JANGAN MENGUTAMAKAN PERKARA DUNIA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sebagian manusia berusaha keras,
terus menerus mengejar dunia. Mereka menyibukkan diri dalam mengumpulkan harta
dunia dengan segala perhiasannya. Banyak pula diantara manusia yang seolah olah
tidak pernah merasa puas dengan kesenangan dunia. Dalam semua perkara mereka
mengedepankan bahkan mengutamakan urusan
dunia.
Akibatnya adalah perkara akhirat
dibiarkan terlantar, diabaikan dan kalaupun diberi
perhatian hanyalah dalam porsi yang sangat sedikit. Sungguh semua ini akhirnya
akan mendatangkan kerugian dan penyesalan yang besar.
Lalu
bagaimana dengan doa pada surat al Baqarah 201. Bukankah Allah Ta’ala telah
mengajarkan kita doa : “Rabbanaa
aatinaa fid dun-yaa hasanatan wa fil
aakhirati hasanatan waqiinaa ‘adzaban
naar”. Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka.
Ketahuilah
bahwa :
(1)
Tidak ada satu ulama ahli tafsir dari dahulu sampai sekarang yang menjelaskan
bahwa ayat ini bermakna mendahulukan
perkara dunia dari perkara akhirat meskipun dalam ayat ini kata dunia disebut
lebih dahulu dari akhirat.
(2)
Dalam ayat ini dunia disebut satu kali yaitu : “fid dunya hasanah” (dunia)
sedangkan akhirat disebut dua kali yaitu : “wa fil aakhirati hasanah” (akhirat)
lalu “wa qiinaa ‘adzaban naar”
(akhirat).
(3)
Kenyataannya bahwa kebanyakan manusia menghabiskan waktu lebih banyak untuk
mengejar dunia. Sementara itu mereka sepertinya sudah merasa puas dengan sedikit
ibadah untuk mendapatkan kebaikan akhirat. Sungguh
mereka memang mampu mencari perkara
dunia 12 jam sehari semalam bahkan lebih, tapi kemungkinan besar mereka tidak
akan mampu beribadah 12 jam dalam sehari semalam.
(4) Bukankah dunia itu sementara dan akhirat
itu lebih baik dan lebih kekal. Allah berfirman : “Wal aakhiratu khairun wa
abqaa”. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S al A’laa 17) Sangatlah tidak pantas bagi orang yang
berakal (sehat) untukmendahulukan perkara dunia dari perkara akhirat. Bukankah untuk mencari yang lebih
baik haruslah di dahulukan dan di utamakan.
Ketahuilah
saudaraku, bahwa hakikat kehidupan dunia ini sangatlah sementara, semu dan
fatamorgana. Rasulullah telah mengingatkan kita dalam banyak sabda beliau agar
tidak terfitnah dan tertipu tersebab mendahululan perkara perkara dunia.
Pertama
:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya setiap umat memiliki
fitnah, dan fitnah bagi umatku adalah harta.” (H.R at Tirmidzi dishahihkan oleh
Syaikh al Albani).
Maka
sungguh mengherankan tatkala seseorang yang seharusnya beramal untuk mencapai
surga yang luasnya bagaikan langit dan bumi, justru tenggelam dalam fitnah
dunia dan harta. Oleh karenanya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat khawatir bila pintu-pintu kesenangan
duniawi telah dibukakan bagi umat ini maka mereka berpaling dari agama.
Kedua : Kaum muslimin,
mari bersama kita renungkan hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di
dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang
melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Mari
renungkan hadits ini dengan seksama, di golongan manakah diri kita berada.
Apakah kita termasuk golongan yang mendapat rahmat-Nya ataukah sebaliknya diri
kita justru termasuk orang-orang yang mendapat laknat. Barangkali kita telah
menjadi budak dunia dikarenakan
sebagian besar aktivitas kita atau bahkan mungkin seluruhnya hanya untuk mendahulukan urusan dunia.
Ketiga : Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sangat mencela orang-orang yang tunduk pada dunia dan
semata-mata tujuannya adalah mencari harta dunia dalam sabda beliau: “Celakalah
budak dinar (uang emas), celakalah budak dirham (uang perak), celakalah budak
khamishah (pakaian yang indah) dan celakalah budak khamilah
(ranjang yang empuk).”. H.R Imam Bukhari.
Inilah
celaan beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam kepada orang yang kesehariannya menjadi
pemburu harta dan mengutamakan berbagai
kesenangan dunia. Sungguh kita tidak tega untuk
menjadikan diri ini celaka karena diperbudak dinar dan dirham.
Keempat : Ketahuilah saudaraku, bahwa manusia yang
mengkaitkan hatinya dengan dunia
menjadikan dunia sebagai cita cita yang
ingin dikejarnya maka Allah akan mencerai beraikan urusannya dan kedua
tangannya akan dipenuhi dengan kesibukan untuk urusan dunia sehingga
kerugianlah yang akan didapatnya.
Rasulullah
bersabda : “Barangsiapa yang tujuan
hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai beraikan urusannya. Menjadikan
kefakiran di kedua pelupuk matanya dan dia mendapat dunia menurut apa yang
telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah negeri
akhirat, Allah Ta’ala akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya
dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina” (H.R Imam Ahmad, Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits
ash Shahihah).
Rasulullah
bersabda : “Wahai anak keturunan Adam.
Curahkanlah waktumu untuk beribadah kepadaKu, niscaya akan Aku penuhi dadamu
dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak
melakukannya maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan
tutup kefakiranmu” (H.R Imam at Tirmidzi dan Imam Ahmad, Lihat Silsilah
Hadits Shahih Syaikh al Albani).
Kalau begitu masihkah kita akan mendahulukan urusan dunia. Tentu
tidak. Kenapa ? , karena dunia dan segala harta dan perhiasannya bukanlah
tujuan tapi sarana yang harus dimanfaatkan mencari bekal untuk menuju negeri
akhirat.
Imam
Ibnul Qayyim berkata : Mencintai ilmu dan belajar ilmu merupakan pokok bagi
seluruh ketaatan sedangkan CINTA DUNIA MERUPAKAN POKOK BAGI SELURUH KEBURUKAN.
(Miftah Daarissa’adah).
Oleh karena itu mari kita habiskan
sisa umur ini dengan terus menerus mengejar perkara yang
bermanfaat untuk akhirat dan insya Allah perkara perkara dunia akan
mengikutinya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (993).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar