PENYESALAN BESAR BAGI YANG MELALAIKAN SHALAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh shalat memiliki kedudukan yang tinggi dan paling
utama dalam syariat Islam. Shalat adalah ibadah tertinggi. Tidak ada satupun
ibadah yang menandinginya. Kenapa demikian, karena shalat adalah tiang agama,
kewajiban yang terus menerus, ibadah yang pertama kali akan dihisab.
Dari Abdullah bin Qurath, dia berkata bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
bersabda : “Awwalu maa yuhaasabu bihil ‘abdu yaumal
qiyaamatish shalatu, faiin shaluhat shaluha lahu saa-iru ‘amalihi wain fasadat
fasada saa-iru amalih” Pertama kali
yang akan dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah shalat. Jika
shalatnya baik maka baik pula seluruh amalannnya, jika shalatnya buruk maka
buruk pula seluruh amalannya. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al
Albani).
Allah memerintahkan hamba hamba-Nya yang beriman untuk terus
menerus menjaga shalatnya. Allah berfirman : “Hafzhuu ‘alash shalawaati wash
shalawaatil wusthaa wa quumuu lillahi qaanitiin” Peliharalah semua shalat
(mu) dan (peliharalah) shalat wustha dan berdirilah untuk Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyuk. (Q.S al Baqarah 238).
Syaikh as Sa’di berkata : Allah memerintahkan untuk
memelihara shalat secara umum dan shalat wustha yaitu shalat ashar pada
khususnya. Memelihara shalat adalah menunaikannya pada waktunya, dengan syarat
syaratnya, rukun rukunnya, khusyu’ padanya dan seluruh hal yang wajib maupun
yang sunnnah. Dengan memelihara shalat kita akan mampu memelihara seluruh
ibadah dan juga berguna untuk melarang dari hal yang keji dan mungkar,
khususnya jika disempurnakan pemeliharaannya sebagaimana yang diperintahkan
Allah. (Kitab Tafsir Karimir Rahman).
Oleh karena itu janganlah seorang hamba lalai sedikit pun dalam
melaksanakan ibadah shalat karena akan menjadi penyesalan yang besar baginya di
akhirat kelak. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan akan kecelakaan bagi
orang yang melalaikan shalat.
Allah berfirman : “Fa
wailul lil mushalliin. Alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun”. Maka
kecelakaanlah bagi orang orang yang shalat. (Yaitu) orang orang yang lalai dari
shalatnya. (Q.S al Maa-uun 4-5).
Lalu apakah makna melalaikan shalat. Terdapat beberapa
penjelasan tentang makna melalaikan shalat, diantaranya adalah :
Pertama : Mengerjakan
shalat dengan riya’.
Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Ia melakukan
ketaatan kepada Allah Ta’ala hanya ingin mengambil perhatian orang lain dan
agar mendapat nama di tengah tengah masyarakat, bukan untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Ia bersedekah karena ingin dikatakan dermawan, menyempunakan
shalatnya agar orang mengatakan shalatnya bagus dan lain lain. Seharusnya
ibadah hanya untuk Allah akan tetapi menginginkan dengan itu pujian dari orang
lain. Mereka mendekatkan diri kepada manusia dengan cara melaksanakan ibadah
kepada Allah Ta’ala. Seperti inilah yang disebut riya’.
Tetapi orang yang shalat untuk Allah namun juga mengharapkan
orang lain memuji ibadahnya dan ingin dikatakan bahwa ia adalah seorang ahli
ibadah, ini merupakan sifat yang didapati pada kebanyakan orang munafik.
Sebagaimana yang
difirmankan Allah : “Wa idzaa qaamuu
ilash shalawaati qaamuu kusaalaa yuraa-uunan naasa wa laa yadzkuruunalallaha
illaa qaliilaa” Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
nama Allah kecuali sedikit sekali. (Q.S
an Nisaa’ 142).
Perhatikanlah sifat (munafik) ini, jika mereka melaksanakan
shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka itulah yang lalai di dalam
shalatnya dan berbuat riya’. (Kitab Tafsir Juz ‘Amma).
Kedua : Melambatkan
shalat dari waktu yang semestinya.
Melambatkan dari waktu yang semestinya maknanya adalah orang
yang membiasakan dirinya shalat pada akhir akhir waktu shalat. Dia selalu
melaksanakan pada menjelang waktu shalat itu akan berakhir. Namun demikian
mengerjakan shalat di akhir waktu karena unsur keterpaksaan, darurat atau
halangan yang syar’i tidaklah mengapa.
Rasulullah bersabda : “Idzasy
taddal harru fa abriduu bish shalaati fa inna syiddatal harri min fai’i
jahannam”. Jika udara sangat panas menyengat maka tundalah shalat, karena
panas yang sangat menyengat itu berasal dari hembusan api neraka jahannam. (H.R
Imam Muslim).
Ketiga : Melaksanakan
shalat di luar waktunya.
Syari’at menjelaskan bahwa shalat harus dilakukan pada waktu
waktu yang telah ditetapkan. Allah berfirman : “Innash shalawaata kaanat ‘alal mu’miniina kitaaban mauquutaa”
Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang
orang yang beriman. (Q.S an Nisaa’ 103)
Namun demikian dalam hal ini ada keringanan keringanan
tertentu sesuai dengan dalil dalilnya yang shahih seperti menjamak shalat baik
jamak taqdim maupun jamak takhir dan yang lainnya.
Keempat : Tidak
berusaha mencontoh shalat yang diajarkan Rasulullah.
Ini juga termasuk bagian dari makna melalaikan shalat.
Rasulullah bersabda : “Shalluu kamaa
ra-aitumuunii ushallii”. Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku
shalat H.R Imam Bukhari).
Diantara kesalahan yang umum dalam shalat, yaitu tidak
mengikuti contoh dari Rasulullah, adalah tidak tuma’ninah, menghamparkan lengan
ketika sujud. Adapula yang pada saat sujud hanya menyentuhkan dahi dan tidak
menyentuhkan hidung bersama dahi
ketempat sujud. Seorang hamba hendaklah memperhatikan hal ini agar tidak
dianggap sebagai orang yang lalai.
Kelima : Tidak berusaha
untuk khusyu’.
Mahasuci Allah yang telah memberikan keberuntungan kepada
orang yang mampu menghadirkan ke khusyu’an dalam shalatnya. Allah berfirman : “Qad aflahal mu’minuun, alladziina hum fii
shalaatihim khaasyi’uun” Sungguh beruntunglah orang orang yang beriman,
yaitu orang orang yang di dalam shalatnya khusyu’. (Q.S al Mukminun 1-2).
Diantara makna shalat yang khusyuk adalah ketika (1)
Seseorang melaksanakan shalat sesuai dengan tuntunan Rasulullah, (2) Terpenuhi
syarat dan rukunnya, (3) Berusaha untuk menghadirkan hatinya, sehingga dia
betul betul merasa berada dihadapan Allah, (4) Seolah olah dia berdialog dengan
Allah, (5) Merasa bahwa Allah memperhatikan segala apa yang sedang
dikerjakannya. Inilah sebagai inti dalam kajian hadits riwayat Imam muslim
dengan istilah ihsan.
Syaikh Utsaimin berkata : (Jika pada waktu shalat) hatinya
menerawang kesana kemari, ia lengah dalam melaksanakannya. Ini adalah sesuatu
yang tidak terpuji. Tidak diragukan lagi, seorang yang lengah, lalai dan
menganggap remeh terhadap shalatnya merupakan perbuatan tercela.
Ada beberapa hal yang memungkinkan seseorang tidak khusyu’
dalam shalatnya, diantaranya adalah (1) Shalat pada saat mengantuk, (2) Tidak
mengerti atau tidak memahami makna dari bacaan shalat, (3) Dalam keadaan mabuk
ringan apalagi mabuk berat. (4) Membiarkan hati dan matanya tidak fokus kepada
shalat yang sedang dikerjakan.
Ketahuilah saudaraku bahwa jutaan orang yang sekarang telah
berada di perut bumi. Banyak diantaranya yang menyesal karena melalaikan sebagian shalatnya
pada saat mereka masih berada di punggung bumi.
Mereka berangan angan agar bisa kembali ke dunia untuk melaksanakan shalat meskipun hanya dua rakaat.
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah pernah melalui sebuah
kuburan dan bertanya : Kuburan siapa ini ? Kata para sahabat : Ini kuburan si
Fulan, maka beliau bersabda : “Rak’ataani ahabbu ilaa hadza min baqiyati
dun-yaakum” Shalat dua rakaat lebih ia sukai dari apa yang tersisa dari
dunia kalian. (H.R ath Thabrani dalam Mu’jam ausath).
Dalam riwayat lain disebutkan : “Rak’ataani khafiifataani
mimma tahqiruuna wa tanfiluun, yaziduhuma hadzaa fii ‘amalihi, ahabbu ilaihi
min baqiyati dun-yaakum” Dua rakaat ringan yang kalian remehkan dan kalian
anggap sunnah, yang dapat menambah amal orang ini, lebih dia cintai dari apa
yang tersisa dari dunia kalian. (H.R
Ibnul Mubarak, dishahihkan Syaikh al Albani)
Sungguh para penghuni kubur itu telah menyaksikan dalam
kuburnya betapa besar pahala yang Allah Ta’ala sediakan bagi mereka yang tidak
melalaikan shalat.
Rasulullah bersabda : “Ashshalaatu khairu maudhuu’in,
famanis tathaa’a an yastakatsira falyuktsir” Shalat adalah ibadah terbaik yang
diperintahkan. Maka barangsiapa mampu memperbanyak shalat hendaklah ia
memperbanyaknya. (H.R ath Thabrani,
dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Lalu datang pertanyaan besar buat kita yang masih ada di bumi
dan masih punya kesempatan untuk melakukan shalat : Apakah kita masih terus sibuk dengan
urusan dunia dan lalai dengan
shalat ?. Sungguh penyesalan datang belakangan. Wallahu A’lam. (987).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar