MANUSIA SERING KELIRU DALAM BERPRASANGKA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Al Imam Raghib Ashfahani berkata: Prasangka (azh zhan) adalah sebuah nama untuk sesuatu yang bersifat
terkaan karena ada indikasi dan tanda-tandanya. Bila sangkaan ini kuat maka
akan membawa kepada ilmu. Jika sangat lemah maka tidaklah melebihi kecuali
disebut prasangka dan dugaan saja.
Sangatlah sering kita menyaksikan
bahwa manusia sangat sering keliru dalam berprasangka. Namun demikian sebagian
mereka tetap saja suka memberikan atau
menyebarkan informasi tentang segala sesuatu tanpa landasan yang jelas karena
berprasangka bahwa semua informasi itu benar. Apalagi di era kemajuan teknologi
informasi sekarang ini. Ratusan bahkan ribuan informasi bisa datang kepada kita yang terkadang tidak
kita minta.
Terkadang kita berprasangka bahwa
semua informasi itu benar. Lalu kita sebarkan lagi melalui berbagai media
sosial. Kita telah keliru dalam
menyangka karena tidak cek dan ricek. Contohnya sangatlah banyak dan tentu
saudara kita yang biasa ikut di medsos tentu sudah sangat memahami bahkan
sering juga menyesal karena informasi yang di reshare ternyata hoax berat.
Allah berfirman : “Yaa
aiyuhal ladziina aamanuu injaa-akum fasikun bi naba-in fa tabaiyanuu an
tushiibu qauman bijahaa latin fa tushbihuu ‘alaa maa fa’altum naadimin” Wahai orang orang yang beriman. Jika
datang kepadamu seseorang yang fasik membawa
suatu berita maka periksalah dengan
teliti kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (Q.S al Hujuraat 6)
Syaikh as Sa’di berkata : Yang
harus dilakukan ketika ada berita yang dibawa orang fasik adalah dicek dan diperjelas. Jika terdapat berbagai bukti
dan indikasi atas kebenaran berita tersebut maka diamalkan dan dipercayai. Namun jika terdapat berbagai bukti dan
indikasi menunjukkan kebohongan berita itu, maka tidak boleh dilaksanakan dan
harus diingkari. Disini juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa berita orang jujur bisa diterima, berita
pendusta ditolak sedangkan berita orang fasik harus ditahan lebih dahulu yaitu
untuk klarifikasi. (Kitab Tafsir Kariimir Rahman).
Selain itu perlu dimaklumi bahwa
Rasulullah mengingatkan bahwa janganlah seseorang bersandar kepada dugaan
dugaan. Abu Mas’ud pernah ditanya : Apa yang pernah engkau dengarkan dari
Rasulullah tentang prasangka atau dugaan ?. Ia menjawab : Aku pernah mendengar
Raulullah bersabda : Bi’sa mathiyatur
rajuli za’amuu” Dugaan dugaan adalah seburuk buruk sandaran seseorang. (H.R
Abu Dawud).
Sebenarnya bukan hanya dalam media
sosial saja, diluar itupun kita sering keliru berprasangka, diantara contohnya
adalah :
Pertama : Seorang ustadz yang shalat maghrib di masjid dekat
rumahnya. Hampir setiap kali selesai shalat maghrib, dia berdzikir dan setelah
itu langsung pulang. Jamaah yang lain melihat ustdaz ini tidak melakukan shalat sunnah ba’da maghrib. Padahal
shalat sunnah maghrib ini adalah sunnah muakkadah.
Lalu sebagian jamaah (yang belum tahu) berkomentar kepada temannya : Saya hampir
tidak pernah melihat ustadz itu shalat sunnah ba’da maghrib. Temannya yang
mendengar menjawab : Iya, ya kenapa begitu, saya juga tidak tahu. Ini keliru
dalam berprasangka.
Pada hal ustadz ini shalat sunnah ba’da maghrib di rumah karena
ingin mengamalkan sabda Rasulullah : “Idza qadha ahadukumush shalaata fii
masjidihi fal yaj’al libaitihinashiiban min shalaatihi fa innallaha jaa’ilun
fii baitihi min shalaatihi nuuraa”. Apabila seorang di antara kamu selesai
melaksanakan shalat di masjidnya, maka kerjakanlah sebagian dari shalatnya
(shalat sunnah) di rumahnya, karena sesungguhnya Allah menjadikan sebagian
shalatnya sebagai CAHAYA RUMAHNYA. (H.R Imam Muslim no. 375)
Beliau juga bersabda : “Khairu
shalaati mar-i fii baitihi illal maktuubah”. Sebaik baik shalat seseorang
adalah yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib (H.R Ibnu Khuzaimah dari
Zaid bin Tsabit).
Kedua : Ada seorang yang memiliki harta yang banyak bahkan berlimpah. Kalau dia
shalat Jum’at di masjid kompleks perumahan tempat dia tinggal maka dia tidak
pernah mengisi kotak amal yang beredar dan lewat di depannya. Dia lewati saja.
Dia khawatir kalau mengisi kotak yang beredar akan dilihat orang paling tidak
yang berada di kiri kanan serta yang dibelakangnya. Kebiasaannya dan terus
menerus dia mengisi kotak amal yang ada di teras masjid sehingga hampir tidak
ada yang melihat. Ini untuk menjaga keikhlasan.
Lalu ada yang berkomentar : Kenapa ya si Fulan itu tidak
pernah mengisi kotak amal yang diedarkan pada hal dia orang kaya. Ini termasuk
keliru juga dalam berprasangka.
Ketiga : Ada seorang laki laki yang biasa
mengantar istrinya ke sekolah tempat istrinya mengajar sebelum dia melanjutkan
perjalanan menuju kantornya. Lalu sudah seminggu ini laki laki tersebut
mempunyai kebiasan lain. Sesampai di depan sekolah laki laki ini bergegas turun dari mobil dan
membukakan pintu mobil bagi istrinya.
Lalu ada yang melihat dan
berkomentar : Nah, lihat itu contoh suami takut istri, pintu mobil aja
di bukakan. Padahal istrinya memang tidak bisa keluar sendiri dari mobil karena
pintu mobil itu sudah seminggu rusak. Tidak bisa dibuka dari dalam.
Keempat : Imam asy Syaukani, dalam Kitab
Fathur Rabbani menceritakan : “Pernah dikisahkan bahwa ada seorang penguasa
yang hendak menghukum dengan hukuman mati seorang rakyatnya karena kesalahan
yang tidak seberapa. Lalu ada seorang ulama yang berusaha dan berupaya melobi
penguasa agar memaafkan dan tidak menghukum mati orang itu. Akhirnya terjadilah
kesepakatan bahwa hukuman mati dibatalkan dan diganti dengan hukuman cambuk.
Tentu ulama ini sangat senang karena usahanya orang yang bersalah ini bisa
diselamatkan.
Tapi penguasa memberi syarat bahwa hukuman beberapa kali
cambukan itu harus dilaksanakan di depan orang banyak dan yang melakukan
cambukan haruslah ulama tadi. Pada saat pelaksanaan cambukan orang orang mencela,
mencemooh bahkan ada yang menghina ulama tadi yang telah bekerjasama dengan
penguasa untuk menzhalimi manusia dengan hukuman cambuk tersebut.
Andaikata orang orang tahu fakta dan jalan cerita yang
sesungguhnya tentu mereka akan sangat berterima kasih dan mendoakan kebaikan
bagi ulama itu, bukan mencela dan menghinanya. Nah, ini juga termasuk
kekeliruan dalam berprasangka.
Oleh karena itu jangan memberikan pendapat atau komentar
untuk sesuatu yang kita tidak mengetahui hakikatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
melarang orang orang yang beriman untuk berprasangka karena termasuk sebagian
dari dosa. Allah berfirman : Yaa aiyuhalladzina aamanuuj tanibuu katsiiran minazh zhan, inna ba’dhazh
zhanni itsmun. Wahai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan) karena
sebagian prasangka itu adalah dosa. (Q.S al Hujuraat 12)
Berkenaan dengan ayat ini Imam Ibnu Katsir berkata : Allah melarang
para hamba-hambanya yang beriman, dari perbuatan curiga, prasangka dan dugaan, apakah
itu kepada keluarganya, kerabat atau manusia pada umumnya jika tidak pada
tempatnya. Sebab pada sebagian prasangka
dan curiga itu terdapat dosa, maka jauhilah perbuatan banyak curiga sebagai
pencegah dari dosa.
Selanjutnya, Imam Ibnu Katsir berkata : Seorang muslim
adalah orang yang selalu memberi udzur kepada orang lain sehingga batinnya
selamat. Sedangkan orang munafik adalah orang yang selalu
mencari-cari kesalahan dan aib orang lain karena bathinnya buruk.
Rasulullah bersabda: “Iyyakun wazh-zhan. Fainna
zhanna ahdzabul hadits” Waspadalah kalian terhadap prasangka
karena prasangka adalah sejelek-jelek perkataan (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Al Hafizh Ibnu Hajar Ashqalani berkata : Hadits ini memberikan isyarat bahwa prasangka yang
terlarang adalah prasangka yang tidak bersandar kepada sesuatu apapun yang bisa dijadikan
pijakan menghukuminya.
Dengan demikian orang yang menghukumi sesuatu tanpa pijakan disebut pendusta.
Penyebutan “prasangka” lebih buruk hukumnya dari dusta yaitu sebagai celaan
yang sangat keras dan wajib dijauhi. (Fathul Bari, dengan diringkas).
Oleh karena itu mari kita jaga diri kita agar tidak cepat
cepat berprasangka apalagi prasangka buruk kepada saudara saudara kita sesame muslim.
Jika terlihat ada yang salah beri mereka udzur. Siapa tahu dia memiliki udzur
yang tidak kita ketahui.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar