EMPAT PILAR UNTUK
MENDAPATKAN RIZKI YANG HALAL
Oleh : Azwir B. Chaniago
Allah
telah mentakdirkan bahwa laki laki atau suami adalah pemimpin dalam rumah
tangganya. Sebagai pemimpin maka laki laki diberi amanah yaitu berupa kewajiban
dan tanggung jawab terhadap keluarga
yang dipimpinnya. Diantaranya adalah dia berkewajiban mencari rizki yang
halal untuk dirinya, keluarga dan orang
yang dibawah tanggungannya.
Allah
Ta’ala berfirman : “Ar rijaalu
qauwaamuuna ‘alan nisaa-i bimaa fadhdhalallahu ba’dhahum ‘ala ba’dhin wa bimaa
anfaquu min amwaalihim”. Laki laki
(suami) itu pemimpin bagi wanita (isteri) karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki laki) atas sebagian yang
lain (wanita) dan karena mereka (laki laki) telah memberikan nafkah dari
hartanya. (Q.S an Nisaa’ 34).
Syaikh
as Sa’di berkata : Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya : “Kaum laki laki itu adalah pemimpin bagi
kaum wanita” maksudnya, dengan mengharuskan mereka untuk menunaikan hak hak Allah Ta’ala berupa pemeliharaan
akan kewajiban kewajiban dari-Nya dan melarang mereka dari berbuat kerusakan.
Laki laki wajib untuk menekankan hal tersebut kepada mereka (yang dipimpinnya).
Dan laki laki juga adalah pemimpin
mereka (keluarga) dengan memberikan nafkah kepada mereka berupa pakaian dan
tempat tinggal. (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Untuk
bisa menafkahi diri dan keluarganya maka seorang laki laki wajib berusaha agar memperoleh rizki yang halal dan
baik. Tidaklah rizki itu datang sendiri meskipun Allah telah menjamin rizki
bagi semua makhluknya. Allah berfirman : Allah menjamin rizki setiap makhluk-Nya. Allah
berfirman : “Wa maa min daabbatin fil
ardhi illaa ‘alallahi rizquhaa” Dan tidak satu pun makhluk bergerak
(bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin
Allah rizkinya. (Q.S Huud 6).
Syaikh as Sa’di antara lain
menafsirkan ayat ini bahwa semua
(makhluk) yang merayap dimuka bumi baik
manusia, binatang didaratan atau dilautan maka Allah telah menjamin rizki dan
makan mereka. Rizki mereka menjadi kewajiban Allah. Semuanya diliputi oleh ilmu
Allah dicatat oleh pena-Nya.
Berlaku padanya
kehendak Allah dan manusia tetap harus
yakin kepada Allah
yang menjamin rizkinya.
Untuk
memperoleh rizki yang halal dan baik maka paling tidak seorang hamba harus
melalui empat pilar yaitu :
Pertama : Berusaha mencari
rizki yang halal.
Untuk itu maka wajib bagi seorang hamba melakukan pekerjaan ataupun melakukan usaha
usaha yang halal sebagaimana dituntunkan syariat. Tidak mengambil rizki yang
syubhat apalagi yang haram. Sungguh Allah telah memperingatkan agar seseorang
makan dari yang halal.
Allah
Ta’ala berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu kuluu min thaiyibaati maa razaqnaakum,
wasykuruu lillahi in kuntum iyyaahu ta’buduun”. Wahai orang-orang yang beriman ! Makanlah di antara rezki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S. al Baqarah 172)
Jadi, seorang
hamba tidak boleh bekerja dalam bidang-bidang yang dianggap oleh Islam sebagai
kemaksiatan dan akan menimbulkan kerusakan. Diantara bentuk pekerjaan yang
diharamkan oleh Islam adalah membuat patung, membuat dan mengedarkan khamr,
berjudi atau bekerja dalam pekerjaan yang mengandung unsur judi, riba,
suap-menyuap, sihir, perdukunan,
mencuri, merampok, menipu dan memanipulasi.
Begitu pula
dengan seluruh pekerjaan yang termasuk membantu perbuatan haram seperti menjual
anggur kepada produsen arak, menjual senjata kepada orang-orang yang memerangi
kaum muslimin, apalagi bekerja di tempat-tempat maksiat yang melalaikan ibadah
dan merusak aqidah manusia.
Kedua : Berdoa agar diberi rizki yang halal dan baik.
Inilah pilar kedua yakni setelah berusaha maka
tidak boleh lupa berdoa memohon kepada Allah ar Razzaq, Maha Pemberi Rizki. Sungguh Allah Subhanahu wa
Ta’ala berjanji akan mengabulkan doa
hamba hambaNya. Allah berfirman : “Wa qaala rabbukum ud’unii astajiblakum.”
Dan Rabbmu berfirman : Berdoalah
kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Mu’min 60).
Diantara
doa memohon rizki yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya adalah :
(1)
”Warzuqnaa wa anta khairur raaziqiin.
Berilah kami rizki dan Engkau sebaik baik pemberi rizki”. (Q.S al Ma-idah 114).
(2)
Doa yang biasa dibaca oleh Rasulullah
sebagai bagian dari dzikir pagi beliau
setelah shalat shubuh yaitu : “Allahumma inni ‘ilman nafi’an. Wa rizqan
thaiyiban wa ‘amalan mutaqabbalan” Ya Allah aku bermohon ilmu yang
bermanfaat, dan rizki yang baik dan amalan yang diterima. (H.R
Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah).
(3)
“Allahumma inni as-alukal huda, wattuqaa, wal ‘afaf wal ghina”Ya Allah aku bermohon
kepada Engkau petunjuk,
ketakwaan, kesucian (dijauhkan dari yang tidak halal dan tidak baik) dan
berilah aku kecukupan. (H.R Imam Muslim, dari Ibnu Mas’ud).
Ketiga : Bertawakkal atau berserah
diri kepada Allah.
Sungguh
seorang hamba jika telah berusaha lalu berdoa maka
dia berserah diri kepada Allah a’ala sehingga hatinya menjadi tenang. Hasilnya terserah kepada
Allah. Sungguh Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya.
Allah berfirman:
“Wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib. Wa mai yatawakkal
‘alallahi fahuwa hasbuh” Dan dia akan
memberinya rizki dari arah yang tidak ia duga-duga. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya (Q.S. ath Thalaq
3).
Keempat : Qana’ah atau merasa cukup
sebagai tanda bersyukur.
Rasulullah bersabda: “Wakum qani’an
takun asykarannasi” Dan jadilah kalian
orang yang
qana’ah niscaya engkau menjadi manusia yang bersyukur. (H.R Ibnu Majah,
dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Orang yang qana’ah akan memperoleh ketenangan jiwa.
Selalu yakin bahwa Allah akan mencukupinya. Rezki yang berkah
karena ridha dengan apa dan seberapa yang Allah berikan. Fudhail bin Iyadh
berkata: “Barangsiapa yang ridha dengan pemberian Allah kepadanya maka Allah
akan memberkahi pemberian tersebut.”
Hakikat
qana’ah adalah
engkau ridha dan menerima berapapun
yang diberikan Allah dalam kehidupan dunia ini, baik sedikit ataupun banyak.
Engkau menyerahkan urusanmu kepada Allah. Engkau mengetahui dan yakin bahwa
Allah lebih tahu dan lebih sayang terhadap dirimu daripada dirimu sendiri.
(AbduIlah bin Ibrahim Dawud, Kitab al Qana’ah).
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (664)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar