MENJAGA DIRI AGAR TIDAK BANGKRUT DI AKHIRAT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sungguh Allah Ta’ala mengharamkan kezhaliman atas diri-Nya
dan mengharamkan pula kepada manusia. Dari Abu Dzar dari Nabi salallahu ‘alaihi
wa sallam bahwa beliau meriwayatkan dari Rabbnya bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala
berfirman : “Yaa ‘ibaadii innii haramtu
zhulma ala nafsii, wa ja’alatuhu bainahum muharramaa” Wahai sekalian hamba-Ku,
Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman pada diri-Ku dan mengharamkannya pada
kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi … (H.R Imam Muslim)
Allah berfirman : “Walaa tarkanuu ilalladzina zhalamuu
fatamassakumun naaru … “ Dan janganlah kamu cenderung kepada orang orang
yang zhalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka. (Q.S Hud 113).
Imam al Baghawi
menerangkan bahwa : Ayat ini bisa dikatakan sebagai ayat yang paling keras
tentang larangan dan ancaman terhadap
perbuatan zhalim.
Rasulullah memberi peringatan yang keras kepada umatnya agar
tidak berlaku zhalim sebab akan memberi mudharat bagi dirinya. Beliau bersabda : “Ittaquzh zhulma. Fainna zhulma
zhulumaatun yaumal qiyaamah….” Takutlah kalian terhadap kezhaliman karena
kezhaliman merupakan kegelapan pada hari Kiamat kelak … ( H.R Imam Muslim).
Imam adz Dzahabi menjelaskan tiga contoh kezhaliman yang
dilakukan sesama manusia yaitu :
Pertama : Memakan harta dengan cara yang bathil.
Kedua : Menzhalimi manusia dengan cara membunuh, melukai, memukul dan yang lainnya.
Ketiga : Menzhalimi manusia dengan celaan, laknat dan tuduhan dusta.
Oleh karena itu seseorang yang menzhalimi orang lain di
dunia, maka seharusnya dia segera mohon dimaafkan, minta
dihalalkan bahkan kalau perlu memberikan ganti rugi berupa harta. Jika tidak
dilakukan maka di akhirat nanti, kezhaliman yang diperbuatnya akan mengurangi pahalanya atau
menambah dosanya sebagai pengganti
kezhaliman yang pernah dilakukan di dunia.
Rasulullah bersabda : “Man kaanat ‘indahu mazhlimatun li akhiihi falyatahalalhu minhaa, fainnahu
laisa tsumma diinaaran walaa dirhamun minqabli aiyu’khadza li akhiihi min
hasanaatihi, failam yakun lahuu hasasanatun akhidzun min syaiyiati akhiihi fatharihat ‘alaihi.” Barang siapa
yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya maka hendaklah dia meminta
kehalalan (maaf) kepadanya, karena kelak di akhirat tidak ada lagi dinar dan
dirham, sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang dia
zhalimi), bila tidak memiliki kebaikan maka keburukan saudaranya (yang
dia zhalimi) akan diberikan kepadanya (H.R Imam Bukhari).
Hal ini juga sejalan dengan makna hadits tentang orang yang
muflis yaitu tentang orang yang bangkrut
di akhirat kelak. Pada hari akhirat kelak akan ada manusia yang datang dengan
membawa pahala amalnya. Tetapi akhirnya habis karena
harus dipindahkan kepada orang orang yang menuntutnya yaitu orang orang yang pernah dizhaliminya di dunia. Bahkan setelah
pahala amalnya habis maka dosa orang yang dizhalimi dipindahkan kepadanya.
Na’udzubillahi min dzalik.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa
Sallam pernah bertanya kepada para sahabat : "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para
sahabat menjawab : Menurut kami, orang yang bangkut diantara kami adalah orang
yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan. Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya
umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat,
puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang
lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil
untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis,
sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian
dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang
tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (H.R Imam Muslim).
Setiap
hamba tentu sangatlah takut melakukan kezhaliman sekecil apapun karena bisa bangkrut di akhirat. Pahala amalnya bisa
habis sedangkan dosanya bisa bertambah karena zhalim di dunia.
Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari berbuat kezhaliman. “Rabbi falaa taj’alnii fil qaumizh
zhaalimiin”. Ya Rabb-ku, maka
janganlah Engkau jadikan aku dalam golongan orang orang zhalim. (Q.S al
Mu’minuun 94).
Wallahu
A’lam. (978)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar