RASULULLAH MAKSUM TAPI TETAP MEMOHON AMPUN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Ahlus Sunnah menetapkan sifat maksum
ini hanya untuk para Nabi, bukan untuk manusia selainnya. Menurut Ahlus Sunnah
wal Jamaah, kemakasuman adalah sifat para Nabi, yaitu mereka semua terjaga dari
kesalahan dalam menyampaikan agama. Mereka juga terjaga dari dosa-dosa besar.
Adapun dosa-dosa kecil, atau lupa, atau keliru, maka para Nabi terkadang
mengalaminya. Dan jika mereka berbuat kesalahan, maka Allâh Ta’ala segera
meluruskannya.
Para ulama yang tergabung dalam al
Lajnah ad Daaimah Kerajaan Saudi Arabia
menyatakan : Para Nabi dan Rasul terkadang berbuat kesalahan, tetapi Allah Azza
wa Jalla tidak membiarkan mereka dalam kesalahan mereka, bahkan Allah
menjelaskan kesalahan mereka kepada mereka, karena kasih sayang (Nya) kepada
mereka dan umatnya. Dan Allah memaafkan
ketergelinciran mereka serta menerima taubat mereka, karena karunia dan rahmat
dari-Nya, dan Allah Maha Pengampun dan Pengasih. (Fataawaa al Lajnah ad Daimah
no. 6290).
Jadi
Rasulullah telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.
Diantara dalilnya adalah :
(1)
Allah Ta’ala telah mengampuni semua dosa-dosa Nabi shallallau
'alaihi wa sallam yang lalu dan yang akan datang. Allah Ta’ala berfirman :
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ
Agar Allah memberikan ampunan kepadamu
(Muhammad) atas dosamu yang lalu dan
yang akan datang. (QS. Al-Fath: 2)
Tentang
ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : Dan inilah salah satu kehebatan dan keutamaan
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam yaitu dosa dosa beliau yang telah berlalu
dan yang akan datang telah diampuni oleh Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Karimir
Rahman).
(2)
Diriwayatkan dari ‘Aisyah, dia berkata : Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam melakukan shalat, beliau berdiri hingga kedua telapak kaki beliau
merekah, lalu ‘Aisyah bertanya : Kenapa engkau melakukan semua ini, padahal
ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA TELAH MEMBERIKAN AMPUNAN BAGIMU ATAS DOSA DOSAMU YANG
TELAH LALU DAN YANG AKAN DATANG ?. Lalu beliau menjawab :
أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.
Apakah
tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur. (H.R Imam Bukhari dan Imam
Muslim)
Jadi meskipun Rasulullah adalah
maksum, terbebas dan terpelihara dari berbuat dosa, telah diampuni dosanya yang
telah lalu dan yang akan datang, tetapi
beliau setiap saat MEMOHON AMPUN DAN BERTAUBAT kepada Alllah Ta’ala.
Di antaranya
adalah sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,
Rasulullah shallallau
'alaihi wa sallam bersabda :
وَاللهِ إِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي
الْيَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
Demi Allah !
Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari
lebih dari tujuh puluh kali. (H.R Imam Bukhari)
Dalam hadits
lain, beliau Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي
الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
Wahai
manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya
seratus kali dalam sehari. (Muslim).
Diantara
kalimat memohon ampun dan bertaubat yang sering beliau baca adalah :
سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu. Aku mohon ampunan-Mu. Aku bertobat kepada-Mu.
Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu. Aku mohon ampunan-Mu. Aku bertobat kepada-Mu.
Sebagian
orang ada yang bertanya : Kenapa Rasululah selalu memohon ampun kepada Alah
Ta’ala, bukankah beliau adalah seorang yang maksum ?. Para ulama menjelaskan tentang banyaknya
istighfar Nabi shallallau
'alaihi wa sallam, di antaranya adaah untuk menampakkan ubudiyah
beliau kepada Allah Ta’ala serta tanda bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat
yang telah dianugerahkan kepadanya. Makna lainnya yang dijelaskan para ulama,
supaya umatnya meniru dan mengikutinya dalam taubat dan istighfar.
Ibnu Bathal berkata
: Para Nabi adalah manusia yang paling bersungguh sungguh dalam beribadah
karena pengetahuan yang Allah Ta’ala karuniakan kepada mereka. Mereka selalu
bersungguh sungguh dalam bersyukur
kepada-Nya dan mengakui kelengahannya dalam beribadah.
Maksudnya,
mereka para Nabi memohon ampun kepada Allah terhadap kelengahan mereka dalam
menunaikan hak Allah atau karena kesibukan mereka dalam urusan urusan yang
mubah seperti makan, minum atau memenuhi hak istri dan hal hal lainnya yang
menghalangi dirinya untuk sibuk mengingat Alah Ta’ala. Ada juga yang mengakatan
bahwa istighfar beliau merupakan sarana untuk menyampaikan syariat kepada
umatnya. Wallahu A’lam. (Syarah Hishnul Muslim).
Lalu bagaimana
dengan manusia selain Nabi. Sungguh kita, manusia, banyak bahkan sering berbuat
salah dan dosa Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ
وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Setiap anak Adam banyak melakukan
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah mereka
yang banyak bertaubat. (H.R Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al Albani)
Dan juga sebagaimana firman Alah dalam hadits Qudsi :
يا عبادي إنكم
تخطئون في الليل والنهار وأنا أغفر الذنوب جميعاً فاستغفروني أغفر لكم
Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat salah pada malam
dan siang, dan Aku mengampuni semua dosa, maka minta ampunlah kepada-Ku niscaya
Aku akan mengampuni kalian.(H.R Imam Muslim)
Oleh karena
itu sungguh menjadi kewajiban bagi
orang orang beriman untuk selalu memohon ampun dan bertaubat setiap saat.
Semoga Allah mengampuni dosa dosa kita. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (1.546)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar