REBUTAN UNTUK MATI SYAHID
Oleh : Azwir B. Chaniago
Para sahabat adalah orang orang pilihan Allah dan mendapat
kesempatan yang sangat mulia yaitu mendampingi RasulNya dalam menegakkan
kalimat Allah di muka bumi. Mereka adalah orang orang yang ridha kepada Allah dan sungguh Allah juga
ridha kepada mereka.
Allah berfirman : “Dan orang orang terdahulu lagi yang
pertama tama (masuk Islam) yaitu orang orang Muhajjirin dan Anshar dan orang
orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka
pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga surga yang mengalir
dibawahnya sungai sungai. Mereka kekal didalamnya selama lamanya. Itulah
kemenangan yang besar. (Q.S at Taubah 100)
Dan juga para sahabat adalah
orang orang yang paling bersegera untuk mengamalkan perintah Allah, paling takut dan selalu menjaga diri terhadap
apa yang dilarang Allah. Secara khusus, para sahabat adalah orang orang paling
bersemangat dalam melaksanakan perintah jihad meskipun harta dan nyawa mereka
menjadi taruhannya.
Jika pada suatu waktu datang perintah untuk bejihad maka
mereka segera bersiap dengan sungguh sungguh. Mereka berebut untuk dapat
kesempatan mati dalam membela agama Allah. Mati syahid, itulah yang sangat
mereka inginkan.
Dalam Kitab Tafsir al Azhar, Prof. DR. Hamka menyebutkankan
beberapa kisah tentang sahabat yang bukan hanya bercita cita tapi mengejar
bahkan rebutan untuk bisa mati syahid. Diantaranya adalah :
Pertama : Khaizamah
yang ingin ikut dalam perang Uhud.
Ada seorang tua Khaizamah namanya. Pada waktu perang Badar
beberapa waktu yang lalu dia berebut dengan seorang anak laki lakinya sama sama
ingin ikut perang Badar. Khaizamah dan anaknya membuat undian. Ternyata yang
menang undian adalah anaknya. Anaknya ikut perang Badar dan syahid di perang
Badar.
Malam sebelum perang Uhud Khaizamah bermimpi melihat anaknya
yang syahid di perang Badar itu lagi bersukaria di sebuah taman yang indah di
surga. Memetik buah buahan dan menikmati air jernih yang mengalir. Setelah
anaknya melihat ayahnya diapun memanggil : Ayah, aku disini sekarang. Rupanya
janji Allah telah berlaku dengan sebenar benarnya pada diriku. Mari ayah,
ikutilah aku.
Pada waktu terbangun pagi hari, hatinya gelisah. Dia datang
menghadap Rasulullah minta agar dimasukkan dalam daftar untuk berperang ke
Uhud. Dia berkata : Ya Rasulullah, aku sudah tua, tulangku sudah mulai melemah.
Aku ingin sekali menemui Rabbku. Bawa aku ikut serta ya Rasulullah dan doakan
moga moga akupun mendapat syahadah sebagaimana anakku dan aku ingin hidup bersama
anakku di surga.
Dengan rasa haru Rasulullah mendoakan Khaizamah agar
keinginannya terkabul. Diapun ikut dalam perang Uhud dengan gagah berani. Doa
Rasulullah diijabah. Khaizamah memperoleh syahid di perang Uhud sebagaimana
yang dia inginkan.
Kedua : Nu’aim bin Malik yang bersemangat.
Dia datang kepada Rasulullah beberapa saat sebelum perang
Uhud berlangsung. Dia berkata kepada Rasulullah dengan penuh haru : Ya
Rasulullah aku ingin masuk surga, ya Rasulullah, demi Allah izinkan aku masuk
surga. Bekalku ialah cinta kepada Allah dan Rasul. Aku sekali kali tidak akan
mundur bila berhadapan dengan musuh. Mendengar itu Rasulullah bersabda : Engkau
benar.
Lalu Nu’aim bin Malik ikut dalam perang dan tidak kenal
mundur setapakpun. Keinginannya untuk meneruskan perjalanan ke surga pun
terkabul. Dia mati syahid dalam perang Uhud.
Ketiga : Amir bin
Juwanah yang pincang.
Amir bin Juwanah memiliki empat orang anak laki laki yang
pergi berperang mengikuti Rasulullah ke Uhud. Baru saja orang orang berangkat
ke Uhud, Amir bin Juwanah mengikuti dari belakang dan ingin ikut perang. Anak
anaknya menyuruhnya pulang karena merasa mereka empat orang sudah cukup.
Apalagi Amir ini pincang. Dia tidak terkena kewajiban jihad. Tetapi Amir tidak
merasa puas dengan penolakan anak anaknya itu. Dia langsung menemui Rasulullah
dan berkata : Anak anakku melarangku ikut berperang, ya Rasulullah, pada hal
aku ingin sekali mati syahid, supaya dengan kaki pincangku ini akupun dapat
menginjak surga.
Rasulullah menjawab : Tetapi sebenarnya engkau tidak wajib
berjihad, karena cacat fisikmu. Air mata Amir berlinang mendengar jawaban
Rasulullah dan berkata : Walaupun kakiku pincang ya Rasulullah, tanganku masih
kokoh untuk menetak leher musuh.
Mendengar permintaan yang sungguh sungguh dari Amir maka
Rasulullah menoleh kepada anak anaknya yang empat orang itu lalu beliau berkata
: Biarkanlah ayahmu (ikut perang) moga moga Allah mengabulkan keinginannya.
Lalu keempat anak Amir mengizinkannya untuk perang. Dan dengan pincangnya dia menyerbu
kearah musuh. Keinginannya dikabulkan Allah. Dia mati syahid di perang Uhud.
Begitulah sebagian kisah sahabat yang berebut untuk
mendapatkan syahid.
Wallahu A’lam. (250)
Wallahu A’lam. (250)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar