TIGA MACAM NAFSU ATAU SIFAT JIWA MANUSIA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Imam Ibnul Qayyim, dalam Kitab ar Ruh berkata : Para ulama menyebutkan bahwa nafsu
atau jiwa manusia memiliki tiga sifat yang berbeda. Satu sifat bisa mengalahkan
yang lain.Tiga sifat nafsu atau jiwa
dimaksud disebutkan dalam firman Allah Ta’ala, yaitu :
Pertama : An Nafsu al
Muthmainnah yaitu jiwa yang tenang.
Satu diantaranya
adalah nafsul muthma’innah. Ini disebutkan dalam al Qur-an pada surat al Fajr
27-28. Allah Ta’ala berfirman : “Yaa
aiyuhan nafsul muthmainnah. Irji’ii ilaa rabbika radhiatan mardhiyah”. Wahai jiwa yang tenang !. Kembalilah
kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Imam Ibnul Qayyim mengutip perkataan : (1) Qatadah bahwa yang
dimaksud dengan jiwa yang muthma’innah (tenang) adalah jiwa orang mukmin.
Jiwanya tenang dengan apa yang dijanjikan Allah kepadanya. (2) Mujahid berkata
: Yang dimaksud dengan jiwa yang
muthma’innah ialah jiwa yang bertaubat dan khusyuk yang meyakini bahwa Allah
adalah Rabb-nya. Matanya sejuk dengan perintah-Nya dan taat kepada-Nya serta
yakin suatu saat akan berjumpa dengan-Nya.
Kedua : An Nafsu al
Lawwaamah yaitu jiwa yang suka menyesali dirinya sendiri).
Ini sebagaimana difirmankan Allah dalam surat al Qiyamah 1-2.
Allah Ta’ala berfirman : “Laa uqsimu bi
yaumil qiyaamah. Wa laa uqsimu bin nafsil lawwamah”. Aku bersumpah demi
Hari Kiamat dan Aku bersumpah dengan jiwa yang suka menyesali (dirinya
sendiri).
Dalam Tafsir al Baghawi dinukil perkataan al Farra’ yang
menjelaskan bahwa jiwa jenis ini : Tidaklah dia mendapatkan dirinya bertakwa
atau bermaksiat kecuali dia selalu mencela atau menyesali dirinya sendiri. (1)
Apabila dia melakukan kebaikan maka jiwa tersebut berkata : Mengapa saya tidak
menambahnya. (2) Apabila dia melakukan keburukan maka jiwa itu berkata :
Seandainya saya tidak melakukannya.
Syaikh as Sa’di berkata : “Aku
bersumpah dengan jiwa yang suka menyesali (dirinya sendiri)” . Ini mencakup seluruh jiwa yang baik dan yang
keji. Disebut sebagai jiwa yang amat menyesali karena banyak berganti warna,
berulang ulang dan tidak berada dalam satu keadaan. Dan karena jiwa ini mencela
orangnya pada saat meningggal dunia, atas apa yang telah dilakukan. Sedangkan
jiwa orang beriman mencela orangnya ketika berada di dunia atas kemalasan atau
tidak menunaikan kewajiban secara sempurna atau karena kelalaian. (Tafsir
Taisir Karimir Rahman).
Ketiga : An Nafsu al
Ammaarah bis Suu’ yaitu jiwa yang suka
memerintahkan kepada keburukan.
Ini sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Yusuf 53. Allah
Ta’ala berfirman : “Wa maa ubarri-u
nafsii, innan nafsa la-ammaaratun bisssuu-i illaa maa rahima rabbii, inna
rabbii ghafurur rahiim”. Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari
kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan
kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha
Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yusuf 53).
Imam ath Thabari berkata : Sesungguhnya jiwa yang dimaksud
jiwa jiwa hamba yang memerintahkan kepada seluruh apa yang dia inginkan oleh
nafsunya, meskipun bukan pada sesuatu yang diridhai oleh Allah Ta’ala. (Tafsir
ath Thabari).
Syaikh as Sa’di berkata : Maksudnya nafsu itu sering sekali
memerintahkan pemiliknya untuk berbuat keburukan yakni perbuatan keji dan
segala dosa. Sesungguhnya jiwa merupakan kendaraan tunggangan syaithan.
Dari situlah syaithan menyusup ke dalam diri manusia. “kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Rabb-ku” sehingga Dia menyelamatkannya dari jiwanya yang selalu
memerintahkan kepada keburukan maka jiwanya menjadi jiwa yang merasa tenang
dengan Rabb-nya. Patuh terhadap penyeru hidayah, enggan terhadap penyeru
kenistaan. Kebaikan ini bukan berasal dari jiwa itu sendiri. Akan tetapi
merupakan curahan keutamaan dan rahmat Allah kepada hamba hamba-Nya. (Tafsir
Taisir Karimir Rahman).
Itulah tiga macam nafsu atau sifat jiwa manusia yang
disebutkan dalam al Quran dan juga penjelasan maknanya dari para ahli Tasir.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (988)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar