TIDAK BOLEH TERPEDAYA DENGAN KEHIDUPAN DUNIA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh sangatlah banyak peringatan Allah Ta’ala dan
Rasul-Nya kepada hamba hamba-Nya agar tidak mengutamakan dunia. Peringatan peringatan itu bermaksud agar
manusia tidak tertipu dengan kehidupan dunia yang sementara, fana. Akhirat itu tak sebanding
sedikitpun dengan dunia. Allah berfirman
: “Walal aakhiratu khairul laka mina uula” Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik
bagimu dari pada yang permulaan (Q.S ad Duhaa 4).
AllahTa’ala memperingatkan pula bahwa
dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan yang sementara saja. Allah
berfirman : “Wa maa haadzihil hayaatud dun-yaa illaa lawun wa la’ibun, wa innad daaral
akhirata lahiyal hayawaan. Lau kaanuu ya’lamuun”. Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan
permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya
sekiranya mereka mengetahui. (Q.S al Ankabut 64).
Ketahuilah
bahwa sesuatu yang namanya senda gurau ataupun permainan hakikatnya adalah
tidak berharga. Dan kehidupan dunia ini dinamakan dunia karena rendah dan hina,
karena salah satu makna dun-yaa adalah
rendah atau hina. Kehidupan dunia adalah sesuatu yang sedikit dan kecil, jadi
tidak memiliki harga.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membuat perbandingan
antara dunia dan akhirat. Perbandingan antara keduanya bagaikan seseorang yang
mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka dunia bagaikan setetes air yang
melekat pada jari-jarinya itu. Al-Mustaurid bin Syaddad berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan
seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ini (perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk)
ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan
apa yang di dapat pada jari tangannya”. (H.R Imam Muslim, no. 2858).
Tetapi ternyata manusia memang memiliki kecendrungan bahkan
kecintaan kepada perhiasan dunia. Allah berfirman : “Dijadikan terasa indah dalam pandangan mansia cinta terhadap apa yang diinginkan
berupa perempuan perempuan, anak anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk
emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. (Q.S Ali Imran 14).
Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala
mengabarkan dalam ayat ini tentang kondisi manusia ketika mendahulukan dunia
atas akhirat. Lalu Allah Ta’ala menjelaskan perbedaan yang besar dan
ketidaksamaan antara kedua alam tersebut. Allah mengabarkan bahwa manusia
dihiasi dengan perkara perkara tersebut hingga mereka meliriknya dengan mata
mereka, dan mereka ilusikan manisnya dalam hati mereka. Jiwa jiwa mereka
terbuai dalam kenikmatan kenikmatannya.
Dan setiap kelompok dari manusia itu condong kepada salah
satu jenis dari jenis jenis kenikmatan tersebut. Dan sebenarnya mereka telah
menjadikannya sebagai cita cita terbesar mereka dan puncak dari pengetahuan
mereka. Padahal itu semua hanyalah kenikmatan yang sedikit yang akan lenyap
dalam waktu yang sekejap. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Allah Ta’ala telah mengingat agar hamba hamba-Nya jangan
sampai terpedaya dengan kehidupan dunia
yaitu diantaranya disebutkan dalam firman-Nya :\
(1) “Fa laa taghurannakumul
hayaatud dun-ya wa laa yaghurannakum billahil gharuur” Maka janganlah
sekali kali kamu terpedaya oleh kehidupan dunia dan jangan sampai kamu
terpedaya oleh penipu dalam (mentaati) Allah. (Q.S Luqman 33).
(2) “Ya aiyuhan naasu inna
wa’dallahi haqqun, fa laa
taghurannakumul hayaatud dun-yaa. Wa laa
yaghurannakum billahil gharuur”.Wahai manusia !. Sungguh janji Allah itu
benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah
(syaithan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. (Q.S Faatir 5).
Oleh karena itu jangan terpedaya pada kehidupan dunia dengan
segala harta dan perhiasannya. Kejarlah negeri akhirat dengan segala
kenikmatannya. Jadikan akhirat sebagai tujuan. Ambillah dunia sekedar kebutuhan
untuk bekal menuju negeri akhirat yang abadi.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa menjadikan akhirat sebagai tujuan
adalah cara yang terbaik dalam menjalani
kehidupan ini. Karena Allah Azza wa
Jalla akan memberikan berbagai kemudahan bagi orang yang berbuat demikian,
sebagaimana disebutkan dalam sabda beliau : Dari Anas bin Malik, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa akhirat menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allâh akan
menjadikan kekayaannya di dalam hatinya, Dia akan mengumpulkan segala urusannya
yang tercerai-berai, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan hina.
Dan barangsiapa dunia yang
menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kefakiran berada di
depan matanya, Dia akan mencerai-beraikan segala urusannya yang menyatu, dan
tidak datang kepadanya dari dunia kecuali sekadar yang telah ditakdirkan
baginya”. (H.R at
Tirmidzi no. 2465. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahih lighairihi.
Lihat Shahih at Targhib wat Targhib, no. 3169)
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(996)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar