenakan tutup muka itu
menemui aku. Kapan pun waktunya, siang ataupun malam.
Lalu pada tengah malam ada yang mengetuk pintu
tendanya. Maslamah bertanya : Engkaukah orang yang mengenakan tutup muka ?.
Orang itu menjawab bahwa dia minta tiga
syarat sebelum sebelum Maslamah melihat wajah orang itu.
Maslamah berkata : Apa
itu syaratnya ?. Orang itu menjawab : (1) Engkau tidak boleh
mengumumkan namanya kepada orang banyak. (2) Engkau tidak boleh memberinya
imbalan apa pun, dan (3) Engkau tidak boleh memandangnya sebagai orang yang
memiliki keistimewaan.
Aku terima kasih : Kata Maslamah. Kemudian
orang itu berkata : Memang, akulah orang yang mengenakan tutup muka dan telah
membuka pintu benteng Romawi.
Maslamah langsung menghampiri dan memeluknya.
Setelah itu Maslamah selalu berdoa : Ya Allah, kumpulkan aku bersama orang yang
menutup muka. Ya Allah, kumpulkan aku bersama orang yang menutup muka. (Dinukil
dari Kitab al Akhfiya).
Lalu bagaimana kalau kisah orang yang menutup
muka ini dibandingkan dengan orang orang di zaman sekarang. Mungkin jalan
ceritanya akan lain. Wallahu A’lam. (1.519).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar