MENGELUH KETIKA SAKIT TAK MENDATANGKAN KEBAIKAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Setiap
saat, kapan saja Allah berkehendak maka Dia akan memberikan berbagai ujian atau
cobaan kepada manusia. Jadi orang beriman dari segala strata pasti akan diuji.
Mereka akan diuji dengan dirinya, keluarganya, hartanya dan yang lainnya.
Sungguh
ujian itu adalah sunnatullah, ketetapan Allah bagi hamba hamba-Nya. Allah
Ta’ala befirman : ”Ahasibannaasu
aiyutrakuu aiyaquuluu amannaa wahum laa yuftanuun” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan
dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji. (Q.S
al Ankabuut 2).
Allah
Ta’ala berfirman : “Qul
lan yushiibanaa illa maa kataballahu lana, huwa maulaanaa wa ‘alallahi
falyatawakkalil mu’minuun”. Katakanlah,
tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami.
Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang
beriman. (Q.S at Taubah 51).
Ketahuilah
bahwa ketika seorang hamba memilihat sesuatu yang tidak disukainya bisa jadi itu
baik baginya. Begitu pula sebaliknya.
Allah
Ta’ala berfirman : “Wa ‘asaa an
takrahuu syai-an wa huwa khairul lakum. Wa ‘asaa-an tuhibbuu syai-an wa huwa
syarrul lakum. Wallahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun”. Boleh jadi kamu
tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu pada hal itu tidak baik bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu
tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).
Diantara
ujian yang kerap mendatangi hamba hamba Allah adalah sakit secara fisik. Sakit
itu bisa jadi hanya beberapa haris saja dan bisa juga agak lama. Bisa penyakit
yang tergolong ringan dan bisa pula
tergolong berat.
Kalau kita perhatikan ada sebagian orang yang
selalu mengeluh dengan penyakitnya. Sebenarnya kita tidak boleh cengeng
dan mengeluh. Sebelum mengeluh, paling tidak ada dua keadaan yang patut kita
sadari :
(1)
Mengeluh atau tidak mengeluh penyakit itu sudah pasti datang karena itulah
ketetapan Allah Ta’ala.
(2)
Ketika mengeluh, maka itu seolah olah kita tidak ridha dengan apa yang telah
Allah tetapkan.
(3)
Sekiranya kita banyak mengeluh ketika sakit, artinya tidak bisa bersabar maka
keutamaan yang disediakan Allah bagi orang yang sakit tak dapat diraih.
(4)
Sakit itu terkadang hanya dua tiga hari saja. Lalu mengeluh kemana mana. Jangan lupa Allah
Ta’ala pernah memberimu sehat 40 tahun
bahkan lebih.
Kewajiban seorang hamba
yang didatangi sakit adalah : (1) Bersabar dan menerima dengan ridha. (2)
Berusaha untuk berobat dengan cara yang halal. (3) Berdoa agar diberi
kesembuhan. (4) Bertawakal atau berserah diri kepada Allah.
Lihatlah bagaimana
keutamaan dan faedah yang akan diperoleh seseorang jika dia sabar dan ridha dengan
penyakitnya, diantaranya adalah :
Pertama : Menghapuskan
sebagian dosa dan kesalahannya.
Inilah
salah satu berita gembira bagi yang sakit yaitu sebagaimana Rasulullah
bersabda : “Maa yushibul muslima min nashabin walaa washabin walaa hammin walaa
huznin walaa adzan walaa ghammin hattasy syaukati yusyakuha illa kaffarallahu
bihaa ‘anhu min khathaayaah.”
Tidaklah
menimpa seorang muslim berupa kelelahan, sakit, gelisah, kesedihan,
gangguan dan kesusahan –sampai sampai duri duri yang menusuknya- melainkan
Allah akan menghapus kesalahannya (dosa-dosanya). H.R Imam Bukhari dan Imam
Muslim).
Rasulullah
bersabda : “Maa min muslimin yusyaaku
syaukatan famaa fauqaha illaa kutibat lahu bihaa darajatun wa muhiiyat ‘anhu
bihaa khatii-atun” Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu yang
lebih dari itu, melainkan hal itu akan dicatat sebagai satu derajat (kebaikan)
bagi dirinya, dan akan dihapuskan kesalahan dari dirinya. (H.R Imam
Muslim).
Kedua : Allah menghendaki kebaikan baginya.
Sakit
atau cobaan yang diderita seorang hamba merupakan pertanda bahwa Allah
menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya. Rasulullah bersabda : “Man yuridillahu bihi khairaan yushib minhu” Barang siapa yang
Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan memberinya cobaan. (H.R Imam Bukhari)
Abu
‘Ubaid berkata : Makna dari hadits ini adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
akan mencobamu dengan berbagai musibah (termasuk sakit yang diderita) untuk
mencurahkan pahala kepadamu.
Oleh karena itu jangan suka mengeluh seberat apapun ujian berupa
penyakit yang diterima. Jika seseorang terus menerus mengeluh
maka akan jatuh pada sikap putus asa dari rahmat Allah. Pada hal orang yang
berputus asa dari rahmat Allah hanyalah :
(1) Orang orang
kafir. Allah berfirman : “Innahu laa yaiasu min rauhillah illal qaumul kaafiruun” Sesungguhnya
yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang orang yang kafir. (Q.S Yusuf
87).
(2) Orang orang yang sesat. Allah berfirman : “Qaala waman yaqnathu min rahmati rabbihii illadh dhaalluun. Dia
(Ibrahim) berkata, tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali
orang yang sesat. (Q.S al Hijr 56).
Ketiga : Mendapat
derajat yang tinggi.
Sakit atau cobaan yang diderita seseorang adalah merupakan
kabar gembira baginya karena Allah menjanjikan kedudukan yang tinggi disisiNya.
Rasulullah bersabda : “Innar rajula takuunu lahul manzilatu
‘indallahi famaa yablughuhaa bi’amalin falaa yazaalullahu yabtaliihi bimaa yakrahu hatta
yuballighahu dzalika” Ada seorang
hamba yang mendapat kedudukan mulia di
sisi Allah bukan karena amalannya. Allah memberi cobaan dengan sesuatu
yang tidak menyenangkan hingga ia meraih
derajat mulia tersebut. (H.R Abu Ya’la dan Al Hakim, di shahihkan oleh Syaikh
al Albani).
Keempat : Balasan sesuai dengan musibah.
Ganjaran pahala yang akan diterima oleh seorang yang mendapat cobaan adalah sebagaimana berat ujian termasuk beratnya penyakit yang
menimpanya.
Ini adalah kabar baik
bagi seorang hamba yang sedang mengalami sakit ataupun yang mendapat ujian
dalam bentuk yang lain.
Rasulullah bersabda : “Inna ‘izhamal jazaa’ ma’a ‘izhamil
balaa’. Wa innallaha idza ahabba qaumab talaahum. Faman radhiya falahum radha
waman sakhitha falahus sukhthu”. Sungguh
besarnya balasan seimbang dengan besarnya musibah. Apabila Allah
mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya. Barangsiapa yang ridha maka dia
mendapat keridhaan (Allah) dan barang siapa yang benci maka baginya kebencian.
(H.R Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Kelima : Pahala tetap ditulis dalam keadaan sakit.
Juga merupakan salah satu berita gembira bagi yang ditimpa
sakit bahwa pahala amal yang biasa dia kerjakan
tetap akan dicatat sebagaimana ketika sehat.
Rasulullah bersabda : “Maridhal
‘abdu au saafara kutiba lahu mitslu maa kaana ya’malu muqiman shahihan” Apabila seorang hamba sakit atau sedang
bepergian, akan tetap ditulis pahalanya seperti ketika dia mukim atau sehat.
(H.R Imam Bukhari).
Sebagai
penutup tulisan ini maka kami nukilkan satu hadits tentang perkara orang beriman yang selalu dalam keadaaan baik, sehingga
tak ada ruang untuk mengeluh meskipun dalam keadaan sakit.
Rasulullah
bersabda : “Sungguh mengagumkan perkara
seorang mukmin itu. Seluruh keadaan yang menimpa dirinya dianggap sebagai
sebuah kebaikan bagi dirinya. Hal seperti ini tidak akan dapat ditemui pada
siapapun kecuali pada seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan kemudian
dia bersyukur maka hal itu akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Jika dia
mendapatkan kesusahan kemudian dia bersabar maka hal itu akan mendatangkan
kebaikan baginya”. (H.R Imam Muslim).
Oleh
karena itu maka kepada seorang hamba yang sakit sangatlah dianjurkan banyak
berdzikir, membaca al Qur an dan ibadah ibadah lain semampunya. Dengan demikian,
insya Allah keinginan untuk mengeluh
bisa terhalang. Wallahu A’lam. (1.151)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar