GERHANA BUKAN FENOMENA BIASA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Para pakar memperkirakan bahwa tahun 2015 ini akan terjadi dua
kali gerhana bulan yaitu pada tanggal 4 April 2015 dan 28 September 2015. Tahun
2016 diperkirakan pula akan terjadi gerhana matahari yaitu tanggal 9
Maret 2016.
Ketahuilah bahwa dari dahulu dan hingga hari Kiamat, maka gerhana matahari dan bulan senantiasa terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.
Dari hadits yang
shahih diketahui bahwa pada masa Rasulullah di Madinah pernah terjadi satu kali
gerhana matahari.
Pada zaman kita ini, sebagian manusia ada yang mengira bahwa
gerhana matahari ataupun gerhana bulan hanyalah sekedar fenomena
alam biasa saja. Adapula yang
mengkaitkan dengan tahayul dan khurafat, dibumbui dengan cerita cerita yang
diada adakan bahkan ada pula yang mengkaitkan dengan peristiwa peristiwa
tertentu.Ketahuilah bahwa terjadinya gerhana tidaklah seperti perkiraan
kebanyakan orang orang.
Ketahuilah wahai saudaraku seiman bahwa gerhana matahari dan
gerhana bulan bukanlah sekedar fenomena alam biasa sebagaimana
dipersangkakan oleh sebagian manusia. Sungguh gerhana menyimpan banyak hikmah
dan pelajaran bahkan peringatan yang berharga bagi manusia. Andaikata gerhana
memang sekedar peristiwa alam biasa maka tentulah Rasulullah tidak memberikan
perhatian yang sangat khusus terhadap kejadian itu.
Perhatikanlah bagaimana perhatian yang sangat besar dari
Rasulullah pada saat terjadinya gerhana matahari di zaman beliau. Imam Bukhari
meriwayatkan dari sahabat Abu Bakrah, dia berkata : “Suatu hari kami sedang
berada disisi Rasulullah, lalu terjadi gerhana matahari. Dengan segera beliau
bangkit dengan menarik selendangnya sampai beliau masuk masjid. Kamipun ikut
kedalam masjid. Lalu beliau mengimami kami shalat dengan shalat dua rakaat sampai
matahari kembali normal.
Kemudian beliau bersabda : “Innasy syamsa wal qamara aayataan min aayaatillah, laa yankasifaani limauti ahadin wa laa
lihayatihi, fa idzaa ra-aitumuu humaa fad’ullahu washalluu, hatta hatta yanjaliya” Sesungguhnya matahari dan
bulan adalah dua tanda dari tanda tanda kebesaran Allah. Terjadinya gerhana
matahari dan bulan bukan karena kematian seseorang atau karena hidupnya
seseorang. Apabila kalian melihat gerhana keduanya, maka berdoalah kepada Allah
dan shalatlah hingga gerhana tersebut hilang. (H.R Imam Bukhari).
Rasulullah bersabda : ”Faidzaa ra-aitum syai-an min
dzalika fafza’uu ilaa dzikrihi wa du’aa-ihi wastighfaarihi” Apabila kalian
melihat gerhana maka bersegeralah untuk
berdzikir, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. (H.R Imam Bukhari dari Abu Musa
al Asy’ari)
Rasulullh bersabda : “Faidzaa ra-aitum dzalika fad’uullaha wa kabbaruu,
wa shalluu wa tashaddaquu” Apabila
kalian melihat gerhana, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah dan
bersedekahlah. (H.R Imam Bukhari dari Aisyah).
Dari hadits ini kita bisa mengambil beberapa manfaat diantaranya
adalah :
Pertama : Gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau karena
hidupnya seseorang. Qadarullah pada hari terjadi gerhana di zaman nabi, putra
beliau yaitu Ibrahim meninggal dunia. Lalu ada orang yang berkata bahwa gerhana
terjadi karena meninggalnya Ibrahim. Ini dibantah oleh Rasulullah melalui hadits dari sahabat Abu Bakrah diatas.
Kedua : Kita sangat dilarang untuk mengkaitkan peristiwa gerhana dengan segala
sesuatu yang terjadi pada seseorang dan yang lainnya, karena peristiwa gerhana
adalah kehendak Allah Ta’ala semata.
Ketiga : Jika terjadi gerhana maka Rasulullah menyuruh kita untuk mendekatkan
diri kepada Allah yaitu dengan melakukan shalat gerhana, berdoa meminta
kebaikan, memohon ampun, bertakbir dan bersedekah.
Keempat : Hadits ini menjelaskan pula bahwa gerhana bukan fenomena alam biasa
dan disikapi biasa biasa biasa saja, melainkan harus disikapi dengan segera
mendekatkan diri kepada Allah yaitu melakukan amal amal shalih sebagaimana yang
diajarkan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam
Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita semua untuk
berusaha menyikapi peristiwa gerhana dengan cara cara yang syar’i seperti yang diajarkan
oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi wasallam.
Wallahu a’lam. (194)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar