NASEHAT ULAMA DALAM MENGHADAPI MUSIBAH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Ujian atau musibah akan mendatangi orang orang yang beriman
kapan saja Allah berkehendak. Allah berfirman : “Tidak ada satu pun musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa beriman kepada
Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S at
Taghabun 11).
Alqamah berkata : Ayat ini tentang musibah yang menimpa
seseorang kemudian dia menyadari bahwa itu semua dari Allah maka dia ridha dan
menerimanya. (Jami’ul Ulum wal Hikam).
Allah berfirman :“Ahasiban naasu an yutrakuu an yaquuluu
aamannaa wa hum laa yuftanuun” Apakah manusia mengira bahwa mereka akan
dibiarkan dengan hanya mengatakan : “Kami telah beriman”, dan mereka tidak
diuji ? (Q.S al Ankabuut 2).
Allah berfirman : “Qul
lan yushiibanaa illaa maa kataballahu lanaa huwa maulanaa wa ‘alallahi fal
yatawwakkalil mu’miniin.” Katakanlah (Muhammad), Tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan
hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman. (Q.S at Taubah 51)
Mungkin seorang hamba merasa berat terhadap suatu musibah
atau cobaan yang mendatanginya. Tapi ketahuilah bahwa dibalik musibah pasti ada
hikmah dan kebaikan yang banyak. Jadi bersabarlah, terimalah dengan lapang
dada.
Untuk itu ada baiknya jika kita memperhatikan beberapa nasehat ulama
yang kiranya akan membuat kita bisa lebih sabar dan mampu mengambil manfaat dari musibah yang menimpa. Diantara nasehat tersebut
adalah :
Pertama : Sufyan ats Tsauri berkata : Tidaklah dikatakan
sebagai orang faqih (ahli fikih) jika tidak menjadikan bala sebagai nikmat dan
kemewahan sebagai bala (Hilyatu al Auliya’)
Kedua : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Segala sesuatu yang menimpa manusia dan
menjadikannya senang adalah nikmat nyata yang diberikan Allah Subhanahu wa
Ta’ala kepadanya. Sedangkan segala sesuatu yang menimpa manusia dan
menjadikannya susah adalah nikmat yang dapat melebur dosa dosanya jika ia sabar
atas kesusahan itu. Sebab di dalam segala sesuatu terdapat hikmat dan rahmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diketahui manusia, lalu beliau membaca
firman Allah :
“Wa’asaa an takrahuu syai-an
wa huwa khairul lakum, wa’asaa an
tuhibbuu syai-an wa huwa syarrul lakum ,
wallahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun”. Boleh jadi kamu membenci sesuatu
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu
padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak
mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).
Ketiga : Imam Ibnul Qayyim berkata : Seandainya manusia
mengetahui bahwa nikmat Allah yang ada di dalam bala’ itu tidak lain seperti
halnya nikmat Allah yang ada didalam kesenangan maka niscaya hati dan lisannya akan
selalu sibuk untuk mensyukurinya. (Lihat Syifaa’ul ‘Alil)
Beliau juga mengatakan : Sesungguhnya Allah tidak memberi
suatu keputusan (qadha’) bagi hamba-Nya yang mukmin kecuali keputusan itu baik
baginya. Apakah keputusan itu menyakitkannya maupun menyenangkannya. Keputusan
yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya yang mukmin adalah
pemberian, walaupun itu dalam bentuk tidak mengabulkan apa yang diminta
hamba-Nya. Ia juga merupakan suatu nikmat meskipun dalam bentuk ujian dan bala’
(cobaan) yang diberikan-Nya adalah keselamatan bagi hamba-Nya walaupun itu
dalam bentuk yang menyakitkan. (Madarijus Salikin).
Beliau juga berkata :
Jika saja Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menimpakan (kepada) hamba
hamba-Nya berbagai ujian dan cobaan maka niscaya mereka akan bersikap sombong,
angkuh dan zhalim.
Keempat : Wahab bin Munabih berkata : Sesunguhnya umat
sebelum kamu, apabila salah seorang diantara mereka tertimpa bala, ia
menganggapnya sebagai kemewahan dan apabila ia mendapat kemewahan ia menganggapnya
sebagai bala. (Sairu al A’laam an Nubala’)
Beliau juga berkata :
Tidaklah seseorang itu dikatakan sebagai ahli fikih yang sempurna
sehingga ia memahami bahwa cobaan adalah nikmat dan kesenangan adalah musibah.
Hal itu karena setiap orang yang ditimpa bala pada hakikatnya sedang menantikan (datangnya) kesenangan dan setiap orang yang senang pada hakikatnya
sedang menantikan (datangnya) musibah. (“Uddatu ash Shabirin).
Kelima : Syaikh
Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : (1) Engkau wajib husnuzhan, berbaik sangka kepada
Allah terhadap perbuatan Allah di muka bumi. (2) Engkau wajib meyakini bahwa
apa yang Allah lakukan adalah untuk suatu hikmah yang sempurna. Terkadang akal
manusia memahaminya terkadang tidak. (3) Maka janganlah ada yang menyangka
bahwa jika Allah melakukan sesuatu di alam ini karena kehendakNya yang buruk.
Insya Allah
ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (673)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar