JANGAN TERTIPU DENGAN PEMIMPIN YANG MENYESATKAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Para pemimpin semestinya menjadi
panutan dan contoh tauladan bagi yang dipimpinnya. Cuma amat disayangkan ada
diantara pemimpin di berbagai zaman dan di berbagai tempat yang menyesatkan
manusia dari jalan yang lurus. Mereka berada dalam kesesatan dan menghalangi
manusia dari jalan kebenaran bahkan menyeru ke neraka.
Allah berfirman : “Wa ja’alnahum a-immatan yad’uuna ilannaari,
wa yaumal qiyaamati laa yunsharuun”. Dan Kami jadikan mereka para pemimpin
yang mengajak (manusia) ke neraka dan pada hari Kiamat mereka tidak akan
ditolong. (Q.S al Qashash 41).
Tentang adanya pemimpin yang
menyesatkan ini juga dijelaskan Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam dalam banyak sabda beliau, diantaranya :
Pertama : Hadits dari Abu Dzar al Ghifari.
Aku berjalan bersama Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda : Sungguh selain Dajjal ada yang sangat membuatku khawatir atas
umatku. Beliau sampaikan tiga kali. Lalu Abu Dzar berkata, aku bertanya :
Wahai Rasulullah. Apa yang lebih engkau khawatirkan atas umatmu selain Dajjal.
?. Beliau menjawab : Para pemimpin yang menyesatkan. (H.R Imam Ahmad, Syaikh al Albani
menshahihkannya dengan seluruh penguatnya)
Kedua : Hadits dari Tsauban.
Rasulullah bersabda : “Innamaa akhaafu ‘ala ummatil a-immatal
mudhilliin”. Yang aku takutkan atas umatku hanyalah para pemimpin yang menyesatkan. (H.R at
Tirmidzi dan Abu Dawud, didhahihkan oleh Syaikh al Albani).
Ketiga : Hadits dari Abu Darda’
‘Ahida ilainaa rasulullahi salallahu ‘alaihi wasallam, anna akhwafa maa
akhaafu ‘alaikum al a-immtul mudhilluun”. Sesungguhnya yang paling aku
takutkan atas kalian adalah para pemimpin
yang menyesatkan. (H.R Imam Ahmad, at Thabrani dan Ibnu Asaakir, dishahihkan
oleh Syaikh al Albani).
Oleh karena itu seorang beriman
janganlah tertipu dengan pemimpin pemimpin yang menyesatkan. Sangatlah baik kalau
kita kenali tanda tanda mereka, diantaranya adalah :
Pertama : Perbuatannya menyelisihi perkataannya.
Diantara tanda pemimpin yang menyesatkan adalah suka menyuruh
orang lain melakukan sesuatu yang baik tapi dia sendiri menyelisihi perkataan
dan perbuatannya. Akhirnya orang yang diperintahnya mengabaikan ucapannya dan
termotivasi untuk berbuat keburukan.
Allah berfirman : Wahai orang orang yang
beriman !. Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat.
Amat besar kebencian disisi Allah, bahwa
kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S ash Shaaf 2-3).
Apakah kondisi tercela seperti
ini pantas bagi orang-orang yang beriman ?. Bukankah amat besar murka Allah
pada orang yang mengatakan sesuatu namun tidak dikerjakannya.
Oleh karena itu orang yang
menyuruh berbuat baik seharusnya menjadi orang yang pertama mengamalkannya. Dan
orang yang melarang kemungkaran seharusnya menjadi orang yang paling jauh dari
kemungkaran itu. (Syaikh as Sa’di).
Kedua : Mendiamkan kebathilan dan menghiasinya.
Pemimpin yang menyesatkan biasanya
suka mendiamkan kemungkaran bahkan membiarkannya. Akhirnya orang orang merasa
bahwa kebathilan yang dibiarkan itu bukan lagi dianggap kebathilan karena sudah
terus menerus ada dan tak ada yang mencegah.
Selain itu bisa jadi pula pemimpin
yang menyesatkan ini menghiasi kemungkaran dengan kalimat yang indah sehingga
kemungkaran dianggap sebagai kebaikan. Akibatnya laknat Allah datang menimpa
mereka.
Allah berfirman : Telah dilaknat
orang orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang
demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu
sama lain tidak melarang perbuatan
mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amatlah buruk apa yang selalu
mereka perbuat itu. (Q.S al Maidah 78-79).
Pada hal Rasulullah dalam sabda
beliau telah memerintahkan untuk mencegah kemungkaran sesuai kemampuan. Beliau
bersabda : “Man ra-a minkum munkaran fal
yughaiyirhu biyadihi faillam yastathi’ fabilisaaanihi, faillam yastathi’
fabiqalbihi, wa dzalika adh’aful iimaan.” Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran maka hendaklah dia
mencegah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu maka dengan lisannya
dan jika dia tidak mampu maka dengan hatinya, (mengingkari
dengan hati) itu adalah iman yang paling lemah. (H.R Imam Muslim).
Dalam sabda lainnya Rasulullah
menyebutkan : “Innan naasa idzaa
ra-awul munkara fa lam yunkiruuhu au
syaka an ya’ummahumullahu bi’iqaabih”. Sesungguhnya manusia itu bila
melihat kemungkaran tapi tidak mengingkarinya, maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan siksa-Nya yang juga menimpa
mereka (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Oleh karena itu maka seorang hamba
haruslah berhati hati dalam menjaga agamanya. Jangan sampai tertipu dengan
kemungkinan adanya pemimpin yang menyesatkan ditengah tengah masyarakat kaum
muslimin.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (1.145).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar