JANGAN SUKA
MENGUMBAR AIB
Oleh : Azwir B. Chaniago
Jika
seseorang telah terlanjur melakukan
kemaksiatan dimasa lalu janganlah menyebarkannya kepada manusia. Menceritakan
aib dimasa lalu dianggap sebagai perbuatan menyebarkan kedurhakaan dan
kekejian. Ketahuilah bahwa adab paling utama terhadap keburukan atau aib masa
lalu adalah bertaubat dengan sebenar benar taubat.
Sungguh
memohon ampun dan bertaubat adalah untuk menghapus dosa dan keburukan dimasa
lalu. Allah Ta’ala memerintahkan orang
orang yang beriman untuk bertaubat sebagaimana firman-Nya : “Wa tuubuu
ilallahi jamiian aiyuhal mu’minuuna, la’allakum tuflihuun”. Dan
bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu
beruntung. (Q.S an Nuur 31).
Memang
terkadang kita melihat ada sebagian orang yang telah bertaubat dari
kemaksiatannya dimasa lalu tetapi berbangga diri menceritakannya dihadapan
orang banyak. Menceritakan kemaksiatan dimasa lalu adalah termasuk salah satu
sikap tercela.
Rasulullah
bersabda : “Seluruh umatku dimaafkan kecuali
al mujaahiriin (orang yang menyebarkan perbuatan maksiatnya). Termasuk ijhaar
adalah seorang hamba yang melakukan maksiat pada malam hari. Kemudian pada pagi
harinya Allah menutupi aibnya. Namun ia malah berkata : Wahai Fulan. Aku telah
melakukan begini dan begini tadi malam. Pada malam hari Allah menutupi aibnya
tetapi keesokan harinya ia membuka penutup Allah dari aib dirinya”. (H.R
Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Dari hadits diatas dapatlah diketahui
bahwa orang orang yang mengumbar aib dirinya sendiri jelas sangat tercela dalam
syariat Islam. Lalu bagaimana dengan seseorang yang mengumbar aib orang lain
tentu jauh lebih tercela dan
membahayakan bagi dirinya.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan orang beriman untuk tidak mengumbar
aib saudaranya. Beliau bersabda : “Janganlah kalian mencari-cari
kesalahan-kesalahan kaum muslimin, karena barang siapa yang mencari-cari
kesalahan mereka maka Allah akan menelusuri kesalahan-kesalahannya, dan barang
siapa yang ditelusuri kesalahannya oleh Allah maka Allah akan membongkarnya
(meskipun) dia di rumahnya sendiri” (H.R Abu Dawud)
Oleh
karena itu seorang hamba haruslah menjaga kehormatan saudaranya yaitu antara
lain dengan tidak mengumbar aibnya. Tidak boleh menceritakan aib saudaranya
kepada orang lain. Aib itu bisa berupa
cacat dirinya, auratnya, kesalahan dan kekeliruan serta berbagai kekurangannya.
Allah
berfirman : “Wahai orang orang yang
beriman !. Jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.
Dan janganlah kamu mencari cari kesalahan orang lain. …(Q.S al Hujuraat 12).
Rasulullah
bersabda : “Man satara akhaahul muslima
fid dun-ya satarahullahu yaumal qiyaamah. ” Barang siapa menutup aib
saudaranya di dunia, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari Kiamat. (H.R
Imam Ahmad, lihat Shahihul Jami’)
Maka
berbahagialah orang orang yang mampu menahan diri untuk tidak membicarakan aib
saudaranya dan juga tidak membicarakan aibnya sendiri karena mengumbar aib sendiri apalagi aib orang lain sungguh sangat
tercela di sisi Allah Ta’ala.
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (683)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar