HARTA PUNYA POTENSI UNTUK MENIPU PEMILIKNYA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Allah Ta’ala memberi rizki berupa harta kepada
hamba hamba-Nya. Ada yang dapat harta banyak dan ada pula yang dapat kurang banyak.
Semuanya sesuai kehendak-Nya. Allah
Ta’ala berfirman :
وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ
بَعْضٍ فِى ٱلرِّزْقِ ۚ
Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas
sebagian yang lain dalam hal rizki. (Q.S an Nahal 71)
Allah Ta’ala berfirman :
أَوَلَمْ يَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ
يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ
لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah
melapangkan rizki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa
yang Dia kehendaki) ?. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. (Q.S az Zumar 52).
Ketahuilah bahwa rizki berupa harta yang
diberikan Allah Ta’ala kepada seorang hamba adalah untuk memenuhi kebutuhan
dirinya, keluarga dan orang orang yang menjadi tanggungannya. Selain dan utama
sekali adalah sebagai sarana agar bisa lebih mudah dan lebih baik dalam
beribadah karena memang ada ibadah yang
membutuhkan harta.
Namun demikian, ingatlah bahwa orang beriman
harus mencari dan membelanjakan mencari
dan membelanjakan hartanya dengan benar sebagaimana tuntunan syariat. Sungguh
harta bisa menjadi fitnah atau cobaan.
Bahkan bisa jadi, harta yang sudah dicari
dengan susah payah, bisa MENIPU PEMILIKNYA. Diantara tipuan itu adalah ketika :
Pertama : Tak memilah atau memilih dalam
mencari harta.
Memang di zaman ini banyak orang yang sudah
tak peduli apakah hartanya di dapat dari
yang halal, haram ataupun syubhat. Semua diambil bahkan diperebutkan demi
mendapat harta yang banyak.
Bahkan ada yang dengan enteng berkata : Saat
ini mencari yang haram susah apalagi mencari yang halal. Ketahuilah bahwa ini
orang asal berbicara tak menggunakan otaknya untuk berfikir sebelum berbicara.
Nah, setelah terkumpul harta yang banyak tentu
dia merasa sangat senang meskipun harta itu hampir semuanya berasal dari
penghasilan yang haram. Tapi ketahuilah bahwa hakikatnya dia telah tertipu
dengan hartanya karena hartanya tak menolongnya di akhirat kelak.
(1) Kalau harta itu dimakannya maka badannya
tumbuh dari yang haram maka doanya tak diterima. Sungguh Rasulullah telah
mengingatkan umatnya akan bahaya dan dampak buruk makanan yang haram,
diantaranya :
Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada
Rasulullan, Ya Rasulullah, doakan saya kepada Allah agar doa saya terkabul.”
Rasulullah bersabda : “Wahai Sa’ad,
perbaikilah makananmu, maka doamu akan terkabulkan.” (HR at-Thabrani).
Disebutkan pula
dalam hadis bahwa Rasulullah bersabda :
“Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya
berdebu, menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan, “Wahai Rabbku!
Wahai Rabbku!” Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang
haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?” (H.R Imam Muslim).
(2) Kalau harta
itu diinfakkan atau disedekahkan maka Allah Ta’ala tidak akan menerima dan tak
ada pahalanya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا
Wahai sekalian
manusia, sesungguhnya Allah itu thayyib (baik). Allah tidak akan menerima
sesuatu melainkan dari yang thoayyib (baik).“ (H.R Imam Muslim).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ جَمَعَ مَالاً مِنْ حَرَامٍ ثُمَّ
تَصَدَّقَ بِهِ لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيْهِ أَجْرٌ وَكَانَ إِصْرُهُ عَلَيْهِ
Barangsiapa yang mengumpukan harta dari jalan
yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu, maka sama sekali dia tidak
akan memperoleh pahala, bahkan dosa akan menimpanya.(HR Ibn Khuzaimah, Ibn
Hibban, dan al-Hakim).
Jadi pemilik harta ini telah ditipu oleh hartanya. Dia merasa
bisa mendapatkan pahala dari infak atau sedekahnya ternyata tidak dapat kecuali
dosa.
Kedua : Harta bisa membuat lalai dari mengingat Allah.
Ketika seseorang memiliki harta yang banyak
maka dia bisa tertipu dengan hartanya. Dengan hartanya dia cenderung kepada
bermegah megah dalam hidupnya. Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala mencela manusia
yang bermegah megahan di dunia sampai
(akhirnya) masuk ke dalam kubur. Allah Ta’ala berfirman :
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
Bermegah megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk kedalam kubur. (Q.S at Takaasur 2-3)
Bermegah megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk kedalam kubur. (Q.S at Takaasur 2-3)
Pada catatan kaki terjemahan al Qur an
Departemen Agama disebutkan bahwa bermegah megahan itu adalah dalam perkara
anak yang banyak, harta yang banyak, pengikut yang banyak kemuliaan dan
sebagainya telah melalaikan kamu dari ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Wahai orang orang yang beriman !. Janganlah
harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan
barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang orang yang rugi. (Q.S
Munafiqun 9).
Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala
melarang hamba hamba-Nya yang beriman agar tidak dipersibuk oleh harta dan anak
sehingga lalai untuk berdzikir kepada Allah. Kebanyakan jiwa manusia itu
terbentuk untuk mencintai harta dan anak sehingga lebih dikedepankan daripada
mengingat Allah dan itu akan menimbulkan kerugian yang besar. (Tafsir Taisir
Karimir Rahman)
Ketiga : Berinfak dan bersedekah dengan riya
dan sum’ah.
Riya dan sum’ah dalam berinfak atau bersedekah
adalah salah satu yang membuat seseorang tertipu dengan hartanya. Kenapa ?, karena dia telah
mengeluarkan hartanya untuk berbuat kebaikan,
Cuma saja dibarengi dengan perbuatan riya dan sum’ah sehingga tak
benilai di sisi Allah.
Ketika dia memberikan santunan kepada anak
yatim misalnya maka dia mengundang banyak orang dan ditampilkan di media sosial
agar diketahui manusia. Dia merasa sangat bangga ketika semakin banyak manusia
mengetahui tentang kedermawannya. Jadi, dalam hal ini ternyata infak dan
sedekahnya telah tercemar dengan perbuatan riya dan sum’ah.
Perhatikanlah apa yang disabdakan oleh
Rasulullah tentang ketiga golongan manusia yang akan dihisab. Satu diantaranya adalah seorang yang diberi rizki yang luas
tetapi menginfakkan hartanya DENGAN PAMRIH di dunia.
Beliau bersabda : “Dan seorang laki laki
yang Allah luaskan rizkinya dan memberinya segala jenis harta. Lalu dia
dihadapkan. Kemudian Dia memperlihatkan kepadanya kenikamatan-kenikmatan-Nya
(pada lelaki itu) sehingga dia mengetahuinya. Kemudia Allah berfirman : Apa
yang telah engkau perbuat dengannya.
Dia, laki laki itu menjawab : Saya tidak membiarkan
suatu jalan yang Engkau suka harta diinfakkan di sana kecuali aku menginfakkan
di sana karena Engkau. Allah Ta’ala berfirman : Engkau dusta. Akan tetapi
engkau melakukan hal itu supaya engkau dikatakan dermawan dan kini engkau telah
disebut sebut demikian. Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan
dan dilemparkan ke dalam neraka. (H.R
Imam Muslim).
Oleh
karena hendaklah seorang hamba berhati hati dalam mencari dan membelanjakan
harta agar tak tertipu dengannya. Wallahu A’lam (1.531).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar