GUNAKAN LISAN UNTUK MENCARI KEBAIKAN DAN
PAHALA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Salah satu
nikmat Allah Ta’ala yang sangat terasa bagi manusia adalah memiliki lidah dan
bibir serta bisa berbicara secara sempurna. Allah Ta’ala berfirman :
الم نجعل له عينين . و لسانا و شفتين
Bukankah kami
telah menjadikan untuknya sepasang mata. Dan lidah dan sepasang bibir ?. (Q.S
al Balad 8-9)
Perhatikanlah
berapa banyak hewan yang juga memiliki lisan dan bibir tapi tak diberi
kemampuan berbicara seperti manusia. Jadi hakikatnya kemapuan berbicara bukan
urusan lidan dan bibir saja tapi merupakan karunia Allah bagi manusia.
Oleh karena
itu, nikmat bisa berbicara ini wajib disyukuri dan digunakan untuk beribadah
kepada Allah. Dan juga dengan lisan itu kita harus melakukan segala sesuatu yang Allah ridha. Dan ketika orang
orang beriman menggunakan nikmat Allah Ta’ala untuk sesuatu yang Dia ridha maka disitulah
tambahan nikmat akan mendatanginya.
Ketahuilah
bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan kita umat beliau
untuk berhati hati menggunakan lisan karena bisa mengangkat derajatnya.
Sebaliknya bisa pula melemparkannya ke neraka Jahannam. Beliau bersabda :
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَرْفَعُهُ اللهُ
بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ
اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai
dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan
tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut
Allah mengangkatnya beberapa derajat.
Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai
dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan
tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah
melemparkannya ke dalam neraka Jahannam. (H.R Imam Bukhari).
Bahkan menggunakan lisan dengan baik adalah berkaitan dengan iman
seorang hamba. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah dia berkata yang
baik atau dia diam. (H.R Imam Bukhari dan
Imam Muslim)
Ada beberapa
cara yang sangat dianjurkan untuk memanfaatkan nikmat lisan atau lidah sehingga
mendatangkan pahala yang banyak dan terhindar dari berbagai keburukan, diantaranya
adalah :
Pertama : Saat berbicara, seorang muslim hendaknya menjaga setiap kata
yang diucapkan mengandung manfaat dan
bernilai kebaikan bagi dirinya dan bagi orang lain. Allah Ta’ala berfirman :
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْواهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ
بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ
ابْتِغاءَ مَرْضاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً
Tidak ada
kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia
dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah atau berbuat kebaikan atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keridhaan Allah maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar. (Q.S
an Nisa’ 114)
Kedua
: Saat berbicara, seorang muslim selalu menjaga kejujuran. Menjauhkan diri dari
kebohongan sekecil apapun. Rasululah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah
mengingatkan dalam sabda beliau :
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى
الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Hendaklah kalian senantiasa
berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa
berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai
orang yang jujur.
Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya
dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada
neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia
akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.(H.R Imam Muslim).
Ketiga
: Saat berbicara, seorang muslim seharusnya memastikan bahwa setiap perkataannya
adalah kebaikan dan tak sia sia. Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا
لاَ يَعْنِيهِ
Di antara kebaikan Islam seseorang
adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. (H.R at Tirmidzi dan
Ibnu Majah, dishaihkan oleh Syaikh al Albani).
Hadits ini mengandung makna bahwa
di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak
bermanfaat, BAIK BERUPA PERKATAAN ATAU PERBUATAN. (Jaami’ul Ulum wal Hikam).
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Orang
yang menyibukkan dirinya dengan perkara yang tidak berguna baginya (perkataan
dan perbuatan, pen), maka kualitas keislamannya tidak baik. Dan hal ini nampak
pada sebagian besar manusia, dimana anda dapati mereka banyak mengatakan
sesuatu yang tidak berguna atau menanyakan sesuatu yang tidak bermanfaat kepada
orang lain. Semua ini menunjukkan lemahnya kualitas keislaman mereka.
(Syarah Hadits Arba’in an
Nawawiyah).
Keempat
: Saat berbicara, seorang muslim tidaklah membicarakan semua yang dia dengar
karena bisa jatuh kepada kebohongan.Dari Abu Hurairah, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Cukup seseorang dikatakan dusta,
jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar. (H.R Imam Muslim).
Kelima : Saat berbicara, seorang muslim berusaha
menghindari berbantah bantah atau berdebat. Syaikh Muhammad bin Shalih al
Utsaimin berkata : Debat
secara umum akan menghilangkan berkah. Telah disebutkan dalam Shahih al
Bukhari, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ
الأَلَدُّ الْخَصِمُ
Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras
debatnya. (H.R Imam Bukhari dan Imam
Muslim).
Yang dimaksud orang yang paling dibenci di
sini adalah orang yang berdebat dengan cara yang keras. Dia berdebat dengan
cara yang bathil dan dia akan benar benar membantah kebenaran.
Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
telah mengingatkan tentang keburukan orang orang yang suka berdebat sebagaimana
sabda beliau yang dirwayatkan oleh at Tirmidzi dan Ibnu Majah : Tidaklah
satu kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada diatas hidayah KECUALI
YANG SUKA BERDEBAT. Kemudian beliau membaca ayat :
Mereka
tidak memberikan (perumpamaan itu)
kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja. Sebenarnya mereka adalah kaum
yang suka bertengkar. (Q.S az Zukhruf 58).
Keenam
: Saat berbicara, seorang muslim tak mau berbicara yang buruk seperti mencela
atau berkata keji. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ
بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ
Seorang mukmin bukanlah orang yang
banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji (buruk
akhlaknya), dan bukan orang yang jorok perkataannya. (H.R at Tirmidzi, Imam Ahmad dan yang selainnya).
Ketujuh
: Saat berbicara, seorang muslim berbicara seperlunya. Tak suka banyak
berbicara jika tak dibutuhkan.
Ketahuilah bahwa berbicara berlebihan atau
banyak bicara merupakan hal yang dapat membuat hati seseorang menjadi keras.
Karena ucapan berhubungan erat dengan hati.
عَنْ
ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ
بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ
اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي
Dari Adullah bin Umar, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda : “Janganlah
kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa
berdzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh
dari Allah adalah orang yang berhati keras”.
(H.R at Tirmidzi).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam membenci orang yang terlalu banyak bicara.
Dalam satu hadits disebutkan : “Sesungguhnya manusia yang paling aku benci
dan paling jauh dariku di Hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara.”
(H.R at Tirmidzi).
Itulah sebagian adab dalam berbicara yang
insya Allah mendatangkan kebaikan fii dunya wal akhirah. Wallahu A’lam. (1.539)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar