PERKARA YANG MENJADI UJIAN KEIMANAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Setiap hamba senantiasa mencari
kebaikan bagi dunia dan akhiratnya. Kebaikan itu diantaranya ada pada berakidah
dengan benar, beribadah dengan ikhlas dan ittiba’ juga berakhlak mulia dan
bermuamalah dengan baik. Untuk mendapatkan kebaikan itu ternyata sangatlah
banyak halangan dan hambatan bahkan
ujian. Dan memang manusia itu akan
diberi ujian.
Allah berfirman : : ”Ahasibannaasu aiyutrakuu
aiyaquuluu amannaa wahum laa yuftanuun” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan
dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji. (Q.S
al Ankabuut 2).
Ujian itu datang melalui berbagai perkara dan
sangatlah banyak macam serta jenisnya bahkan variatif dan berlapis. Semuanya
bisa menjadikan orang orang yang benar imannya menjadi tersesat dan rusak. Diantaranya berasal dari :
Pertama : Syaithan yang selalu berusaha menjerumuskan.
Diantara ujian yang berbahaya
adalah dari musuh yang bernama syaithan baik dari jenis jin maupun manusia.
Allah Ta’ala telah menjelaskan tentang musuh kita ini yang harus diperlakukan
sebagai musuh. Syaitan menginginkan manusia mengikuti mereka menjadi penghuni
neraka.
Allah Ta’ala berfirman : “Innasy
syaithaana lakum ‘aduwun fattakhidzuuhu ‘aduwan, Innamaa yad’uu hizbahuu
liyakuunuu min ash-haabis sa’iir”. Sungguh, syaithan itu musuh bagimu maka
perlakukanlah dia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak
golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang bernyala nyala (Q.S Faatir
6).
Syaikh as Sa’di berkata : Hendaknya permusuhan syaithan
kepada kalian menjadi perhatian. Jangan kalian meremehkan serangan serangan
(musuh ini) yang bisa terjadi setiap waktu. Sebab syaithan bisa melihat kalian
dan kalian tidak bisa melihatnya. Dan dia selalu mengintai kalian. (Kitab Taisir Tafsir Kariimir Rahman)
Ketahuilah bahwa iblis telah
bersumpah untuk menyesatkan manusia sehingga bisa menemani mereka di neraka
kelak. Allah berfirman : “Qaala fa bimaa
aghwaitanii la-aq’udanna lahum shiraathakal mustaqiim”. (Iblis) menjawab :
Karena Engkau telah menyesatkan aku pasti aku akan selalu menghalangi mereka
(manusia) dari jalan-Mu yang lurus. (Q.S al A’raaf 16).
Kedua : Hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan.
Manusia memiliki hawa nafsu dalam dirinya. Hawa nafsu itu
cenderung kepada keburukan. Allah berfirman : “Wa maa ubari-u nafsi, innal nafsa la amaaratun bissuu-I illaa maa
rahima rabbi, inna rabbi ghafururun rahiim”. Dan aku tidak (menyatakan)
diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong
kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya
Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yuusuf 53).
Imam Ibnul Qayyim mengingatkan : Haruslah diketahui bahwa
nafsu (yang cenderung kepada keburukan) tidaklah mencampuri sesuatu (yang baik)
melainkan akan merusaknya.
Ketahuilah saudaraku bahwa hawa nafsu pada diri manusia
memang tidak bisa dibuang atau dibunuh. Yang paling penting adalah
bagaimana memimpinnya, mengendalikannya
dan mengelolanya. Jangan sampai kita yang dipimpin dan dikendalikan hawa nafsu
dan jangan sampai kalah dengannya.
Imam al Gazali mengatakan bahwa yang berat itu bukanlah batu
besar atau gunung tetapi yang berat adalah mengendalikan hawa nafsu.
Ya begitulah kenyataannya. Betapa banyak orang yang mulia
tapi kemudian jatuh kepada keburukan dan kehinaan karena tidak mampu
mengendalikan hawa nafsu. Oleh karena itu Rasulullah mengingatkan kita untuk
bersungguh sungguh mengendalikannya yaitu dalam rangka ketaatan kepada kepada
Allah Ta’ala.
Beliau bersabda : ”Dari
Fadhalah bin ‘Ubaid dia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda : Orang yang
berjuang dengan sungguh sungguh (yang sebenarnya) adalah orang yang berjuang
dengan sungguh untuk menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah”. Dalam
riwayat yang lain : “Dalam ketaatan
kepada Allah” (H.R Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan yang lainnya, dishahihkan
oleh Syaikh al Albani).
Ketiga : Orang munafik yang selalu
memfitnah dan menghasut
Sebagaimana
yang dikatakan Imam Ibnu Katsir, nifak adalah menampakkan kebaikan dan
menyembunyikan keburukan. Sementara itu, Ibnu Juraij mengatakan : Orang munafik
ialah orang yang omongannya menyelisihi tindak-tanduknya, batinnya menyelisihi
lahiriahnya, tempat masuknya menyelisihi tempat keluarnya, dan kehadirannya
menyelisihi ketidak-adaannya. (‘Umdah
at-Tafsir I/78).
Saat ini jumlah orang munafik ini
kelihatannya semakin bertambah. Diantara mereka ada yang berpendidikan tinggi,
pandai bersilat lidah seolah olah berpihak kepada Islam pada hal hakikatnya dia
adalah musuh Islam.
Bahkan ada pula diantara
mereka yang terang terangan
memusuhi Islam dan kaum muslimin. Membela kaum kafir dan memojokkan Islam. Pada
hal dia mengaku Islam, berpendidikan Islam. Di KTP nya tertulis dengan jelas
Islam. Jika suatu waktu dia harus mengisi suatu daftar isian yang ada kolom
agama mereka dengan tidak ragu dan tidak
malu menulis kata Islam.
Salah satu yang dikhawatirkan
Rasulullah akan menimpa umat ini
adalah orang orang munafik yang lihai bersilat lidah (tapi
menyesatkan). Rasulullah bersabda : “Inna
akhwafa maa akhaafu ‘ala ummatii kullu munaafiqiin ‘alimul lisaan”. Sesungguhnya
yang paling aku khawatirkan menimpa umatku, setiap orang munafik yang lihai
bersilat lidah. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Bahkan diantara orang orang munafik
ini ada juga yang dikenal sebagai tokoh atau yang ditokohkan. Rasulullah telah mengingatkan umatnya tenang
hal ini. Beliau bersabda : “Inna akhwafa maa akhaafu ‘alaikumul
a-immatul mudhillun”. Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa
umatku adalah para tokoh umat yang menyesatkan. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan
oleh Syaikh al Albani).
Oleh karena itu waspadalah terhadap
ujian melalui orang munafik ini karena mereka ada yang pandai
bersilat lidah untuk menyesatkan orang orang beriman.
Keempat : Orang orang kafir yang selalu membenci dan memerangi
Sungguh Allah Ta’ala telah
mengingatkan bahwa orang kafir itu adalah musuh Islam sebagaimana dijelaskan
dalam firman-Nya : “Innal kaafiriina kaanu lakum ‘aduwan mubiinaa”. Sesungguhnya orang
kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Q.S an Nisa’ 101).
Orang beriman diuji oleh Allah
melalui orang orang kafir. Sungguh mereka adalah musuh bagi orang beriman. Dan
yang namanya musuh memang kelihatan dengan nyata kebencian kebencian mereka
terhadap orang beriman. Kebencian mereka
hanya akan berakhir jika sekiranya orang Islam telah mengikuti millah (agama)
mereka.
Allah berfirman : “Dan orang orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.
Katakanlah, Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan
jika engkau mengikuti mengikuti keinginan mereka setelah (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu
pelindung dan penolong dari Allah”.
(Q.S al Baqarah 120).
Syaikh as Sa’di berkata : Allah
Ta’ala mengabarkan kepada Rasul-Nya bahwa orang orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan rela kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka karena mereka adalah
penyeru penyeru kepada agama yang mereka anut yang mereka anggap sebagai petunjuk (yang benar).
Dalam ayat ini (juga) ada larangan yang keras untuk mengikuti hawa nafsu orang
Yahudi dan Nasrani dan larangan menyerupai mereka dalam perkara perkara yang
menjadi kekhususan (agama) mereka.
Bahkan orang kafir berkeinginan
memadamkan cahaya (agama) Islam. Allah berfirman : “Yuriiduuna li yuthfi-uu
nuurallahi bi afwahihim, wallahu mutimmu nuurihii wa lau karihal kaafiruun”. Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan
ucapan) mereka tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang
orang kafir membencinya. (Q.S as Saff 8).
Itulah diantara perkara atau ujian yang
bisa merusak keimanan seorang hamba. Semuanya adalah ujian yang harus dihadapi
dalam menjalani hidup di dunia. Oleh karena itu orang orang beriman haruslah
waspada dengan perkara perkara ini agar bisa terus menerus menjaga imannya
dengan baik.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar