JANGAN MAU MENJADI BUDAK HARTA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Para pencinta dunia hakikatnya
adalah hamba atau budak harta. Mereka berburu harta, berlomba mengumpulkannya
dengan berbagai cara.
Barangkali harta dunia telah
berbisik kepadanya, kalau engkau ingin
mendapatkan aku dalam jumlah yang banyak maka : (1) Jangan terlalu memilih
haram ataupun halal. (2) Manfaatkan waktumu untuk mengejarku siang malam. (3)
Jangan terlalu memperhatikan ibadahmu. (4) Jangan menghadiri majlis ilmu karena
akan mengurangi waktumu untuk
mendapatkanku. (5) Jika perlu, untuk
meraihku, putuskan silaturrahmi dengan kerabatmu dan bermusuhanlah dengan
sahabatmu.
Ketahuilah bahwa Rasulullah mencela
orang mau menjadi budak harta. Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Celaka budak dinar dan budak dirham, dan budak qathifah. Kalau
diberikan dunia tersebut (dinar, dirham atau kain lembut tersebut) dia senang
dan kalau tidak mendapatkannya dia pun tidak suka”.(H.R Imam Bukhari)
Rasulullah menyebut orang yang
menjadi budak harta adalah celaka. Kenapa, karena orang ini jahil. Kehidupannya
hanya untuk mengejar harta dunia dan perhiasannya. Disebabkan kebodohannya pula
maka dia lupa bahwa dunia ini adalah fana da nada kehidupan yang kekal di
akhirat kelak.
Allah berfirman : Bal
tu’tsirunal hayaatad dun-yaa. Wal aakhiratu khairun wa abqaa”. Sedangkan
kamu memilih kehidupan dunia. Pada hal kehidupan akhirat itu lebih baik dan
lebih kekal. (Q.S al A’la 16-17)
Mereka ini disebut sebagai hamba
harta karena kehidupannya adalah demi mengejar dan mengumpulkan harta, dinar,
dirham dan qathifah yaitu kain yang lembut seperti sutra dan bludru.
Kehidupannya diatur oleh kepentingan harta. Tatkala di fase awal mengejar dan mengumpulkan harta dia menyangka
dia akan mengatur hartanya. Kemudian ternyata harta telah mengatur hidupnya.
Kapan dia harus beristirahat, kapan
harus berkumpul bersama keluarga bahkan kapan dia harus beribadah, kapan harus duduk
di majlis taklim dan yang lainnya, semua diatur oleh harta atau kepentingan
harta. Baik ketika mencari, menjaga,
mengembangkan dan menyimpan dan
membelanjakannya. Jadi mereka layak disebut sebagai budak atau hamba dari
hartanya.
Sungguh Nabi menyebut mereka
sebagai orang yang celaka karena jahil atau bodoh. Dia mengira harta bisa
menyelamatkan dirinya dari adzab Allah Ta’ala pada hal dia telah lalai dalam
mendekatkan diri kepada-Nya tersebab urusan harta.
Oleh karena itu seorang hamba akan
menjauhkan dirinya menjadi budak atau hamba harta. Pastilah paling selamat
menjadi hamba Allah dan berusaha mencari harta sebatas kebutuhan untuk bisa
mendekatkan diri kepada-Nya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (1.148)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar