DOA NABI PADA DZIKIR PAGI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Diantara kebiasaan baik dari Rasulullah dan perlu kita ikuti
adalah membaca dzikir pagi yang berupa pujian kepada Allah dan juga doa. Salah
satu doa yang biasa dibaca oleh Rasulullah sebagai rangkaian dari dzikir pagi
beliau yaitu dzikir setelah shalat shubuh adalah : “Allahhumma inni
as’aluka ‘ilman nafi’an wa rizqan thaiyiban
wa ‘amalan mutaqabbalan” Yang Allah, aku bermohon kepada
Engkau ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima. (H.R Imam
Ahmad dan Imam Ibnu Majah, dari Ummu Salamah).
Urutan doa ini sangatlah indah karena dimulai dengan minta
ilmu yang bermanfaat karena tanpa ilmu kita tidak bisa melakukan apapun dengan
benar. Kemudian setelah mendapat ilmu yang bermanfaat baru meminta rizki yang
baik dan untuk mengetahui dan mendapatkan rizki yang baik yaitu setelah
berilmu. Selanjutnya meminta amal yang diterima. Sungguh amal bisa diterima
yaitu dengan ilmu dan makan dari rizki yang baik.
Selain itu, dari hadits yang mulia ini sangatlah banyak kita
bisa mengambil pelajaran, diantaranya adalah :
Pertama : Rasulullah mengajarkan supaya
memohon ilmu yang bermanfaat.
Tentang ilmu yang bermanfaat,
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid dalam Kitab Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu
yang disyarah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin memberikan beberapa
indikasi, diantaranya :
(1) Ilmu yang diamalkan. Setelah
mempelajari ilmu dan membenarkan yang dipelajari berdasarkan nash yang shahih
maka wajiblah mengamalkannya. Jika tidak diamalkan maka bukanlah namanya ilmu
yang bermanfaat. Sungguh buah ilmu adalah amal yang shalih.
(2) Tidak suka dipuji dan tidak sombong. Memang ada sebagian
orang yang berilmu, apalagi kalau ilmunya pas-pasan, sering bertanya tentang
pandangan orang terhadap ilmu yang dimilikinya. Apa sudah hebat atau belum.
Jika orang menjawab dengan pujian maka timbul sikap ujub dan sombong. Ini
membahayakan bagi diri dan ilmunya.
(3) Semakin tawadhu’ setiap kali ilmunya
bertambah. Ini juga merupakan salah satu tanda ilmu
bermanfaat. Tawadhu’ adalah kelaziman orang-orang shalih dan orang orang memiliki ilmu yang mumpuni. Dia tidak
serta-merta menunjukkan bahwa dialah orang yang paling ‘alim meskipun dia tidak
akan menyembunyikan
ilmunya pada saat dibutuhkan orang lain.
(4) Tidak mencintai kedudukan, popularitas
dan keduniaan. Janganlah dengan ilmu yang dimiliki membuat seseorang
sangat berambisi untuk jadi pemimpin. Jangan pula ilmu dijadikan sarana untuk mendapatkan
popularitas dan untuk mengejar keuntungan dunia yang hanya sementara.
(5) Buruk sangka kepada diri dan tidak
mencela. Jiwa
seseorang bisa menipunya atau memerintahkan berbuat buruk. Orang yang ilmunya
bermanfaat akan berprasangka buruk kepada dirinya karena selalu merasa ilmunya
masih sangat sedikit, belum seberapa dibanding orang lain. Masih sangat banyak
yang belum dia ketahui. Jika kesadaran ini ada maka terhindarlah dia dari
meremehkan apalagi
mencela orang lain yang mungkin kurang ilmunya.
Kedua : Rasulullah mengajarkan supaya memohon
rizki yang baik.
Untuk
mendapatkan rizki yang baik maka wajib bagi seorang hamba melakukan pekerjaan ataupun melakukan usaha
usaha yang halal sebagaimana dituntunkan syariat. Tidak mengambil rizki yang
syubhat apalagi yang haram. Sungguh Allah telah memperingatkan agar seseorang
makan dari yang halal.
Allah
Ta’ala berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu kuluu min thaiyibaati maa razaqnaakum,
wasykuruu lillahi in kuntum iyyaahu ta’buduun”. Wahai orang-orang yang beriman ! Makanlah di antara rezki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S. al Baqarah 172)
Jadi,
seorang hamba tidak boleh bekerja dalam bidang-bidang yang dianggap oleh Islam
sebagai kemaksiatan dan akan menimbulkan kerusakan. Diantara bentuk pekerjaan
yang diharamkan oleh Islam adalah membuat patung, membuat dan mengedarkan
khamr, berjudi atau bekerja dalam pekerjaan yang mengandung unsur judi, riba,
suap-menyuap, sihir, perdukunan,
mencuri, merampok, menipu dan yang lainnya.
Ketiga : Rasulullah mengajarkan supaya bermohon agar amalan diterima.
Ketahuilah bahwa amalan yang diterima adalah amalan yang baik
sedangkan amal yang tidak baik akan
tertolak bahkan bisa mendatangkan mudharat.
Allah berfirman : “Alladzi khalaqal mauta wal hayaata
liyabluwakum aiyukum ahsanu ‘amala, wa huwal ‘aziizul ghafuur” (Dialah) Yang menciptakan mati dan hidup
untuk menguji kamu siapa yang paling baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa,
Mahapengampun. (Q.S al Mulk 2).
Al Imam Fudhail bin Iyadh menjelaskan bahwa : Ahsanu amala, paling baik amalnya dalam ayat ini maksudnya adalah paling
ikhlas dan paling sesuai dengan syariat. Kemudian
ada yang bertanya : Apakah maksud yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan
syariat ? Lalu beliau menjawab : Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi
tidak sesuai dengan syariat maka tidak diterima. Demikian pula apabila sesuai
dengan syariat tetapi tidak ikhlas maka amalan itu tidak diterima, hingga
amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syariat. (Hilyah al Auliya’).
Doa ini adalah sangat baik untuk kita lazimkan dalam dzikir
pagi sebagaimana diajarkan Rasulullah dan diamalkan oleh beliau serta para
sahabat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam (685)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar