KEWAJIBAN MENJAGA KEPALA DAN PERUT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Allah Ta’ala telah menciptakan manusia dengan
sebaik baik bentuk. Terasa betul bahwa anggota tubuh kita tak ada yang kurang.
Semua serasi, sesuai serta sempurna.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik baiknya. (Q.S at Tiin 5).
Diciptakan dengan sebaik baik bentuk tentu
bukan tiada maksud. Dan maksud paling utama diciptakan manusia adalah untuk
menyembah, beribadah dan mengabdi kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).
Penciptaan
manusia dengan sebaik baik bentuk adalah juga untuk memudahkannya dalam
menjalani kehidupan serta untuk memudahkannya pula memenuhi dan melaksanakan
ibadah yang diperintahkan Allah Ta’ala.
Oleh karena itu sungguh sangat tercela orang orang yang telah
diberi nikmat berupa sebaik baik bentuk lalu tak digunakan sesuai tujuan
penciptaannya. Yang lebih parah lagi adalah menggunakan anggota tubuhnya untuk
bermaksiat kepada Allah Ta’ala.
Ketahuilah bahwa anggota tubuh manusia yang
paling utama dan penting adalah KEPALA DAN PERUT. Perhatikanlah jika seseorang
tak memiliki kaki atau tangan misalnya, maka dia masih bisa hidup meskipun ada
kekurangan. Tetapi ketika manusia tak memiliki kepala atau tak memiliki perut
maka hakikatnya dia tak bisa hidup.
Di kepala ada bagian penting anggota tubuh
yaitu otak, mata, telinga, mulut dan yang lainnya. Sedangkan perut hakikatnya
itulah badan manusia dan disitu terletak organ
tubuh seperti lambung, paru,
hati dan yang lainnya.
Oleh karena itu diantara kewajiban manusia
adalah menjaga dua anggota tubuh ini
yaitu kepala dan perut agar selamat di dunia dan selamat pula di akhirat.
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الاِسْتِحْيَاءَ
مِنَ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى وَتَحْفَظَ
الْبَطْنَ وَمَا حَوَى “
Sifat malu kepada Allah yang
sebenarnya adalah engkau menjaga kepalamu dan setiap yang ada di sekitarnya,
begitu pula engkau menjaga perutmu serta apa yang ada di dalamnya. (H.R at
Tirmidzi, Hadits Hasan, dari Abdullah bin Mas’ud. Hadits ini hasan).
Imam Ibnu
Rajab al Hambali berkata : Yang dimaksud dengan menjaga kepala termasuk setiap apa yang ada di sekitarnya. Termasuk pula di dalamnya adalah menjaga pendengaran,
penglihatan dan lisan dari berbagai keharaman.
Sedangkan
yang dimaksud menjaga perut dan segala apa yang ada di dalamnya, termasuk di
dalamnya adalah menjaga hati dari terjerumus kepada yang haram. (Jaami’ul ‘Ulum
wal Hikam)
Selanjutnya di dalam Kitab Kaifa Tuwajih al
Ibtila’ disebutkan bahwa : (1) Menjaga kepala dan apa yang terkumpul padanya,
termasuk di dalamnya adalah menjaga PENDENGARAN, PENGLIHATAN DAN LISAN dari
perkara perkara yang diharamkan Allah Ta’ala. (2) Menjaga perut dan apa yang
berhubungan dengannya yaitu meliputi PENJAGAAN HATI dari sesuatu yang haram.
Allah Ta’ala berfirman :
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ
فَاحْذَرُوهُ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Ketahuilah bahwa Allah mengetahui APA YANG ADA
DI DALAM HATIMU maka takutlah kepada-Nya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Pengampun, Maha Penyantun. (Q.S al Baqarah 235).
Dan tentang dua penjagaan ini yaitu kepala dan
perut Allah kumpulkan dalam firman-Nya :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti
sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan
dan hati nurani, semua akan diminta pertanggung jawabannya. (Q.S
al Isra'’36).
Satu hal yang juga berkaitan dengan penjagaan
perut adalah menjaganya agar senantiasa tidak dimasuki oleh makanan dan minuman
yang haram baik dari segi dzatnya maupun cara mendapatkannya.
Inilah yang pernah dicontohkan oleh Abu Bakar
ash Shiddiq ketika pada suatu kali beliau tanpa sengaja memakan sesuatu yang
haram. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab Shahihnya.
Diriwayatkan dari putri Abu Bakar ash Shiddiq
radliallahu ‘anhu yaitu ‘Aisyah radhiallahu’anha, menceritakan bahwa Abu Bakar
ash Shiddiq memiliki seorang budak yang setiap hari memberi setoran berupa
harta atau makanan. Setoran tersebut beliau gunakan untuk makan sehari-harinya.
Suatu hari, budak tersebut membawa makanan dan Abu Bakar memakannya seperti biasa.
Berkatalah si budak : Apakah anda mengetahui
apa yang anda makan ini ?. Beliaupun balik bertanya : Makanan ini dari mana ?.
Lalu budak itu menceritakan bahwa makanan itu
ia dapatkan sebagai hadiah dari seseorang yang dia tipu saat melakukan praktik
perdukunan di zaman Jahiliyah. Setelah mendengar pengakuan budaknya itu Abu
Bakar segera memasukkan jari tangan beliau ke dalam mulut, lalu beliau memuntahkan
semua makanan dalam perut beliau.
Begitulah seharusnya komitmen orang orang
beiman dalam menjaga apa yang akan dia makan atau dia minum sebagai upaya
menjaga perut.
Namun demikian ketahuilah bahwa penjagaan yang
paling utama yang harus dilakukan oleh orang orang beriman dan tak boleh
diabaikan sedikitpun adalah bertauhid atau meng-Esakan Allah, serta menjaga
batas batas yang telah ditetapkan Allah baik berupa perintah maupun
larangan-Nya agar selamat di dunia dan di akhirat.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.530)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar