WAHAI RABBKU, LAPANGKANLAH DADAKU
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Judul tulisan ini adalah potongan
dari doa Nabi Musa yang disebutkan dalam firman Allah surat Thaha ayat 24-28 : “Pegilah kepada Fir’aun dia benar benar
telah melampaui batas. Dia (Musa) berkata : Wahai Rabb-ku, lapangkanlah dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan
dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku”.
Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di
berkata : Setelah menyampaikan wahyu kepada Musa dan menetapkan kenabiannya
serta memperlihatkan kepadanya tanda tanda kekuasaan-Nya yang menakjubkan
pandangan, Allah mengutusnya kepada Fir’aun raja negeri Mesir. Allah berfirman
: “Pergilah kepada Fir’aun, sesungguhnya
dia telah melampaui batas” maksudnya
keras kepala dan melampaui batas dalam kekufuran, kemaksiatan dan kesombongan
di bumi serta kesewenangan kepada kaum yang lemah.
Saat itulah Musa mengetahui bahwa
dia telah mengemban beban yang berat sekali yaitu diutus (untuk mendakwahi)
penguasa yang bertangan besi lagi keras kepala yang tidak mempunyai tandingan
di negeri Mesir. Musa menyambut perintah Rabb-nya dengan hati terbuka dan
tulus. Lalu beliau memohon pertolongan
kepada-Nya dan kemudahan untuk menyempurnakan dakwahnya.
Pertama : Beliau bermohon : “Wahai
Rabb-ku, lapangkanlah dadaku” maksudnya luaskan dan lapangkanlah dadaku
untuk menanggung beban perkataan dan perbuatan yang tidak baik dan hatiku tidak
menjadi kacau karenanya serta tidak merasa sempit. Sesungguhnya bila hati telah
menyempit niscaya pemilik hati tersebut tidak pantas mengemban misi memberi
petunjuk dan mendakwahi manusia.
Kedua : Beliau bermohon :“Dan
mudahkanlah untuk urusanku” maksudnya mudahkanlah bagiku segala urusan yang
aku kerjakan dan setiap cara yang aku tempuh dalam tugasku. Dan ringankanlah
kesulitan kesulitan yang ada dihadapanku.
Ketiga : Beliau bermohon : “Dan
lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka mengerti perkataanku”. Pada
lidah beliau terdapat kekeluan dalam berbicara. Hampir hampir perkataan itu
tidak terpahami darinya seperti yang dijelaskan oleh para ahli tafsir. Ini dikatakan
beliau tentang dirinya, sebagaimana firman Allah : “Wa akhii haaruunu huwa afsha-hu minnii” Dan saudaraku Harun dia
lebih fasih lidahnya daripada aku. (Q.S al Qashash 34).
Jadi Nabi Musa memohon kepada Allah
agar melenyapkan kekakuan pada lidahnya agar mereka (yang didakwahi) dapat
memahami apa yang beliau sampaiikan. (Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa :
Ini merupakan doa Nabi Musa yang beliau panjatkan kepada Allah Ta’ala agar
melapangkan dadanya karena beliau diutus dengan perkara yang besar. Perintah
mendakwahi raja yang paling zhalim,
terbesar dan berkuasa di permukaan bumi dan paling kufur. Walaupun Musa adalah seorang utusan Allah yang
mendapat jaminan serta pertolongan dari-Nya tapi beliau tidak lupa untuk berdoa
kepada Dzat yang mengutusnya, demi keselamatan diri dan kaumnya.
Sungguh ayat yang berupa doa Nabi
Musa ini memberikan pelajaran yang sangat agung buat kita agar senantiasa
berdoa semoga Allah Ta’ala selalu melapangkan dada kita dan memudahkan kita
dalam segala urusan terutama urusan dakwah dan juga urusan yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman : “Iyyaaka na’ budhu wa iyyaka nasta’iin”. Hanya
kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan
(Q.S al Faatihah 5).
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (678)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar