KETIKA SIFAT FUTUR MENDATANGI SEORANG HAMBA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa tujuan
penciptaan manusia adalah supaya mengabdi, menyembah dan beribadah kepada-Nya.
Allah berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).
Dalam melakukan ibadah terkadang orang orang
beriman DIDATANGI SIFAT FUTUR. Apa itu sifat futur ?.
Menurut Ibn Manzur dalam kamusnya, pengertian
futur secara bahasa adalah : (1) Putus setelah bersambung, atau tenang setelah
bergerak. (2) Malas, lamban atau perlahan setelah rajin dan bersungguh-sungguh.
Secara istilah, futur ini adalah suatu
penyakit yang dapat menimpa orang-orang beriman, pencari ilmu dan bisa juga
menimpa aktivis dakwah. Bahkan dapat
menimpa siapa saja secara ucapan dan perbuatan.
Ketahuilah
bahwa ternyata sifat futur ini juga ada tingkatannya. (1) Tingkatan terendah dari futur adalah berupa kemalasan, menunda-nunda atau
berlambat lambat dalam melakukan suatu kebaikan pada hal sebelumnya bersegera.
(2) Tingkatan tertinggi dari futur adalah terputus atau berhenti sama sekali padahal
sebelumnya rajin dan bersemangat.
Memang terkadang kita bisa merasakan datangnya
sifat futur pada diri kita masing masing.
Pada suatu waktu betapa rajin dan bersemangatnya kita beribadah. Tapi
pada waktu yang lain datang rasa malas mungkin berat dan lain sebagainya. Memang
benar bahwa iman itu bisa turun naik.
Kenapa penyakit futur itu bisa datang ?.
Diantara penyebabnya adalah : (1) Termakan bisikan syaithan yang selalu ingin
menjerumuskan manusia kepada kesesatan. (2) Lupa mengendalikan nafsu yang ada
dalam diri dan nafsu itu cenderung kepada yang buruk. (3) Tergoda dengan rayuan
dunia dengan berbagai perhiasannya. (4) Salah dalam memilih teman akrab.
Kembali kepada kewajiban beribadah, sungguh
Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya telah mengajarkan BANYAK SEKALI JENIS DAN MACAM
IBADAH YANG BISA DILAKUKAN OLEH ORANG ORANG BERIMAN. Ada yang mudah dikerjakan
dan ada pula yang terasa berat. Tetapi hakikat berat ringan suatu ibadah terkait
dengan tingkat ilmu, iman dan keikhlasan seorang hamba dalam beribadah.
Kalau seseorang beribadah dengan ilmu yang
shahih, iman yang kuat dan keikhlasan yang tinggi maka tak ada yang berat.
Kenapa ?, karena Islam adalah agama yang
mudah.
Allah yang menyatakan
bahwa agama Islam mudah tidak
mendatangkan kesulitan. Allah berfirman :
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ
وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. (Q.S. Al Baqarah 185).
Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. (Q.S. Al Baqarah 185).
Maksud ayat ini adalah
Allah menghendaki hal yang memudahkan bagi kalian jalan yang menyampaikan
kalian kepada ridha-Nya dengan kemudahan yang paling mudah dan meringankannya
dengan keringanan yang paling ringan. Segala yang diperintahkan Allah atas
hamba-hamba-Nya pada dasarnya adalah sangat mudah sekali. Bila terjadi
rintangan yang menimbulkan kesulitan maka Allah akan memudahkannya dengan
kemudahan lain yaitu dengan menggugurkannya atau menguranginya dengan segala
bentuk pengurangan. (Tafsir Karimir Rahman, Syaikh as Sa’di)
Sungguh Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wassalam sudah
menjelaskan bahwa Islam itu mudah. Beliau bersabda :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهَ ،عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
(إِنَّ الدِّيْن يُسْرٌ، وَلَن يُشَادَّ الدِّيْنَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ ،
فَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا ، وَأَبْشِرُوْا، وَاسْتَعِيْنُوْا بِالْغَدْوَةِ
وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٌ مِنَ الدُّلْجَةِ ). وَفِيْ لَفْظٍ: (…وَالْقَصْدَ
الْقَصْدَ تَبْلُغُوْا).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda,: Sesungguhnya
agama ini mudah. Tidak ada seorang pun yang mempersulit agama melainkan dia
akan dikalahkannya. Maka luruslah dalam beramal, dekatilah (tingkat
kesempurnaan), dan bergembiralah, dan mintalah pertolongan kepada Allâh Azza wa
Jalla pada pagi, sore, dan akhir malam.
Pada lafazh lain disebutkan, “…Berlaku
sederhanalah (tidak berlebihan), berlaku sederhanalah, niscaya kalian akan
sampai (pada tujuan). H.R Imam Bukhari, an Nasa’ dan al Baihaqi.
Ketahuilah bahwa dengan adanya berbagai jenis
ibadah maka ini adalah jalan untuk MENGALAHKAN SIFAT FUTUR. CARANYA ADALAH :
Ketika datang sifat futur dalam
melakukan suatu ibadah maka jangan berhenti beribadah. Kuatkan diri
untuk mengamalkan ibadah yang lain.
Ketika datang sifat futur, rasa jenuh dan
berat melakukan shalat sunnah maka perbanyak amal yang lain seperti puasa
sunnah. Ketika merasa futur melaksanakan puasa sunnah maka perbanyak sedekah,
perbanyak membaca al quran, perbanyak belajar ilmu ilmu agama. Dengan berpindah
dari satu ibadah kepada ibadah yang lain maka sifat futur ini akan terhambat
dan kegiatan ibadah seorang hamba terus berjalan tanpa henti.
Bahkan ketika sifat futur datang tetaplah
beribadah meskipun dengan amalan amalan yang mudah dan kelihatan (kecil).
Sungguh semua perbuatan atau amal shalih pasti akan mendapat balasan kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ
اللهَ بِهِ عَلِيمُُ
Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (Q.S al Baqarah 215)
Allah berfirman :
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
خَيْرًا يَرَهُۥ
Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan
seberat zarrah niscaya dia akan melihat (balasan) nya. (Q.S az Zilzaal 7).
Oleh sebab itu maka orang orang beriman tak
akan pernah berhenti dalam beribadah. Diantaranya adalah dengan berpindah dari satu ibadah kepada
ibadah yang lain sehingga terbebas dari
sifat futur.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (.1.509).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar