MEMBUAT JANJI UNTUK BERTAUBAT ?
Oleh : Azwir B. Chaniago
Agak sering kita dengar bahwa ada sebagian orang yang memperdaya dan
menipu dirinya sendiri dengan janji palsu dan angan angan kosong. Mereka
membiarkan dirinya menunda nunda waktu untuk melakukan berbagai kebaikan dan
bertaubat.
Diantara contohnya, ada sebagian orang yang membuat janji kepada
dirinya :
(1) Kalau anak anak sudah besar saya baru akan menunaikan ibadah haji karena sekarang
masih kecil kasihan jika ditinggal.
(2) Kalau sudah pensiun nanti saya akan tekun
belajar agama dan semangat beribadah.
(3)
Kalau saya sehat dari penyakit ini maka saya akan sering menghadiri majlis
ilmu.
(4) Kalau proyek saya yang besar ini telah
tuntas maka saya akan segera mempelajari al Qur-an dan belajar ilmu agama.
(5) Bahkan ada yang lebih parah lagi yaitu
yang mengatakan : Saya mau puas dulu, bersenang senang dengan harta yang
saya miliki, mumpung masih muda. Nanti kalau sudah tua saya akan mohon ampun
bertaubat lalu beribadah dengan sungguh. Allah-kan Maha Pengampun dan Maha
Penyayang. Na’udzubillah.
Lalu setelah janji itu datang waktunya untuk
ditunaikan ternyata muncul lagi berbagai alasan dan hambatan untuk tidak juga
melaksanakannya. Bisa jadi mereka
menunda lagi sampai waktu yang tidak jelas. Akibatnya mereka mengalami kerugian besar. Kehilangan pahala ibadah yang belum
sempat dilakukan meskipun sudah berjanji dengan diri sendiri. Sementara itu umurnya
semakin berkurang.
Mereka telah mencederai janji kepada dirinya
sendiri yaitu dengan terus menunda nunda waktu untuk melakukan kebaikan
sehingga mendatangkan kerugian
besar. Lalu bagaimana pula jika
sekiranya Allah mewafatkannya sebelum sempat memenuhi janjinya.
Bisa jadi pula Allah Ta’ala tak memberi
hidayah untuk memohon ampun dan bertaubat. Ini tentu mendatangkan kerugian
bahkan penyesalan yang lebih besar lagi. Bukankah kematian bisa datang kapan saja dan dimana
saja dan tidak bisa ditunda barang sejenakpun.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَنْ يُؤَخِّرَ الَّهُ نَفْسًا إِذَا
جَاءَ أَجَلُهَا ۚوَالَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan Allah (sekali kali) tidak akan menunda
(kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Munaafiquun 11).
Perhatikanlah satu kisah berikut ini tentang
seseorang mau bertaubat tapi ditunda setahun lagi. Dalam Kitab as Sirah an
Nabawiyyah, Ibnu Hisyam menulis : Bahwa al A’sya, seorang penyair yang terkenal
di zamannya, menulis untaian untaian bait syair dengan memuji Nabi dan bertekad
untuk menemui beliau untuk masuk Islam. Sesampainya di Makkah atau telah
mendekati Makkah, salah seorang musyrikin Quraisy mencegatnya lalu menanyakan
keperluannya. Al A’sya memberitahukan bahwa dia datang untuk menemui Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam guna bersaksi untuk memeluk Islam.
Lalu orang Quraisy itu berkata : Wahai Abu
Bashir sesungguhnya Muhammad mengharamkan zina. Al A’sya berkata : Sungguh zina
itu perkara yang tidak aku minati.
Orang Quraisy berkata lagi : Wahai Abu Bashir,
sesungguhnya Muhammad juga mengharamkan khamer. Al A’sya berkata : Adapun ini
(minum khamer), sesungguhnya ada keterpautan dengannya di dalam jiwaku.
Kalau begitu aku akan kembali saja (tidak jadi
menemui Rasulullah untuk masuk Islam saat ini, pen). Lalu aku akan memuaskan
diriku dengan khamer tahun ini. Setelah itu aku akan menemui beliau lalu
memeluk Islam. Kemudian dia kembali (kekampung halamannya). Lalu dia meninggal
di tahun itu dan tidak sempat kembali kepada Rasulullah (dia mati dalam keadaan
kafir, pen).
Oleh karena itu bersegeralah untuk melakukan
kebaikan. Apalagi UNTUK BERTAUBAT LAKUKAN SEKARANG. Jangan ditunda tunda. Wallahu A’lam. (1.517).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar