DOA UNTUK
ORANG MUNAFIK TAK BERMANFAAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Abdullah bin Ubay bin Salul adalah tokoh
munafik Madinah pada zaman Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Dia memang
mengaku Islam. Kalau istilah sekarang ber-KTP Islam. Dia juga shalat bersama
sahabat di Masjid Nabawi untuk
menunjukkan keislamannya tetapi hakikat dia adalah musuh yang berusaha membuat
berbagai makar terhadap Islam. Keinginannya adalah bagaimana supaya cahaya
Islam ini redup bahkan hilang.
Diantara kelakuan buruknya adalah berhasil
mempengaruhi 300 orang pasukan pembela Islam sesaat sebelum perang Uhud
sehingga mereka tidak ikut dalam perang Uhud.
Dalam perang Ahdzab dia berhasil memobilisasi
orang orang munafik Madinah untuk bergabung dengan pasukan sekutu pimpinan Abu
Sufyan yang mengepung dan menyerang Madinah untuk menghancurkan Islam.
Bulan Dzulqa’dah tahun ke-9 Hijriyah ‘Abdullah
bin Ubay meninggal dunia. Sebagai kewajiban seorang anak terhadap ayahnya, maka
pada hari kematian ayahnyanya, Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul memberanikan diri datang kepada Nabi SAW untuk
memohon kepada beliau agar memberi jubah beliau untuk mengkafani jenazah
ayahnya. Barangkali maksudnya bukan karena ketiadaan kain untuk kafan akan tetapi mengharapkan berkah dari jubbah Rasulullah.
Sungguh Nabi adalah seorang yang pemurah dan
tidak pendendam. Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam tidak keberatan memberikan
jubahnya kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul untuk mengkafani
ayahnya. Selanjutnya Abdullah memohon pula kepada Nabi SAW agar beliau
menshalatkan jenazah ayahnya itu, sebagaimana yang biasa beliau lakukan
terhadap jenazah kaum muslimin.
Rasulullah memperkenankan juga permohonan
Abdullah tersebut. Pada saat beliau akan berangkat ke rumah Abdullah bin Ubay
untuk menshalatkan jenazahnya, ‘Umar bin Khaththab mengharapkan kepada beliau untuk tidak menshalatkan jenazah Abdullah bin Ubay yaitu orang munafik yang
memusuhi Islam.
Dan pada saat itu telah turun wahyu,
اِسْتَغْفِرْ لَهُمْ اَوْ لاَ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ، اِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً فَلَنْ يَّغْفِرَ اللهُ لَهُمْ، ذلِكَ بِاَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه، وَ اللهُ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلفسِقِيْنَ. التوبة: 80
(Sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampun untuk mereka atau tidak memohonkan ampun bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampun untuk mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampunan mereka. Yang demikian itu karena mereka tidak beriman (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq. (Q.S at Taubah 80).
Meskipun Umar bin Khaththab menghalangi
Rasulullah untuk menshalatkan jenazah Abdullah bin Ubay bin
Salul, namun beliau tetap akan menshalatkannya. Kemudian beliau bersabda kepada
‘Umar :
يَا عُمَرُ، اَخّرْ عَنّى اِنّى قَدْ خُيّرْتُ فَاخْتَرْتُ. قَدْ قِيْلَ لِى: اِسْتَغْفِرْ لَهُمْ اَوْ لاَ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ، اِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً فَلَنْ يَّغْفِرَ اللهُ لَهُمْ. فَلَوْ اَعْلَمُ اَنّى اِنْ زِدْتُ عَلَى السَّبْعِيْنَ غُفِرَ لَهُ لَزِدْتُ. ابن هشام 5: 240
Hai ‘Umar, mundurlah kamu, karena sesungguhnya aku disuruh memilih, maka aku memilih. Telah difirmankan kepadaku, “Kamu memohonkan ampun untuk mereka atau tidak kamu mohonkan ampun untuk mereka, walaupun kamu memohonkan ampun untuk mereka tujuh puluh kali, namun Allah tidak akan mengampuni mereka”. Maka seandainya aku mengetahui bahwa jika aku tambah lebih dari tujuh puluh kali, lalu dia diampuni, niscaya akan aku tambah. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 240]
Mendengar jawaban Nabi Salallahu ‘alaihi
wasallam yang demikian itu maka Umar
terdiam, tetapi hatinya tetap tidak sanggup menerima jika Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam
menshalatkan jenazah gembong munafiq itu.
Kemudian Nabi menshalatkan jenazah Abdullah
bin Ubay bin Salul tersebut. Setelah Nabi selesai menshalatkan jenazah, beliau
lalu mengantarkan sampai ke pekuburan hingga selesai dikubur. Lalu tidak
seberapa lama turunlah wahyu Allah :
وَ لاَ تُصَلّ عَلى اَحَدٍ مّنْهُمْ مَّاتَ اَبَدًا وَّ لاَ تَقُمْ عَلى قَبْرِه، اِنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه وَ مَاتُوْا وَ هُمْ فسِقُوْنَ. التوبة: 84
Dan janganlah sekali-kali kamu menshalatkan jenazah salah seorang diantara mereka selama-lamanya, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka itu telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasiq. [QS. At-Taubah : 84]
Sesudah turun ayat tersebut Nabi Salallahu
‘alaihi wasallam tidak pernah lagi menshalatkan jenazah orang munafik. Ini juga
tentu menjadi contoh dan pelajaran bagi para sahabat dan juga orang orang
beriman di zaman kita ini sampai hari Kiamat.
Jadi doa termasuk shalat jenazah (yang
hakikatnya adalah doa) bagi orang
munafik adalah tak bermanfaat. Lihatlah
bagaimana Allah Ta’ala telah menerangkan dengan sangat jelas tentang hal itu
pada surat at Taubah ayat 80 diatas. Cobalah perhatikan lebih jauh bahwa doa
Nabi Muhammad Khalilullah (orang yang sangat dicintai Allah) tidak bermanfaat
bagi orang munafik meskipun didoakan 70 kali agar diampuni dosanya. Apalagi doa
dari orang orang selain beliau.
Oleh karena itu kepada orang orang munafik sangatlah
dianjurkan untuk segera meninggalkan
sifat munafiknya. Mohonlah ampun kepada Allah sesungguhnya Dia Maha
Pengampun dan Maha Penerima Taubat.
Wallahu A’lam. (976).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar