TAUBAT KA’AB DITERIMA KARENA JUJUR
Oleh : Azwir B. Chaniago
Diriwayatkan bahwa sekembalinya Rasulullah dari perang Tabuk,
banyak sekali orang orang yang
umumnya munafik, mendatangi beliau untuk
menyampaikan alasan alasan palsu, bohong dan dibuat buat kenapa mereka tidak
ikut perang. Rasulullah menerima alasan mereka. Beliau menghukumi seseorang
berdasarkan apa yang tampak dan menyerahkan urusannya kepada Allah.
Adapun Ka’ab bin Malik beserta dua sahabat lainnya yaitu
Murarah bin Rabi’ dan Hilal bin Umayyah datang menghadap Rasulullah tidak
sanggup berbohong dan mencari cari alasan. Mereka berlaku jujur kepada
Rasulullah bahwa ketidak ikutan mereka dalam perang Tabuk hanya disebabkan
karena kelalaian mereka saja. Tidak ada alasan lain.
Ka’ab bin Malik berkata ketika ditanya Rasulullah tentang alasannya
tidak ikut berperang. “Demi Allah ! Sungguh seandainya aku berhadapan dengan
penduduk dunia selain engkau, niscaya aku bisa terhindar dari kemurkaannya
dengan mengemukakan alasan alasan karena aku adalah orang yang pandai berdebat.
Akan tetapi, demi Allah. Sungguh aku sudah tahu, jika hari ini aku bisa
menyampaikan alasan dusta yang membuat engkau tidak marah kepadaku, niscaya
nanti Allah akan menjadikan engkau murka kepadaku. Jika aku berkata jujur maka engkau
pasti akan menyikapi kesalahanku itu. Aku berharap Allah Ta’ala memberikan
ampunannya kepadaku dalam masalah ini. Demi Allah, saya tidak mempunyai alasan
(untuk tidak ikut perang). H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Lalu Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk memboikot
Ka’ab dan kedua sahabat yang tidak ikut perang tersebut. Selama diboikot maka
mereka bertiga mendapat hukuman dan mereka merasa tersiksa, diantaranya :
Pertama : Para sahabat tidak boleh mendekati dan dilarang berbicara dengan Ka’ab
dan kedua sahabatnya.
Kedua : Ka’ab shalat di masjid bersama sahabat dan berharap ada yang
menyapanya tetapi ternyata tidak ada yang menyapa.
Ketiga : Ka’ab sengaja mendatangi Rasulullah dan mengucapkan salam. Tapi Ka’ab
mengatakan bahwa dia tidak tahu apakah Rasulullah menjawabnya atau tidak.
Keempat : Terkadang Ka’ab pergi ke pasar tapi di pasar tidak ada seorangpun yang
menyapa dan menjawab salamnya.
Kelima : Ka’ab datang kepada Abu Qatadah sepupu yang sangat dicintainya, lalu
berkata : Wahai Abu Qatadah, aku memohon atas nama Allah. Apakah engkau tahu
bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Tapi Abu Qatadah diam dan hanya
mengatakan : Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.
Keenam : Kemudian datang lagi ujian yang lebih berat yaitu perintah dari
Rasulullah kepada Ka’ab dan kedua sahabatnya untuk menjauhi istri istri mereka
dan membiarkannya pulang ke rumah keluarganya masing masing. Tetapi Ka’ab tetap
tegar dan taat terhadap perintah Rasulullah. Bahkan Ka’ab berkata : Seandainya
Rasulullah memerintahkan aku untuk mentalak istriku niscaya akan aku lakukan.
Akan tetapi beliau hanya memerintahkan untuk menjauhinya.
Pada saat Ka’ab merasa sangat kesusahan dan menderita karena
diboikot oleh Rasulullah dan para sahabat, muncul lagi ujian lain yaitu Ka’ab dan dua sahabat
itu didatangi oleh utusan Raja Ghassan yang merupakan musuh Islam. Bahkan Raja
Ghassan ini pernah membunuh utusan Rasulullah yaitu Harits bin Amr sehingga
terjadi perang Mut’ah. Kerajaan Ghassan ini berada dibawah kendali atau semacam
jajahan Kerajaan Romawi.
Utusan Raja Ghassan ini membawa surat dari Raja yang
menawarkan kepada Ka’ab agar bergabung bersamanya. Keluarlah dari kota Madinah
dan tinggallah bersama kami di kerajaan Ghassan. Mereka berjanji akan
memuliakan Ka’ab dan memberi perlindungan.
Bagaimana tanggapan Ka’ab. Meskipun dalam keadaan susah
karena di boikot tapi Ka’ab tetap tegar dan tidak bergeming dengan tawaran itu.
Bahkan surat Raja Ghassan itu dibakar oleh Ka’ab. Inilah sebuah sikap beragama
yang kokoh dan kejujurannya kepada Allah dan Rasul-Nya yang luar biasa kuat.
Kejujuran Ka’ab dan dua sahabat ini akhirnya mendatangkan
hasil yang luar biasa dan tidak terduga yaitu turunnya berita gembira dari
langit. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan dan menerima taubat mereka
bertiga. Sebagaimana firman-Nya : “Dan terhadap tiga orang yang
ditinggalkan, hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas
dan jiwa mereka pun telah (pula terasa) sempit bagi mereka, serta mereka
mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksaan) Allah, melainkan
kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, Maha penyayang. (Q.S at Taubah 118)
Setelah mengetahui turunnya ayat ini para sahabat bergegas
menuju rumah Ka’ab dan dua sahabat yang diboikot itu untuk menyampaikan berita
gembira tersebut. Mereka mengucapkan selamat atas turunnya ampunan Allah bagi
ketiga sahabat ini. Ka’ab langsung melakukan sujud syukur atas berita gembira
ini.Rasulullah juga sangat berbahagia sehingga wajah beliau terlihat berseri
seri. Ka’ab yang mendatangi Rasulullah setelah mendengar kabar gembira itu di
masjid mengatakan : Seakan akan wajah beliau seperti rembulan.
Tentang surat at Taubah ayat 118 ini, Syaikh as Sa’di dalam
Kitab Tafsir Karimir Rahman antara lain menyebutkan :
Pertama : Bahwa penerimaan taubat oleh
Allah kepada hambaNya adalah berdasarkan penyesalannya yang mendalam. Sedangkan
orang yang tidak peduli dengan dosa dan tidak merasa bersalah jika melakukannya
maka taubatnya pasti gagal meski dia menyangka taubatnya diterima.
Kedua : Bahwa tanda kebaikan dan lenyapnya kesulitan adalah jika hati seorang
hamba hanya bergantung kepada Allah Ta’ala secara sempurna dan terputus dari
(mengharap kepada) makhluk.
Ketiga : Bahwa Allah yang memberi nikmat kejujuran kepada mereka (Ka’ab dan dua
sahabatnya). Oleh karena itu Allah memerintahkan agar mereka diteladani
(kejujurannya). Dan Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuut
taqullah wa kuunuu ma’ash shaadiqiin. Wahai orang orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang orang yang benar. (Q.S
at Taubah 119).
Kejujuran dalam segala keadaan pastilah membawa kebaikan,
apalagi jujur dalam beragama. Ka’ab bersama dua sahabat tersebut terselamatkan
dari siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapatkan keutamaan dengan turun
surat at Taubah ayat 118 dan 119 yang senantiasa dibaca kaum muslimin, karena kejujuran mereka.
Bahkan setelah
mendapat ampunan dari Allah karena kejujurannya maka Ka’ab bin Malik mengatakan
: ” Wahai Rasulullah. Sesungguhnya Allah tidak menyelamatkanku kecuali
dengan sebab kejujuran dan termasuk bagian taubatku adalah (aku berjanji) untuk
tidak berbicara kecuali dengan jujur selama hidupku” (H.R Imam
Bukhari).
Oleh karena itu mari kita senantiasa menjaga agar sifat jujur selalu ada pada diri kita dalam setiap keadaan. Sungguh kejujuran
terkadang berat bahkan bisa jadi
mendatangkan kesulitan. Ingatlah
pesan Rasulullah dalam sabda beliau : “Alaikum bishshadqi, fainna shadqa
yahdi ilal birri. Wa innal birra yahdi ilal jannati. Wamaa yazaalu rajulu
yashduqu wa yataharaash shidqa hatta yuktaba ‘indallahi shiddiqan” Kalian haruslah
berlaku jujur karena sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing kepada
kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa
berlaku jujur dan memelihara kejujuran maka ia akan dicatatat sebagai orang
yang jujur disisi Allah (Mutafaq ‘alaihi).
Sungguh alangkah bahagianya seseorang yang
selalu berlaku jujur karena membawanya kepada kebaikan yang berujung kepada mendapatkan
surga. Dan yang juga sangat mengembirakan bagi orang jujur adalah dia akan tercatat
sebagai orang jujur disisi Allah Rabbil ‘Alamin.
Wallahu A’lam. (244)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar