MENGIKUTI HAWA NAFSU BISA SESAT DAN MENYESATKAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Salah satu kewajiban kita adalah mengendalikan hawa nafsu yang ada di
dalam diri kita. Ketahuilah bahwa hawa nafsu yang diikuti akan mendatangkan
keburukan yang banyak bagi seseorang. Hawa
nafsu ini cenderung kepada keburukan.
Allah berfirman : “Wa maa ubarri-u nafsii, innan nafsa
la-ammaaratun bisssuu-i illaa maa rahima rabbii, inna rabbii ghafurur rahiim”.
(Yusuf berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena
sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang
diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Q.S Yusuf 53).
Seorang hamba harus berjuang untuk
mengendalikan bahkan melawannya agar terhindar dari mudharatnya. Rasulullah
bersabda : ”Al mujahidu man jaahada
nafsahu fillahi ‘azza wa jalla”. Orang yang berjuang dengan sungguh sungguh
adalah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya di jalan Allah. (H.R Imam
Ahmad dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Rasulullah mengingatkan untuk tidak
mengikuti hawa nafsu yang merusak bahkan membinasakan yaitu sebagai mana
disebutkan dalam sabda beliau : “Tsalatsun
muhlikaatun ….. Faammal muhlikatu : Fasyuhhun, muthaa’un wa hawan muttaba’uun,
wa ‘ijaabul mar-i bi nafsihi”. Tiga yang membinasakan … Tiga yang bisa
membinasakan yaitu sifat kikir yang dipatuhi, hawa nafsu yang dituruti dan berbangga dengan diri sendiri. (H.R
ath Thabrani).
Sungguh ketika seseorang mengikuti kemauan hawa nafsunya apalagi
menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya , maka KESESATAN pasti akan
mendatanginya. Allah Ta’ala telah menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya, diantaranya
adalah :
Pertama : Dalam surat al Jaatsiah ayat 23.
Allah Ta’ala berfirman : “Maka pernahkan kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan
sepengetahuan-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta
meletakkan tutup atas penglihatannya ?. Maka siapakah yang mampu memberinya
petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat) ?. Mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran ?”.
Kedua : Dalam surat al Qashash ayat 50).
Allah berfirman : “Dan siapakah yang lebih sesat dari pada
orang yang mengikuti keinginan hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah
sedikitpun ?. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang
zhalim”.
Syaikh as Sa’di berkata : (Orang
yang mengikuti hawa nafsunya) jadi, dialah orang yang paling sesat karena
ketika ditawarkan kepadanya petunjuk dan jalan lurus yang dapatmengantarkan
kepada Allah Ta’ala dan kepada negeri yang kemuliaan-Nya yaitu surga, dia tidak
menghiraukannya dan tidak pula mendatanginya.
Sedangkan ketika dibujuk oleh hawa
nafsunya untuk menelusuri jalan jalan yang dapat menjerumuskan kepada
kebinasaan dan kesengsaraan maka dia pun mengikutinya dan meninggalkan
petunjuk. Maka apakah ada seseorang yang lebih sesat dari pada orang yang
seperti itu karakternya ?.
Akan tetapi, sesungguhnya
kezhalimannya, sikap melampaui batas dan tidak ada kecintaan kepada kebenaran
itulah yang sebenarnya telah membuatnya tetap berada pada kesesatannya dan
tidak diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Ketiga : Dalam surat Shad ayat 26.
Allah Ta’ala berfirman : ”Wahai Dawud !. Sesungguhnya engkau Kami
jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah engkau
mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.
Sungguh orang orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan”.
Bahkan Imam Ibnul Qayyim telah mengingatkan
orang orang beriman tentang perkara ini, beliau berkata : Haruslah diketahui
bahwa nafsu (yang cenderung kepada keburukan) tidaklah mencampuri sesuatu melainkan akan merusaknya.
Pertama : Jika
nafsu mencampuri ilmu, maka akan menghasilkan kesesatan.
Kedua : Jika
nafsu mencampuri zuhud, maka akan menghasilkan riya dan sum’ah.
Ketiga : Jika
nafsu mencampuri hukum, maka akan menghasilkan kezhaliman dan menghalangi
kebenaran.
Keempat : Jika
nafsu mencampuri pembagian (harta) maka akan menghasilkan ketidak adilan.
Kelima : Jika
nafsu mencampuri ibadah maka akan menghasilkan gangguan terhadap ketaatan dan
taqarrub.
Namun demikian ketahuilah bahwa hawa nafsu tidak
perlu dibunuh tetapi haruslah dilawan dan dikendalikan sehingga bisa terhindar
dari berbagai keburukannya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu
A’lam. (1.143)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar