MENGAMBIL MANFAAT KETIKA DIZHALIMI
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Imam Al Jurjani berkata : Kezhaliman adalah meletakkan
sesuatu bukan pada tempatnya. Dan dalam istilah syar’i adalah suatu ungkapan
yang menunjukkan berpaling dari kebenaran menuju kebatilan atau mengambil hak milik orang lain dan melampaui batas.
Nah, didalam menjalani kehidupan di dunia ini kita melihat
hampir tidak ada manusia yang tidak pernah dizhalimi orang lain. Mungkin
berbentuk menyakiti fisik, menyakiti perasaan, mengambil haknya secara sembunyi
atau terang terangan, ditipu, dibodohi dan yang lainnya.
Lalu ketika mendapat perlakuan zhalim apakah perlu bersedih,
meronta atau harus membalas ?. Ini tentu saja bisa dan boleh dilakukan meskipun
tidak dianjurkan. Namun demikian ketahuilah bahwa ada banyak keutamaan yang bisa diperoleh seorang
hamba jika ketika dizhalimi. Diantaranya adalah :
Pertama : Kesempatan
melakukan muhasabah atau introspeksi diri.
Jika seseorang dizhalimi maka ini adalah kesempatan baik
baginya untuk muhasabah. Mungkin pada waktu yang lalu dia pernah menzhalimi
orang lain. Lalu belum sempat memohon maaf dan minta keridhaan dari yang
dizhalimi maka Allah Ta’ala mengirim seseorang untuk membalas kezhalimannya di
masa lalu itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : In ahsantum ahsantum
li anfusikum. Jika kamu berbuat kebaikan maka (berarti) kamu berbuat
kebaikan bagi dirimu sendiri. (Q.S al Israa’ 7). Allah Ta’ala juga berfirman :
“Hal jazaa-ul ihsani illal ihsan” Balasan perbuatan baik adalah kebaikan
pula (Q.S ar Rahman 60).
Kedua : Dapat manfaat
karena memaafkan.
Imam Raghib Ashbahani berkata : Suka memaafkan adalah bagian
dari sikap santun. Ketika dizhalimi dia
bersikap santun dan ketika dia mampu membalasnya dia malah memaafkan.
Ketahuilah bahwa seorang hamba yang suka memafkan kesalahan
atau kezhaliman orang lain, akan
senantiasa memperoleh ampunan Allah. Inilah puncak keutamaan dari sikap suka
memaafkan. Allah berfirman : “Wal ya’fuu wal yashfahuu, alaa tuhibbuuna an
yaghfirallaahu lakum wallaahu ghafuurur rahiim. Dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu
dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (Q.S an Nuur 22).
Ketiga : Mendapat doa
malaikat karena mendoakan orang lain.
Salah satu sikap terpuji seorang hamba adalah mendoakan orang
lain meskipun telah menzhaliminya. Ini tentu tidaklah mudah karena
kecenderungan manusia adalah membalas ketika diperlakukan tidak baik atau
dizhalimi.
Ketahuilah
bahwa seorang hamba yang mendoakan kebaikan bagi seseorang tanpa diketahui oleh
yang didoakan akan mendatangkan kebaikan. Doa yang sama akan kembali kepadanya
melalui doa malaikat. Ketahuilah bahwa doa malaikat lebih besar potensinya
untuk dikabulkan.
Dari Abu Ad-Darda’ dia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda : “Maa min ‘abdin muslimin
yad’u li akhiihi bi zhahril ghaibi illaa qaala malaku wa laka bimitslin” Tidak
ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim)
tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata : Dan bagimu juga
kebaikan yang sama (seperti yang kamu minta dalam doamu itu). (H.R Imam
Muslim).
Keempat
: Doanya diijabah.
Orang yang dizhalimi doanya mudah
diijabah. Oleh karena itu ambillah kesempatan berdoa ketika dizhalimi. Mohonlah
kepada Allah agar dianugerahkan kebaikan yang banyak.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam berkata kepada Mu’adz bin Jabbal : “Takutlah
kamu terhadap doa orang yang dizhalimi, karena tidak ada penghalang antara
dirinya dengan Allah.” (H.R Imam Bukhari).
Dari Abu Hurairah bersabda Rasulullah : “Tsalatsu
da’awatin mustajaabaatun laa syakka fiihina, da’watun mazhluum, wa da’watul
musaafir, wa da’watul waalidi ‘alaa waladih.” Ada tiga doa mustajab tanpa ada keraguan
didalamnya, doa orang yang dizhalimi, doa musafir
dan doa orang tua terhadap anaknya. (H.R Imam at Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam
Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani.)
Kelima
: Mendapat kebaikan dari transfer pahala dan
dosa
Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam telah mengingatkan kita bahwa
di akhirat kelak akan ada transfer pahala dan dosa diantara hamba hamba
Allah tersebab melakukan ke zhaliman di dunia. Oleh karena itu maka seorang
yang dizhalimi di dunia akan memperoleh kiriman pahala dan kesempatan
mengirimkan dosa kepada yang telah berbuat zhalim di akhirat kelak.
Rasulullah bersabda : “Man kaanat ‘indahu mazhlimatun li akhiihi falyatahalalhu minhaa, fainnahu
laisa tsumma diinaaran walaa dirhamun minqabli aiyu’khadza li akhiihi min
hasanaatihi, failam yakun lahuu hasasanatun akhidzun min syaiyiati akhiihi fatharihat ‘alaihi.” Barang siapa
yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya maka hendaklah dia meminta kehalalan
(maaf) kepadanya, karena kelak di akhirat tidak ada lagi dinar dan dirham,
sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang dia zhalimi),
bila tidak memiliki kebaikan maka keburukan saudaranya (yang dia
zhalimi) akan diberikan kepadanya (H.R Imam Bukhari).
Hal ini juga sejalan dengan makna hadits tentang orang yang
muflis yaitu tentang orang yang bangkrut
di akhirat kelak. Pada hari akhirat kelak akan ada manusia yang datang dengan
membawa pahala amalnya. Tetapi akhirnya habis karena
harus dipindahkan kepada orang orang yang menuntutnya yaitu orang orang yang pernah dizhaliminya di dunia. Bahkan setelah
pahala amalnya habis maka dosa orang yang dizhalimi dipindahkan kepadanya.
Na’udzubillahi min dzalik.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa
Sallam pernah bertanya kepada para sahabat : "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkut itu?" Para
sahabat menjawab : Menurut kami, orang yang bangkut diantara kami adalah orang
yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.
Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah
orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia
selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan
menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada
setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka
banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari
mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia
dilemparkan ke neraka." (H.R
Imam Muslim)
Keenam : Mendapat
pahala tanpa batas karena kesabaran.
Sangatlah dianjurkan kepada seorang hamba untuk bersabar ketika
mendapat musibah berupa kezhaliman yang dilakukan seseorang kepadanya. Sungguh sangatlah banyak keutamaan sabar.
Diantaranya seperti yang dikatakan oleh Syaikh Sulaiman bin
Qaashim : Setiap amalan dapat diketahui ganjarannya kecuali kesabaran yaitu
seperti air yang mengalir deras. Lalu beliau membacakan al Qur an surat az
Zumar 10 : “ Innamaa yuwaffash shabiruna ajrahum
bighairi hisaab” Sesungguhnya hanyalah pahala orang-orang
bersabarlah yang dicukupkan tanpa batas.
Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin dalam Kitab Syarah
Riyadush Shalihin menjelaskan : Adapun kesabaran pahalanya berlipat ganda tidak
terbatas. Ini menunjukkan bahwa ganjarannya sangat besar sekali hingga tidak
mungkin bagi seorang insan untuk membayangkan pahalanya karena tidak bisa
diukur dengan bilangan.
Bahkan, pahala sabar termasuk perkara yang maklum disisi
Allah tanpa bisa dibatasi. Tidak pula bisa disamakan dengan mengatakan satu
kebaikan dilipat gandakan pahalanya sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat.
Kesabaran itu pahalanya tanpa batas. Demikian penjelasan Syaikh Utsaimin.
Dari uraian diatas dapatlah kita mengambil faedah bahwa seorang
hamba yang dizhalimi tidaklah perlu larut dalam kesedihan tapi ambillah manfaat
yang banyak dari ke zhaliman itu bagi
dirinya. Insya Allah bermanfaat. Wallahu A’lam (974).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar