SEMANGAT SAHABAT MENGAMALKAN AL QUR
AN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Pada masa Rasulullah berada di Madinah, ayat ayat al Qur an
masih terus turun. Memang ayat al Qur an diturunkan Allah secara berangsur
angsur sesuai yang Allah kehendaki. Allah berfirman : Inna nahnu nazzalnaa
‘alaikal qur-aana tanziilaa”
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al Qur an kepadamu (Muhammad) secara
berangsur angsur. (Q.S al Insaan 23).
Setiap ayat yang turun
langsung disampaikan Rasulullah kepada para sahabat. Lalu para sahabat
mempelajarinya, menghafalkan dan berusaha memahami maknanya. Jika ada yang
mereka kurang paham maka mereka segera meminta penjelasan kepada Rasulullah.
Selanjutnya, jika ayat itu berupa perintah maka tanpa menunggu sesuatupun
mereka langsung mengamalkannya dengan sebaik mungkin. Jika ayat tersebut
merupakan larangan maka para sahabat segera saat itu juga berhenti pada batas
larangan tersebut. Kesimpulannya adalah
bahwa setiap ada ayat yang turun, maka para sahabat selalu pada
posisi sami’naa wa atha’naa, kami dengar dan kami taati.
Diantara semangat para sahabat dalam mengamalkan ayat ayat al
Qur an adalah terlihat dengan jelas pada
saat turun Firman Allah : Lan tanaalul birra hattaa tunfiquu mimmaa
tuhibbuun, wa maa tunfiquu min syai-in fa innallaha bihii ‘aliim” Benar
benar kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian
harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh
Allah Mahamengetahui. (Q.S Ali Imran 92).
Syaikh as Sa’idi berkata : Maksudnya kamu sekali kali tidak
sampai dan tidak akan mendapatkan kebajikan artinya sebuah kata yang menyeluruh
tentang kebajikan yaitu jalan yang menyampaikan ke surga “sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”
dari harta kalian yang terbaik dan paling istimewa. Karena berinfak
dengan hal yang baik lagi disayangi oleh jiwa merupakan tanda paling besar dari
kelapangan jiwa dan sifatnya yang mulia, kasih sayangnya dan kelembutannya. Dan
juga merupakan tanda paling jelas tentang kecintaannya kepada Allah dan sikap
mendahulukan Allah atas kecintaan terhadap harta yang sangat dicintai oleh
jiwa. (Kitab Tafsir Karimir Rahman)
Dalam Kitab Tafsir al Azhar, Prof. DR Hamka berkata : Setelah
ayat ini turun bukan main besar pengaruhnya kepada para sahabat. Diantaranya
adalah kepada Zaid bin Haritsah. Setelah mengetahui ayat ini turun (dan
memahami maknanya) Zaid datang kepada Rasulullah dengan membawa kuda tunggangan
miliknya dan kuda itu sangat disenanginya. Lalu Zaid berkata : Ya Rasulullah
aku ingin mengamalkan ayat ini. Inilah kuda tungganganku yang sebagai engkau
ketahui kuda ini adalah tunggangan yang sangat aku senangi. Terimalah kuda ini
sebagai sedekahku dan sudilah engkau memberikannya kepada yang patut
menerimanya.
Imam Ibnu Katsir berkata :
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, ia
pernah mendengar Anas bin Malik berkata : Abu Thalhah adalah orang yang paling
kaya diantara orang orang Anshar di Madinah. Harta yang paling dia senangi
adalah Bairuha’ (yaitu suatu kebun) yang berhadapan dengan masjid (Nabawi). Dan
Rasulullah (pernah) memasukinya dan meminum air yang segar darinya. Kata Anas
ketika ayat ini turun Abu Thalhah berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah
berfirman : Kamu sekali kali tidak tidak akan sampai kepada kebajikan (yang
sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” Sesungguhnya
harta kekayaan yang paling aku sukai adalah Bairuha’ dan aku bermaksud untuk
menyedekahkannya yang dengannya aku berharap mendapat kebaikan dan simpanan
disisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun itu ya Rasulullah seperti apa yang
ditunjukkan Allah kepada engkau.
Maka Nabi bersabda : Bagus, bagus, yang demikian itu adalah
harta yang menguntungkan, harta yang menguntungkan. Dan aku telah mendengar apa
yang engkau katakan. Aku berpendapat hendaklah kebun itu engkau berikan kepada
kaum kerabatmu. Abu Thalhahpun berkata : Aku akan laksanakan ya Rasulullah.
Kemudian Abu Thalhah membagi bagikannya kepada sanak kerabatnya dan anak anak
pamannya. Catatan : hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim).
Imam Ibnu Katsir juga berkata : Dalam kitab Shahih Bukhari
dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Umar pernah berkata : Ya Rasulullah aku
belum pernah sama sekali mendapatkan harta yang lebih berharga bagiku daripada
bagian yang aku peroleh ada di Khaibar. Lalu apa yang engkau perintahkan
kepadaku terhadap harta tersebut. Maka beliau bersabda : “Habbisil ashla wa
sabbilits tsamarah” Pertahankan pokoknya dan dermakan buahnya (di jalan
Allah).
Demikianlah sebagian kisah tentang bagaimana besarnya semangat
para sahabat dalam mengamalkan ayat ayat al Qur an. Kalau demikian keadaan
sahabat dalam mengamalkan al Qur an maka sungguh sangatlah pantas mereka
menjadi pendamping Rasulullah dalam menegakkan kalimat Allah Ta’ala.
Wallahu A’lam. (247)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar