MENCARI DUNIA DAN AKHIRAT FIFTY-FIFTY ?
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Dizaman ini ada sebagian manusia yang suka berkomentar : “Kalian jangan bicara
ngaji melulu, pesantren melulu, masjid melulu, dzikir melulu, ibadah melulu,
tahfizh melulu. Dunia juga harus dikejar. Ya fifty fifty-lah antara dunia dan
akhirat”.
Ada kemungkinan bahwa tujuan komentar tersebut
adalah mencari pembenaran baginya untuk
selalu mengejar dunia sehingga sangatlah sedikit dia mengingat Allah ataupun
beribadah kepada-Nya. Terkadang, orang orang yang tidak paham karena kekurangan
ilmu ikut terpengaruh bahkan menerima dan membenarkan pula komentar komentar
seperti itu.
Sungguh ini adalah komentar yang keliru berat jika
ditimbang dengan dalil syar’i. Selain itu juga akan mendatangkan dampak yang
buruk dalam memahami hakikat dunia dan akhirat.
Biasanya yang jadi sasaran komentar ini adalah orang orang shalih,
berilmu dan ahli ibadah.
Pemberi komentar ini sering pula berdalil dengan
ayat al Qur-an yang ditafsirkan secara salah yaitu dengan menggunakan akal
semata. Terkadang berdalil pula dengan hadits yang derajatnya sangat lemah.
Diantara dalil atau sandaran pembenaran bagi
komentar mereka, adalah :
Pertama
: Surat al Qashash 77.
Mereka,
si pemberi komentar ini berkata : Bukankah
Allah telah berfirman : “Wabtaghi fiimaa ataakallahud darul
aakhirah. Walaa tansa nashiibaka minad dun-yaa. Wa ahsin kamaa ahsanallahu
ilaika. Walaa tabghil fasaada fil ardhi. Innallaha laa yuhibbul mufsidiin”.
Dan carilah pada sesuatu yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada hamba
hamba Allah) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat
kerusakan. (Q.S al Qashash 77).
Ketahuilah bahwa para ulama menjelaskan bahwa ayat 77
dari surat al Qashash ini bukanlah bermakna
bahwa manusia berkewajiban mencari dunia dan akhirat secara seimbang
atau dengan istilah yang fifty-fifty.
Tidak, tidak demikian maknanya.
Bahwa
ayat 77 ini bukanlah ayat yang berdiri sendiri
tapi adalah satu kesatuan dengan ayat sebelum dan sesudahnya yaitu ayat
76 sampai 82. Ayat 76, 78 sampai 82
adalah berkisah tentang Qaarun. Qaarun, sebagaimana kita ketahui adalah makhluk
Allah yang hidup di zaman nabi Musa, bahkan dia adalah anak paman nabi Musa.
Setelah dia kaya raya, datang kesombongan dan kekikirannya.Dia tidak mau
menginfakkan sebagian hartanya maka
akhirnya dia ditenggelamkan Allah kedalam bumi bersama hartanya.
Nah,
ayat 77 al Qashash ini adalah nasehat yang penting dan terutama ditujukan
kepada Qarun yang melalaikan akhirat dengan hartanya yaitu sangat pelit atau
kikir untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah. Lalu ditegur melalui ayat
ini. Lihatlah kalimat pembuka ayat ini :“Dan carilah (pahala) negeri akhirat
dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu” Yaitu bersedekahlah dan
berinfaklah dengan harta yang telah diberikan Allah kepada engkau wahai Qaarun
(dan juga orang orang yang semisalnya).
Selanjutnya,
mari kita ikuti pula apa yang dikatakan
Syaikh as Sa’di dalam Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman tentang tafsir ayat yang mulia ini :
(1)
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagian) negeri akhirat. Maksud ayat ini
adalah jika sudah tercapai bagimu berbagai sarana akhirat yang (mungkin) tidak
dimiliki (sebagian) orang lain, yaitu berupa harta kekayaan, maka gunakanlah ia
untuk memperoleh sesuatu yang ada disisi Allah dan bersedekahlah. Jangan sekali
kali kamu merasa cukup dengan hanya sekedar memperoleh kepuasan nafsu dan
meraih berbagai kelezatan.
(2) “Dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari duniawi” Maksudnya, Kami
tidak memerintahkan supaya kamu menyedekahkan seluruh harta kekayaanmu (wahai
Qarun dan orang semisalnya, pen.) sehingga engkau menjadi terlantar. Akan
tetapi berinfaklah untuk akhiratmu dan bersenang senanglah dengan harta duniamu
dengan tidak merusak agamamu dan tidak pula membahayakan akhiratmu.
(3)
“Dan berbuat baiklah” kepada hamba
hamba Allah, “sebagaimana Allah telah
berbuat kepadamu”yaitu dengan menganugerahkan kamu harta kekayaan ini.
(4)
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi” dengan bersikap sombong dan berbuat berbagai
maksiat terhadap Allah serta tenggelam di dalam berbagai kenikmatan dengan
melupakan Pemberi nikmat itu.
(5)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
orang yang berbuat kerusakan” Bahkan Allah akan menyiksa mereka atas
perbuatan itu dengan siksa yang paling berat.
Kedua : Surat al Baqarah ayat 201.
Mereka,
sipemberi komentar ini berkata : Bukankah Allah Ta’ala telah mengajarkan kita
doa yang disebut dalam surat al Baqarah 201 : Rabbanaa atinaa fid dun-yaa
hasanatan wa fil aakhirati hasanatan waqiinaa ‘adzaban naar”. Ya Rabb kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari adzab
neraka.
Ketahuilah
bahwa :
(1)
Tidak ada satu ulama ahli tafsir dari dahulu sampai sekarang yang menjelaskan
bahwa ayat ini bermakna meminta dunia
dan akhirat sama banyak atau fifty fifty.
(2)
Dalam ayat ini dunia disebut satu kali yaitu : “fid dunya hasanah” (dunia)
sedangkan akhirat disebut dua kali yaitu : “wa fil aakhirati hasanah” (akhirat)
lalu “wa qiinaa ‘adzaban naar”
(akhirat).
(3)
Andai kata dunia dan akhirat harus dicari fifty fifty maka yang akan menjadi
pelanggar pertama adalah pemberi komentar itu sendiri beserta para pengikutnya.
Sungguh mereka memang mampu mencari dunia 12 jam sehari semalam bahkan
lebih, tapi kemungkinan besar mereka tidak akan mampu beribadah 12 jam dalam sehari
semalam. Ini fakta.
(4) Bukankah dunia itu sementara dan akhirat
itu lebih baik dan lebih kekal. Allah berfirman : “Wal aakhiratu khairun wa
abqaa”. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S al A’laa 17) Sangatlah tidak pantas bagi orang yang
berakal (sehat) untuk seimbang dalam mencari dunia dengan mencari akhirat.
Bukankah untuk mencari yang lebih baik apalagi lebih kekal kita harus
memberikan pengorbanan yang lebih besar ?.
Ketiga : Hadits (?) tentang “bekerjalah
untuk duniamu…)
Mereka,
sipemberi komentar ini berkata : Bukankah Rasulullah juga telah bersabda :“I’mal
lidun-yaaka ka–annaka ta’isyuabadan, wa’malli aakhiratika ka-annaka tamuutu
ghadan”.Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash bahwa Rasulullah
salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Beramallah (bekerjalah) untuk duniamu
seakan akan kamu akan hidup selamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu seakan
akan kamu akan mati besok.
Ketahuilah
bahwa : Para ulama telah memberikan penilaian terhadap kedudukan
hadits ini sehingga tidak bisa dijadikan sandaran, diantaranya adalah :
Pertama : Hadits ini disebutkan oleh Abdullah bin
Mubarak dalam Kitab az Zuhd, dari Muhammad bin Ajlan dari Abdullah bin Amr bin
‘Ash yaitu ucapan yang semakna dengan hadits diatas. Sanad riwayat ini lemah
karena terputus. Muhammad bin ‘Ajlan tidak bertemu dengan Abdullah bin Amr bin
‘Ash. (Lihat Kitab Silsilah Hadits Dha’ifa dan Maudhu’).
Kedua :
Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, seorang ahli hadits abad ini
berkata : Hadits ini tidak ada asal
usulnya secara marfu’ dari Rasulullah, meskipun riwayat ini sangat populer
diucapkan dikalangan kaum muslimin zaman sekarang. (Kitab Silsilah hadits
Dha’if dan Maudhu’)
Ketiga : Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin,
seorang ulama besar dari Saudi, berkata : Ucapan ini diriwayatkan sebagai
hadits dari Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam, pada hal bukan hadits.
Yang benar adalah bahwa pernyataan di atas diriwayatkan dari ucapan sahabat
Abdullah bin Amr bin ‘Ash, itupun dengan periwayatan yang lemah. (Majmu’ Fatawa
Syaikh Utsaimin).
Sebagai penutup kami nukilkan satu
firman Allah yang wajib kita perhatikan, yaitu dalam surat Faathir ayat 5 : “Yaa aiyuhan nasu inna wa’dallahi haqqun
falaa taghurran nakumul hayaatud dun-yaa, walaa yaghurrannakum billahil
gharuur”. Wahai manusia. Sungguh janji Allah itu benar maka janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (syaithan) yang pandai menipu
memperdayakan kamu tentang Allah.
Oleh sebab itu, saudaraku mari kita
utamakan mengejar negeri akhirat dengan
banyak beribadah kepada Allah Ta’ala. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua.
Wallahu A’lam (602)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar