RIZKI SEMPIT ATAU LUAS PASTI ADA HIKMAHNYA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sungguh Allah Ta’ala Maha Pemberi rizki
Salah satu dari nama nama indah yang dimiliki Allah Ta’ala adalah Ar Razzaq,
Yang Maha Memberi Rizki. Sangatlah banyak ayat al Qur an dan juga as Sunnah
yang menjelaskan tentang hal ini. Diantaranya dalam surat adz Dzaariat 58
disebutkan : “Innalaha huwar razzaaqu
dzul quwwatil matiin” .Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi
Sangat Kokoh.
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha
Pencipta, Yang Maha Menggenggam, Yang Maha Membentangkan, Yang Maha Memberi Rizki dan Yang Maha Menentukan Harga. Dan aku
berharap untuk bertemu Allah dalam keadaan tidak ada seorangpun menuntutku
karena kezhaliman yang aku lakukan kepadanya dalam hal darah atau harta” (H.R Imam Ahmad, bu Dawud, Ibnu Majah dan
yang selainnya, dengan sanad yan shahih).
Allah menjamin rizki setiap
makhluk-Nya. Allah berfirman : “Wa maa
min daabbatin fil ardhi illaa ‘alallahi rizquhaa” Dan tidak satu pun
makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya.
(Q.S Huud 6).
Tidak mampu mengurus rizki tetap dapat rizki
Bahkan ada makhluk yang tidak mampu
mengurus rizki baginya namun tetap memperoleh rizki dengan berbagai cara dan
pengaturan dari Allah Ta’ala yaitu sebagaimana firman-Nya : “Dan berapa banyak makhluk bergerak yang
bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri. Allahlah yang
memberi rizki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S
al Ankabuut 60).
Allah Ta’ala Sang Pencipta telah
menjamin rizki seluruh makhluk, yang kuat maupun yang lemah. Betapa banyak “binatang melata”, di muka bumi ini yang
lemah kekuatannya, rendah akalnya, “yang
tidak dapat membawa (mengurus) rizkinya sendiri”. Dan tidak pula dapat menyimpannya,
bahkan ia senantiasa tidak dapat dapat membawa rizkinya sedikitpun, namun Allah
terus menyediakan rizki untuknya pada setiap saat sesuai dengan waktunya. (Lihat
Tafsir Taisir Karimir Rahman, Syaikh as Sa’di)
.
Rizki seseorang dilebihkan dari yang yang lain.
Sungguh Allah Ta’ala adalah Dzat
Yang Mahabijaksana. Dia memberikan rizki kepada seorang hamba tidaklah sama
dengan hamba yang lain. Dia melebihkan rizki seseorang dari yang lain. Allah
berfirman : “Wallahu fadhdhala ba’dhakum
‘alaa ba’din fir rizqi”. Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian
yang lain dalam hal rizki. (Q.S an Nahal 71).
Melebihkan seseorang dari yang lain
dalam hal rizki adalah juga merupakan tanda Kekuasaan Allah Ta’ala. Allah
berfirman : “Dan tidaklah mereka
mengetahui bahwa Allah melapangkan rizki bagi yang Dia kehendaki dan
membatasinya (bagi yang Dia kehendaki). Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
beriman. (Q.S az Zumar 52).
Allah berfirman : :Awalam ya’lamui annallaha yabsuthur rizqa
li man yasyaa-u wa yaqdir”. Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa
sesungguhnya Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia
(pula) menyempitkan (rizki itu). Q.S
ar Ruum 37.
Ayat ayat ini menjelaskan bahwa
perbedaan tingkat rizki manusia sudah merupakan ketentuan dan ketetapan Allah
Ta’ala. Ini merupakan sunnatullah kauniyah qadariyah. Oleh karena itu sipapapun
yang ada di muka bumi ini tidak akan mampu merubah dengan cara apapun. Allah
berfirman : “Wa lan tajida li sunnatilahi
tabdiilaa”. Dan kamu sekali kali tiada mendapati perubahan pada sunnah
Allah. (Q.S al Ahzaab 62).
Rizki ditetapkan Allah Ta’ala sesuai ukuran dan hikmah-Nya.
Ketahuilah bahwa merupakan hikmah yang sempurna jika Allah
Ta’ala melapangkan atau menyempitkan rizki seorang hamba. Sungguh Allah Ta’ala
memberikan rizki dengan kadar yang
paling tepat dan paling sesuai bagi seorang hamba. Allah berfirman : “Dan
sekiranya Allah melapangkan rizki kepada hamba hamba-Nya niscaya mereka akan
berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia
kehendaki. Sungguh Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba hamba-Nya, Maha
Melihat. (Q.S asy Syuraa 27).
Sungguh Allah Ta’ala telah
menetapkan untuk memberi rizki yang berbeda bagi setiap hamba sesuai dengan
kadar yang paling tepat menurut kehendak-Nya. Diantara hikmahnya adalah
sebagaimana dimaksud dalam firman-Nya dalam surat al Zukhruf 32 : “Apakah mereka yang membagi bagi rahmat
Rabb-nya ?. Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat
Rabb-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Para ulama yang mumpuni ilmunya, telah
memberikan penjelasan pula tentang ayat ini,
diantaranya adalah :
Pertama : Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : Dalam
ayat ini terdapat peringatan atas hikmah Allah Ta’ala dalam melebihkan sebagian
orang atas yang lain di dunia, agar
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lainnya, yaitu agar sebagian dari
yang lain menguasa atas sebagian yang lain dalam tugas, pekerjaan dan
perindustrian.
Andai semua orang sama dari segi kekayaan, pasti tidak ada yang saling
memerlukan satu sama lain dan pasti banyak kepentingan dan manfaat mereka yang terbengkalai. Didalam
ayat ini juga terdapat dalil bahwa nikmat agama lebih baik daripada nikmat
duniawi. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Kedua : Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin menambahkan
penjelasan tentang hikmah dari perbedaan tingkatan rizki seorang manusia dengan
manusia yang lainnya adalah : Agar orang
kaya menghargai nikmat Allah (yang diberikan) padanya yang berupa keluasan
rizki. Lalu ia pun mensyukuri-Nya atas
nikmat tersebut sehingga ia tergolong kedalam syaakirin yaitu orang
orang yang bersyukur. Sementara orang yang fakir, Allah menguji mereka dengan
kekurangan supaya ia dapat bersabar dan menggapai derajat shaabiriin yaitu orang
yang bersabar.
Syaikh Utsaimin menambahkan : Bahwa
kemashlahatan kemashlahatan ini dan kemashlahatan lainnya tidak terwujud bila
manusia setara dalam tingkatan rizkinya. Oleh karena itu Allah menentukan rizki bagi mereka dan memerintahkan orang berkecukupan untuk bersyukur dan
berinfak dan memerintahkan orang fakir untuk bersabar dan menunggu kelapangan
dari Allah Ta’ala.
Kewajiban kita, kata Syaikh
Utsaimin, adalah ridha kepada Allah
sebagai Rabb, ridha terhadap pembagian dan takdir-Nya dan ridha kepada-Nya
sebagai dzat Penentu untuk kita imani hikmah hikmah dan rahasia dari ketentuan
ketentuan-Nya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam (598)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar